• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Penolakan Warisan oleh Ahli Waris

BAB II PENGATURAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

B. Akibat Hukum Penolakan Warisan oleh Ahli Waris

Hukum Waris Islam tidak mengenal penolakan warissebagaimana dikenal dalam Hukum Waris BW. Dalam Hukum Waris Islam mengenal asas Ijbari

yangberarti peralihan harta seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinyamenurut ketetapan Allah tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris atau ahli waris, sehingga tidak adasuatu kekuasaan manusia yang dapat mengubahnya dengan cara memasukkan orang lain untuk menjadiahli waris atau mengeluarkan orang yang berhak menjadi ahli waris. Hal ini dapat dilihat pula dengantelah ditentukannya kelompok ahli waris oleh Allah SWT sebagaimana diatur

dalam Surat An-NisaAyat 11, 12, dan 176. Jika ahli waris yang ingin melepas haknya menerima waris dan inginmemberikannya pada ahli waris lain, hukum Islam mengatur tentang melakukan kerukunan dalampembagian harta waris yang disebut dengan tashaluh (perdamaian) atau takharuj (sebagian ahli warisdengan sukarela keluar dari penerimaan harta waris baik untuk seluruh atau sebagian).

Notaris tidak berwenang membuat akta penolakan waris, karena Menurut Pasal 1057 BW, menolak suatuwarisan harus terjadi dengan tegas dan harus dilakukan dengan suatu pernyataan yang dibuat dikepaniteraan Pengadilan Negeri, yang dalam daerah hukumnya telah terbuka warisan itu. Hukum WarisIslam tidak mengenal penolakan waris, namun para ahli waris yang ingin melakukan pembagian warismenurut Hukum Islam, masih berhak untuk tidak menerima bagian waris yang telah menjadi haknya, yangdilakukan melalui tashaluh dan takharuj. Notaris dapat membuat suatu akta yang memuat tentang tashaluhdan takharuj dalam Akta Keterangan Hak Waris.

Penolakan warisan ini tidak ada daluarsanya (Pasal 1062 KUHPerdata). Akan tetapi, dengan adanya daluarsa menerima warisan yang lewat dengan lampaunya 30 (tiga puluh) tahun, maka secara otomatis, setelah 30 (tiga puluh) tahun berlalu, orang tersebut sama kedudukannya dengan orang yang menolak warisan. Dengan kata lain, setelah 30 (tiga puluh) tahun, orang tidak perlu lagi melakukan penolakan warisan apabila tidak mau menjadi ahi waris.

Penolakan warisan tidak dapat dilakukan hanya untuk sebagian harta warisan, ini karena penolakan warisan tersebut mengakibatkan orang tersebut dianggap tidak pernah menjadi ahli waris (Pasal 1058 KUHPerdata). Dengan dianggap tidak pernah menjadi ahli waris, maka orang tersebut tidak berhak atas harta warisan.Seseorang yang menolak warisan, dapat diminta untuk menerima warisan atas permohonan kreditur dari orang yang menolak warisan tersebut. Akan tetapi, permohonan menerima warisan tersebut hanya sebesar utang debitur saja, dan penerimaan tersebut diwakilkan oleh kreditur, sebagaimana terdapat dalam Pasal 1061 KUHPerdata :“Para kreditur yang dirugikan oleh debitur yang menolak warisannya, dapat mengajukan permohonan kepada Hakim, supaya diberi kuasa untuk menerima warisan itu atas nama dan sebagai pengganti debitur itu. Dalam hal itu, penolakkan warisan itu hanya boleh dibatalkan demi kepentingan para kreditur dan sampai sebesar piutang mereka, penolakkan itu sekali-kali tidak batal untuk keuntungan ahli waris yang telah menolak warisan itu.”

Ciri khas Hukum Waris menurut BW antara lain “adanya hak mutlak dari para ahli waris masing-masing untuk sewktu-waktu menuntut pembagian dari harta warisan”. Ini berarti, apabila seorang ahli waris menuntut pembagian harta warisan di depan pengadilan, tuntutan tersebut tidak dapat ditolak oleh ahli waris yang lainnya. Ketentuan ini tertera dalam Pasal 1066 BW, yaitu:

1. Seseorang yang mempunyai hak atas sebagian dari harta peninggalan tidak dapat dipaksa untuk memberikan harta benda peninggalan dalam keadaan tidak terbagi- bagi di antara para ahli waris yang ada;

2. Pembagian harta benda peninggalan itu selalu dapat dituntut walaupun ada perjanjian yang melarang hal tersebut;

3. Perjanjian penangguhan pembagian harta peninggalan dapat saja dilakukan hanya untuk beberapa waktu tertentu;

4. Perjanjian penagguhan pembagian hanya berlaku mengikat selama lima tahun, namun dapat diperbaharui jika masih dikehendaki oleh para pihak.

Dari ketentuan Pasal 1066 BW tentang pemisahan harta peninggalan dan akibat-akibatnya itu, dapat dipahami bahwa sistem Hukum Waris menurut BW memiliki ciri khas yang berbeda dari Hukum Waris yang lainnya. Ciri khas tersebut di antaranya Hukum Waris menurut BW menghendaki agar harta peninggalan seorang pewaris secepat mungkin dibagi-bagi kepada mereka yang berhak atas harta tersebut. Kalau pun hendak dibiarkan tidak terbagi, harus terlebih dahulu melalui persetujuan seluruh ahli waris.

Bilamana ahli waris menolak warisan, maka saat mulai berlakunya dianggap terjadi sejak hari pewarisan. Penolakan suatu warisan baru terjadi dengan tegas dan harusdilakukan dengan pernyataan yang dibuat di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalamwilayah hukum tempat terbukanya warisan itu (Pasal 1057 Kitab Undang- UndangHukum Perdata).Jadi ahli waris yang menolak warisan harus datang menghadap PaniteraPengadilan Negeri setempat dan menyatakan kehendaknya. Dalam ini PaniteraPengadilan Negeri membuat akta penolakan.

Apabila ahli waris tersebut tidak dapat datang sendiri, maka ia dapat mengkuasakan pada orang lain dengan surat kuasa. Penolakan menjadi kekuatan

hukumnya apabila ahli waris menghilangkan atau menyembunyikan barang dari harta warisan tersebut. Penolakan terhadap harta warisan berakibat :76

1) Ahli waris yang menolak dianggap tidak pernah menjadi ahli waris.

2) Karena penolakan warisan itu, maka tidak ada pengganti ahli waris oleh anak- anaknya.

3) Bagian warisan orang yang menolak, jatuh kepada mereka yang sedianya berhak atas bagian itu, seandainya orang yang menolak warisan itu tidak hidup pada waktu meninggalnya pewaris.

4) Apabila ahli waris menolak, maka penolakan tersebut tidak dapat dibatalkan, kecuali ada penipuan atau paksaan yang dapat menyebabkan seseorang menolak warisan tersebut.77

Ahli waris menurut Hukum Waris Perdata tidak dibedakan menurut jenis kelamin.ahli waris dalam Hukum Waris perdata dikarenakan perkawinan dan hubungan darah, baik secara sah maupun tidak, yang mempunyai hubungan darah terdekatlah yang berhak untuk mewarisi.78

Akibat daripada suatu penolakan oleh ahli waris seperti yang disebutkan dalam Pasal 1058 KUHPerdata adalah bahwa ahli waris yang bersangkutan dianggap tidak pernah menjadi ahli waris (dari pewaris yang bersangkutan).79

76Pitlo,Hukum Waris Buku Kesatu,diterjemahkan oleh F. Tengker,PT. Cipta Aditya Bakti,Bandung,

1995, hal. 38

77

http://hasyimsoska.blogspot.com/2011/07/hukum-waris-perdata.html diakses 29 November 2012

78

Pasal 852 KUHPerdata.

79Warisan dibagi seakan-akan ahli waris yang menolak tidak ada/hidup, demikian Meyers,

hal. 262 tetapi harus disertai dengan catatan bahwa orang yang menolak tidak dapat digantikan ahli warisnya karena ia masih hidup, tetapi dalam pembagian dianggap seperti tidak ada/hidup.

Suatu penolakan berlaku surut sampai pada saat warisan terbuka, karena orang yang menolak bukan ahli waris, maka ia tidak menerima hak-hak maupun kewajiban / hutang-hutang si pewaris. Dalam hal ini tidak terjadi percampuran harta warisan dengan harta pribadi orang yang menolak warisan.

Penolakan warisan itu harus dengan sukarela atas kemauan sendiri, apabila penolakan itu terjadinya paksaan atau penipuan, maka menurut Pasal 1065 KUHPerdata penolakan itu dapat dibatalkan (ditiadakan). Tetapi kesukarelaan penolakan itu tidak boleh dilakukan dengan alasan tidak mau membayar hutang. Jika terjadi demikian, menurut Pasal 1061 KUHPerdata hakim dapat memberi kuasa kepada para kreditur dari ahli waris yang menolak itu untuk atas namanya menjadi pengganti menerima warisan.

Akibat lebih lanjut dari penolakan warisan (Pasal 1059 KUHPerdata) adalah bahwa bagian orang yang menolak warisan jatuh pada mereka yang bersedia menerima warisan tersebut seandainya si penolak warisan tidak ada pada saat terbukanya warisan.Orang yang menolak warisan adalah orang yang masih hidup saat terbukanya warisan.

Dalam Pasal 1060 KUHPerdata, disebutkan bahwa kedudukan seorang ahli waris yang menolak warisan dan masih hidup, tidak dapat digantikan kedudukannya oleh para ahli warisnya. Apabila si ahli waris mempunyai hutang-hutang, maka ada kemungkinan para berpiutang akan dirugikan dengan penolakan warisan oleh si ahli waris debitur, maka menurut Pasal 1061 KUHPerdata si berpiutang dapat memohon

kepada Hakim supaya diberi kuasa untuk menerima harta warisan itu atas nama dan untuk menggantikan si ahli waris yang menolak warisan tersebut.80

Menurut Pasal 1341 KUHPerdata, si berpiutang diberi kuasa untuk menuntut pembatalan terhadap hal yang dianggap dapat merugikan si berpiutang. Hal ini harus diketahui oleh pihak si berhutang, sedangkan dalam Pasal 1061 ayat 2 KUHPerdata dicantumkan bahwa penolakan warisan hanya dapat dibatalkan apabila permohonan pembatalan si berpiutang diterima oleh Hakim, maka si berpiutang dapat menagih hutang si ahli waris degan cara mengambil dari harta benda warisan, sampai mencukupi untuk membayar hutang kepada si berpiutang, sedangkan ahli waris yang menolak warisan tersebut tidak diizinkan memperoleh keuntungan dari pembatalan tersebut.

Seorang ahli waris dinyatakan tidak dapat melakukan penolakan warisan apabila si pewaris belum meninggal dunia (Pasal 1063 KUHPerdata) dan apabila ahli waris melenyapkan/menyembunyikan benda-benda dari harta warisan (Pasal 1062 KUHPerdata). Ahli waris yang menghilangkan / menyembunyikan benda-benda harta warisan dianggap menerima warisan tanpa syarat sebagai hukuman dengan kata lain hak ahli waris untuk melakukan penolakan warisan menjadi lenyap, serta tidak memiliki hak atas benda-benda yang dihilangkan atau disembunyikan tersebut (Pasal 1064 KUHPerdata)

C. Akibat Hukum Penolakan Ahli Waris TerhadapWarisan Hak Atas Tanah

Dokumen terkait