• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA GUGATAN PENGGUGAT DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

C. Akibat Hukum Pidana Terhadap Para Pihak

Dalam kasus ini penerbitan sertipikat ganda dapat juga dikarenakan karena ada pemalsuan dokumen ataupun penipuan, dalam hal ini akibat pidana bagi seseorang yang melakukan pemalsuan sertipikat ialah dalam pasal 263 ayat (1) dan (2)Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi :

“Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak palsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun”

“Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian”

Selanjutnya di dalam pasal pasal 264 kuhap ditegaskan bahwa:

128www.hukumonline.com, aspek implikasi hukum dalam pendaftaran tanah dan penerbitan sertipikat hak-hak atas tanah, tanggal 27 Februari 2016, pukul 19.58

1. Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun, jika dilakukan terhadap:

a. Akta-akta otentik

b. Surat hutang atau sertipikat hutang dari sesuatu negara atau bagiannya ataupun dari suatu lembaga umum.

c. Surat sero atau hutang atau sertipikat sero atau hutang dari suatu perkumpulan, yayasan, perseroan atau maskapai.

d. Talon, tanda bukti dividen atau bunga dari salah satu suratyang diterangkan dalam 2 dan 3, atau tanda bukti yang dikeluarkan sebagai pengganti surat-surat itu.

e. Surat kredit atau surat dagang yang diperuntukkan untuk diedarkan. 2. Diancam dengan pidana yang sama barang siapa dengan sengaja memakai

surat tersebut dalam ayat pertama, yang isisnya tidak sejati atau yang dipalsukan seolah-olah benar dan tidak palsu, jika pemalsuan surat itu dapat menimbulkan kerugian.

Bentuk-bentuk pemalsuan surat ini menurut Soesilo dilakukan dengan cara: 1. Membuat surat palsu; membuat isinya bukan semestinya (tidak benar)

2. Memalsu surat: mengubah surat sedemikian rupa sehingga isinya menjadi lain dari isi yang asli. Caranya bermacam-macam, tidak senantiasa surat itu diganti dengan yang lain, dapat pula dengan cara mengurangkan, menambah atau merubah sesuatu dari surat itu.

3. Memalsu tanda tangan juga termasuk pengertian memalsu surat. 4. Penempelan foto orang lain dari pemegang yang berhak.

Unsur –unsur pidana dari tindak pidana pemalsuan surat selain yang disebut diatas adalah:

1. Pada waktu memalsukan surat itu harus dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain menggunakan surat itu seolah-olah asli dan tidak dipalsukan.

2. Penggunaanya harus dapat mendatangkan kerugian. Kata “dapat” maksudnya tidak perlu kerugian itu betul-betul ada, baru kemungkinan saja akan adanya kerugian itu sudah cukup.

3. Yang dihukum menurut pasal ini tidak saja yang memalsukan, tetapi juga sengaja menggunakan surat palsu. Sengaja maksudnya bahwa orang yang menggunakan itu harus mengetahui benar-benar bahwa surat yang yang ia gunakan itu pals. Jika ia tidak tahu akan hal itu, ia tidak dihukum. Sudah dianggap “mempergunakan” misalnya menyerahkan surat itu kepada orang lain yang harus mempergunakan lebih lanjut atau menyerahkan surat itu ditempat dimana surat tersebut harus dibutuhkan.

4. Dalam hal menggunakan surat palsu harus pula dibuktikan bahwa orang itu bertindak seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, demikian pula perbuatan itu harus dapat mendatangkan kerugian.

Lebih lanjut, menurut pasal 264 ayat (1) angka1 KUHP, bahwa tindak pidana pemalsuan surat sebagaimana pasal 263 KUHP lebih berat ancaman hukumannya apabila surat yang dipalsukan tersebut adalah surat-surat otentik. Surat otentik, menurut Soesilo adalah surat yang dibuat menurut bentuk dan syarat-syarat yang ditetapkan undang-undang, oleh pegawai umum seperti notaris.129

Akibat pidana penipuan dalam pasal 389 KUHP menyatakan bahwa:

“ Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, menghancurkan, memindahkan, membuang atau membuat sehingga atau membuat sehingga tidak dapat terpakai lagi barang yang dipergunakan untuk menentukan batas pekarangan, dihukum penjara selama-lamnya dua tahun delapan bulan.

Tindak pidana ini tidak ada unsur perbuatan atau upaya-upaya perbuatan yang bersifat menipu atau membohongi, seperti tipu muslihat, rangkaian kebohongan, perbuatan curang dan lain sebaginya. Walaupun demikian sesungguhnya dalam pasal ini ada unsur membohongi atau mengelabui orang atau khlayak umum, yaitu dengan perbuatannya terhadap sesuatu yang digunakan sebagai batas tanda pekarangan itu orang lain dapat terpedaya, menjadi keliru mengenai batas dan luas tanah pekarangan, perbuatan itu juga mengakibatkan tidak jelasnya batas-batas pekarangan dan merubah luas suatu pekarangan dari luas asalnya.

129R. Soesilo, Kitab Undan-undang Hukum Pidana (KUHP) serta komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal, Politeia, Bogor, 1991, hal 197

Terkait dengan kelalain dari Badan Pertanahan adanya pelanggaran pidana dalam hukum pertanahan dalam pembuatan data fisik dan data yuridis yang dilakukan oleh beberapa pihak terkait seperti Kepala Badan Pertanahan dan orang yang memohon hak, di dalam KUHP ditemukan ketentuan untuk menjaring pelaku tindak pidana di bidang pendaftaran tanah antara lain dengan menggunakan pasal 423 jo Pasal 424 ayat (1) KUHP dan pasal 55 KUHP tentang Penyertaan (delneming) Jo Pasal 385 KUHP tentang perbuatan curang (bedrog). Artinya dalam ketiga pasal tersebut ialah seorang pejabat yang bermaksud untuk menguntungkan diri sendiri bersama orang lain yang ikut serta dalam membantu melalaikan tugas dan wewenang pejabat dalam menggunakan kekuasaannya melakukan suatu peristiwa tindak pidana. Dalam kasus ini data fisik salah satu sertipikat tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan diduga adanya indikasi kelalaian aparat yang membuat batas atau patokan dalam buku tanah yang bersangkutan.

Dalam penerapan hukum pidana, menurut pendapat ahli hukum mengatakan bahwa unsur-unsur melawan hukum adalah unsur suatu delik, maka unsur melawan hukum itu tetap dianggap ada secara diam-diam, meskipun unsur melawan hukum itu tidak dirumuskan secara tegas dalam rumusan suatu delik.Ajaran melawan hukum materil adalah sudah merupakan satu keharusan dalam penerapan hukum pidana modern.Paradigma hukum Pidana Modern memberikan arahan bahwa ketentuan pidana, ditujukan untuk mengatur dan mengendalikan tertib hukum dalam masyarakat.Di samping menjamin ditegakkan rasa keadilan masyarakat atas

perbuatan orang per orang atau sekelompok orang yang telah merusak dan melanggarnya.

Dalam KUHP dapat ditemukan ketentuan yang mampu secara minimalis menjaring pelaku tindak pidana di bidang pendaftaran tanah, yaitu antara lain dengan menggunakan Pasal 406 ayat (1) jo Psal 407 ayat (1) KUHP, pelanggaran terhadap pasal 265 KUHP tentang pemalsuan surat dan pasal 55 KUHP tentang penyertaan (delneming) jo pasal 385 KUHP tentang perbuatan curang (bedrog). Dengan ketentuan pidana maka kebijakan kriminalisasi dalam peraturan perundang-undangan bidang pertanahan telah terakomodasi. Tetapi dalam proses penyidikan dan penegakan hukumnya masih terdapat kesulitan teknis sehingga sulit untuk dilaksanakan karena harus pula dapat dibuktikan bahwa perbuatan itu dilakukan dengan memenuhi unsur kesalahan (schuld).

Tanpa adanya kesalahan, seseorang tidak dapat dipidana (geen straaf zonder

schuld) asas ini mengandung arti bahwa seseorang yang melakukan peristiwa pidana

yang dapat dibuktikan tanpa ada unsur kesalahan dalam dirinya, maka ia dapat dibebaskan dalam segala dakwaan.130Dalam kasus ini dapat juga kesalahan tentang pembuatan data-data fisik maupun data yuridis ataupun dicurigai adanya kesalahan dalam pembuatan patok-patok yang memenuhi syarat teknis sesuai dengan peraturan perundang-undangan sehingga terjadi sertipikat ganda.Kejahatan ini merupakan perbuatan sengaja melakukan perusakan atau pemindahan patok batas yang bersangkutan oleh pemohon hak atau oleh petugas Badan Pertanahan Nasional.

Para petugas Badan Pertanahan Nasional sebagai instansi yang berwenang, dalam hal penerbitan sertipikat hak-hak atas tanah, perlu terlebih dahulu memeriksa rekaman data fisik dan data yuridis dalam buku tanah, supaya penerbitan sertipikat tidak ganda/ 2 (dua) sertipikat atau tumpang tindih dalam satu bidang tanah.

Akibat Hukum dalam putusan Pengadilan Negeri Kabanjahe Nomor 30/Pdt.G/2009/PN.Kbj ialah penggugat tidak mendapatkan putusan yang adil karena kurang lengkapnya subyek gugatannya sehingga gugatannya tidak diterima Majelis Hakim dan Akibat Hukum. Dan dalam akibat hukum ini pun penggugat tidak mendapatkan keadilan karena kurangya subyek dalam objek gugatannya sehingga penggugat tidak mendapatkan keadilan meskipun telah melakukan prosedur sesuai dengan prosedur yang telah ada.

Dokumen terkait