• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA GUGATAN PENGGUGAT DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

B. Kasus Posisi

Sebelum menganalisis putusan yang menjadi dasar pertimbangan majelis hakim dalam memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara dalam Putusan Pengadilan Negeri Kabanjahe Nomor 30/Pdt. G/2009/Pn.Kbj tanggal 30 Maret 2010, terlebih dahulu dijelaskan mengenai posisi (aquo) meliputi deskripsi terhadap para pihak, kronologis kasus, gugatannya, eksepsi, putusan hakim, dan pertimbangan hakim.

1. Para Pihak

Dalam kasus ini pihak yang berperkara ialah ISHAK CHARLI yang diwakili oleh kuasanya A.Ayub, SH,MH yang disebut juga sebagai penggugat telah mengajukan perkara ke Pengadilan Negeri Kabanjahe dengan Tergugat I ialah SYAMSUDIN ARIFIN yang diwakili oleh kuasanya Mardhi Santawijaya, SH dan Tergugat II ialah Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Karo yang diwakili oleh Emri, SH,M.Kn dan Mawarsin Purba, SH.

2. Kronologis Kasus

Pada tahun 1949, Pasang Ginting telah menggarap tanah bersama masyarakat di Desa Jaranguda, pada tahun 1990an tanah yang digarap oleh Pasang Ginting beserta para penggarap yang lain pernah digugat oleh Iwan Kuasa Purba berdasarkan

105https://jojogaolsh.wordpress.com/2010/10/12/pengertian-dan-macam-macam-putusan/ tanggal 4-02-2016, pukul 12.54am.

Hak Guna Bangunan namun Hak Guna Bangunan tersebut telah habis jangka waktunya dan pada waktu itu Iwan Kuasa Purba mengajukan gugatan kepada para penggarap yang menggarap saat kasus telah di sidangkan maka Iwan Kuasa Purba kalah dalam persidangan sampai ke tingkat Mahkamah Agung setelah adanya Putusan dari Mahkamah Agung barulah Pasang Ginting beserta para penggarap membuat surat atas tanahnya di Desa Jaranguda dan pada tahun 1991 Kepala Desa pada masa itu telah mengeluarkan Surat Keterangan bahwa Pasang Ginting telah menggarap tanah tersebut dari tahun 1949 setelah itu pada tahun 1992 terbitlah sertipikat atas nama Pasang Ginting dengan Sertipikat Hak Milik nomor 63/Desa Jaranguda tertanggal 28 Oktober 1992 dengan luas kurang lebih 4.067 M2 dengan batas batas sebgai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan tanah milik Penggugat c. Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Pendidikan

d. Sebelah Timur dahulu berbatasan dengan Tanah Pasang Ginting, sekarang tanah Sarno.

Pada saat Pasang Ginting meninggal dunia tanah tersebut telah dialihkan ke 4 anaknya yaitu: David Ginting, Rajin Ginting, Ruth dan Sarinem Beru Ginting, nama Pajak Bumi dan Bangunan yang tertera atas nama Pasang Ginting berhubung Pasang Ginting telah meninggal dunia maka yang membayar PBB tersebut adalah anaknya David Ginting. Pada tahun 2001 tanah tersebut telah di jual ahli waris ke Ishak Charli

di hadapan Notaris Darwin Sjam manda dengan akta Jual Beli Nomor 622/AJB/VI/07/2001 tertangal 06 Juni 2001 dan Sertipikat tersebut telah beralih nama ke nama Ishak Charli.

Dari tahun 1992 sampai dengan 2003 tidak ada yang pihak yang keberatan atas terbitnya Sertipikat tanah nomor 63/Jaranguda tahun 1992 tanah tersebut telah 5 tahun lebih terbit sertipikat hak milik diatasnya bahwa setelah lewat 5 tahun lewat, Syamsudin Arifin datang untuk mengakui bahwa tanah tersebut adalah tanahnya dengan membuktikan sertipikat Hak Milik Nomor 24/Jaranguda tertanggal 23 September 1986 atas nama Syamsudin Arifin bahwa atas tanah tersebut telah terbit Sertipikat hak Tanggungan untuk kredit sebesar Rp. 100.000.000.- (seratus juta rupiah) pada Bank Sumut dan Sertipikat Hak Tanggungan tersebut juga telah diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Karo, Hak Tanggungan Nomor 3585 tertanggal 15 Oktober 1996.

Dalam hal pemeriksaan luas dan batas-batas dari salah satu sertipikat memiliki perbedaan dimana salah satu sertipikat tidak memiliki batas-batas pada surat ukur, sehingga menimbulkan keraguan, dalam hal ini setiap sertipikat memiliki surat ukur dan dengan apa saja berbatasan tanah tersebut dan luasnya berapa tertera di dalam surat ukur tersebut.

3. Dasar Gugatan

Bahwa penggugat dalam surat gugatannya tertanggal 14 Juli 2009, yang telah diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kabanjahe dalam register perkara nomor 30/Pdt.G/2009/Pn.Kbj, telah mengajukan gugatan kepada Tergugat dengan mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

Berdasarkan akta Jual Beli Nomor 622/AJB/VI/07/2001 tertanggal 06 Juni 2001 yang diperbuat dihadapan Notaris Darwin Sjam Manda selaku PPAT Wilayah Kabupaten Karo, Penggugat telah membeli sebidang tanah berikut segala sesuatu yang berdiri diatasnya dari ahli waris Pasang Ginting seluas kurang lebih 4.067 M2 yang terletak di desa Jaranguda, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dengan sertipikat Hak Milik nomor 63/Desa Jaranguda tertanggal 28 Oktober 1991. Sejak terjadinya jual beli tersebut tanah dan bangunan tersebut tidak pernah satu orang pun yang telah melakukan jual beli atas tanah objek terperkara kecuali penggugat.

Perolehan hak yang dimiliki Ishak Charli terhadap sebidang tanah berikut segala sesuatu yang berdiri diatasnya seluas kurang lebih 4.067 M2 yang terletak di desa Jaranguda, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera adalah melalui tata cara dan mekanisme prosedur hukum yang berlaku sebagaimana yang ditemukan dalam Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (yaitu ketentuan pasal 23 s/d 26 dan pasal 29 Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 dan Pasal 30 ayat (2) huruf b Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997), maka sepatutnya Ishak Charli dinyatakan sebagai pemilik yang sah dan berhak penuh terhadap sebidang tanah seluas kurang lebih 4.067 M2, beserta bangunan yang

berdiri diatasnya yang terletak di desa Jaranguda, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan alas hak kepemilikan Ishak Charli berupa sertipikat Hak Milik nomor 63/Desa Jaranguda tertanggal 28 Oktober 1992 terdaftar atas nama Ishak Charli.

Sejak diterbitkannya sertipikat Hak Milik nomor 63/Desa Jaranguda tertanggal 28 Oktober 1992 s/d tahun 2003 ternyata tidak pernah ada pihak manapun termasuk Syamsyudin Arifin yang mengajukan keberatan atas terbitnya Sertipikat Hak Milik Nomor 63/Desa Jaranguda tersebut maka menurut ketentuan hukum positif sebagaimana diatur dalam pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 terhadap sertipikat Hak Milik Nomor 63/Desa Jaranguda yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Karo lebih dari 5 (lima) tahun lamanya, hal mana adalah merupakan bukti kepemilikan yang sah, sehingga oleh karenanya apabila dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat tersebut oleh instansi yang berwenang untuk itu tidak ada pihak manapun yang mengajukan keberatan atas penerbitan sertipikat tersebut sebagai alas hak yang sah dari suatu bidang tanah berikut dengan segala sesuatu yang berdiri diatasnya, maka secara yuridis hal mana menunjukkan secara hukum bahwasanya tidak ada upaya hukum maupun bukti surat apapun yang dapat melumpuhkan/melemahkan sertipikat hak miliki nomor 63/Desa Jaranguda atas nama Ishak Cahrlie;

Syamsuddin Arifin mengatakan bahwa atas tanah objek terperkara telah terbit sertipikat Hak Milik Nomor 24/Jaranguda tertanggal 23 September 1986 atas nama

Syamsuddin Arifin adalah keliru, karena terhadap tanah objek terperkara sebagaimana tersebut pada Sertipikat Hak Milik Nomor 63/Desa Jaranguda tertanggal 28 Oktober 1992, sebelumnya tidak pernah dilakukan jual beli oleh ahli waris Pasang Ginting terkecuali dengan Ishak Charlie sebagaimana tersebut akta jual beli nomor 622/AJB/VI/07/2001 tertanggal 6 Juni 2001 yang diperbuat dihadapan Notaris Darwin Sjam Manda selaku PPAT wilayah Kabupaten Karo dan telah dibaliknama ke atas nama Ishak Charli.

Berdasarkan hal tersbut diatas, telah sesuai dengan yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia nomor 1230 K/Sip/1982, tanggal 29 Maret 1982 jo.Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia nomor 3201/ K/Pdt/1991 tanggal 30 Januari 1996, Ishak Charli adalah pembeli beritikad baik yang harus dilindungi Undang-Undang, sehingga patut bila Ishak Charli mohon dinyatakan demi hukum Ishak Charli adalah sebagai pembeli yang beritikad baik yang harus dilindungi hukum.

Fakta hukum membuktikan Sertipikat Hak Milik nomor 24/Jaranguda tertanggal 23 September 1986 atas nama Syamsuddin Arifin mengenai luas, bentuk, ukuran tanah serta batas-batas dan letak tanah yang diakui oleh Syamsuddin Arifin tidak jelas, sedangkan Sertipikat Hak Milik nomor 63/Jaranguda tertanggal 28 Oktober 1992 atas nama Ishak Charli secara nyata jauh berbeda, baik luas maupun letaknya dengan sertipikat Hak Milik nomor 24/ Jaranguda tertanggal 23 September

1986 milik Syamsuddin Arifin dan Syamsuddin Arifin sampai saat ini tidak pernah menguasai secara fisik tanah yang disebutkan sebagai miliknya.

Syamsuddin Arifin bukan sebagai pemilik yang sah dan berhak penuh terhadap tanah objek terperkara sebagaimana tersebut sertipikat Hak Milik nomor 63/Desa Jaranguda tertanggal 28 Oktober 1992, maka perbuatan Syamsuddin Arifin yang menyatakan diatas tanah milik Ishak Charli telahlebih dahulu terbit sertipikat Hak Milik nomor 24/Jaranguda tertanggal 23 September 1986 atas nama Syamsuddin Arifin dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan Hukum (Onrecht

Matigedaad) kepada Ishak Charli, dengan demikian karena Syamsuddin Arifin

mengakui di atas tanah milik Ishak Charli yang terlebih dahulu diterbitkan Sertipikat Hak Milik nomor 24/Jaranguda tertanggal 23 September 1983 atas nama Syamsuddin Arifin, akan tetapi mengenai luas, bentuk ukuran dan batas-batas serta letak tanah, secara nyata jauh berbeda dengan Sertipikat Hak Milik Nomor 63/Jaranguda tertanggal 28 Oktober 1992 milik Ishak Charli.

4. Eksepsi

Syamsuddin Arifin mengajukan Eksepsi yaitu sebagai berikut: 1. Tentang telah adanya putusan dalam perkara ini.

Bahwa perkara ini telah diadili dan diputus di Peradilan Tata Usaha Negara, dimana pihak yang berperkara identik/sama dengan pihak-pihak dalam perkara ini, dimana Syamsuddin Arifin sebagai Penggugat, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Karo sebagai Tergugat I dan Ishak Charli sebagai Tergugat II, perkara yang

dimaksud ialah nomor 63/G/2004/PTUN-Mdn tanggal 14 Februari 2005, nomor 46/BDG/2004/PT.TUN-Mdn tanggal 22 Juni 2005, nomor 592 K/TUN/ 2005 tanggal 19 Juli 2006, dalam perkara ini telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang amarnya;

 Mengabulkan gugatan penggugat/pembanding seluruhnya;

 Menyatakan batal Surat Keputusan Tergugat/Terbanding (Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Karo) berupa sertipikaat Hak Milik nomor 63 tanggal 28 Oktober 1992 atas nama Ishak Charli, seluas 4.067 M2 yang terletak di Desa Jaranguda, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

 Mewajibkan Tergugat/Terbanding untuk mencabut Sertipikat Hak Milik nomor 63 tanggal 28 Oktober 1992 atas nama Ishak Charli yang dinyatakan batal.

Bahwa secara Yuridis Formil Ishak Charlie telah kehilangan haknya atas persil dimaksud.Oleh karena itu Ishak Charli tidak mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan gugatan. Demikian pula upaya Peninjauan Kembali (register perkara Nomor 18 PK/TUN/2008) yang diajukan dalam perkara ini ditolak oleh Majelis Hakim Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Republik Indonesia, berdasarkan fakta-fakta hukum diatas ini demi hukum gugatan Penggugat dalam perkara ini patut dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ovankelijke Verklaard). 2. Tentang tidak lengkapnya subjek tergugat

Penggugat mempermasalahkan kepemilikan yaitu penggugat berpendapat bahwa Sertipikat Hak Milik nomor 24 tidak sah, sedangkan pemilik yang sah atas objek tersebut adalah Pasang Ginting atau ahli warisnya, dari siapa objek tersbut dibelinya, maka sudah seharusnya ahli waris Pasang Ginting wajib turut digugat sebagai penjual, setelah Sertipikat Hak Milik nomor 63 tanggal 28 Oktober 1992 telah dinyatakan batal/tidak sah menurut hukum, maka sudah seharusnya Pasang Ginting atau ahli warisnya harus digugat oleh karena kurang lengkapnya subjek Tegugat, maka demi hukum gugatan pengugat patut untuk dinyatakan tidak dapat diterima.

Bahwa dengan ini Syamsuddin Arifin dengan tegas menolah dalil-dalil gugatan Ishak Charli kecuali terhadap hal-hal yang secara tegas diakui dalam jawaban pada pokok perkara ini:

1. Tentang Kekuatan Alat Bukti Surat

Sertipikat Hak Milik adalah alat bukti autentik dan merupakan alat bukti yang sempurna dan paling tinggi dalam kepemilikan hak atas tanah, Syamsuddin Arifin mempunyai alas hak berupa sertipikat Hak Milik yaitu nomor 24/ 1986 dan Ishak Charli juga mempunyai alat bukti yang sama Sertipikat Hak Milik nomor 63 tahun 1992 oleh karena itu berlakulah azas rasio legis yaitu keabsahan sertipikat Hak Milik yang lebih dulu, lebih utama dari Sertipikat Hak Milik yang terbit kemudian dan hal ini telah menjadi pertimbangan dari Peradilan Tata Usaha Negara.

2. Tentang keabsahan Sertipikat Hak Milik nomor 63/1992 dari sisi tenggang waktu.

Ishak Charli mendalilkan oleh karena Sertipikat Hak Milik nomor 63/1992 telah lebih dari kurun waktu 5 (lima) tahun tidak ada yang mengajukan keberatan, maka tidak ada lagi upaya hukum manapun yang dapat melumpuhkan sertipikat hak milik tersebut.

3. Tentang Pembeli beritikad baik

Ishak Charli menyatakan “pembeli beritikad baik harus dilindungi hukum”, Syamsuddin Arifin mengakui azaz tersebut akan tetapi penggugat juga tidak boleh mengesampingkan azaz “pemilik sah harus dilindungi hukum”, pengertian dilindungi hukum bagi Ishak Charli tentulah dalam arti Pasang Ginting/ahli warisnya dapat digugat oleh penggugat untuk mengembalikan uang pembelian objek tersebut karena ternyata objek tersebut adalah “milik orang lain” dalam hal ini milik Syamsuddin Arifin.

4. Tentang Penguasaan Secara Fisik Atas Objek Sengketa

Salah satu alasan/dalil yang dikemukakan Ishak Charli sebagai bukti petunjuk bahwa Syamsuddin Arifin tidak pernah menguasai objek sengketa tanah secara fisik, bahwa Syamsuddin Arifin menyangkal dengan tegas dalil gugatan ini dengan:

a. Penguasaan secara fisik terhadap tanah bukan berari harus ditinggali atau dijaga terus menerus oleh si pemilik tanah.

b. Objek tersebut pernah dijadikan Hak Tanggungan untuk kredit sebesar Rp. 100.000.000.- (seratus juta rupiah) pada Bank Sumut dan untuk itu diterbitkan

Seripikat Hak Tanggungan yang justru dibuat oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Karo (Hak Tanggungan Nomor 3585 tanggal 15 Oktober 1996). Tergugat I menolak dikwalifikasikan sebagai telah melakukan perbuatan melawan hukum oleh karena tidak ada tindakan-tindakan Tergugat I yang berlawanan dengan hukum oleh karena :

a. Mengajukan gugatan ke Peradilan untuk mempertahankan hak bukanlah merupakan perbuatan melawan hukum.

b. Lembaga peradilan yang sah ic. Peradilan Tata Usahan Justru menyatakan bahwa perbuatan melawan hukum telah terbukti dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Karo (Onrechtmatige Overheiddaad) yaitu secara melawan hukum telah menerbitkan Sertipikat Hak Milik Nomor 62/1992 atas nama Penggugat (Ishak Charli).

Syamsuddin Arifin tidak dapat memahami apa alasan Ishak Charli memohon petitum tentang uang paksa (dwangsom) karena tidak ada terdapat uraian dalil-dalil dalam posita gugatan Ishak Charli untuk menuntut uang paksa tersebut, uang paksa tersebut dapat diminta apabila Syamsuddin Arifin lalai melaksanakan suatu kewajiban yang bukan merupakan pembayaran uang.106 Pemasangan /pembuatan pagar oleh Ishak Charli diatas objek sengketa sehingga menghalangi hak pemilik dalam hal ini Syamsuddin Arifin untuk dapat memasuki, mengusahai dan menguasai tanah miliknya sendiri. Pengadilan Tata Usaha Negara telah menyatakan batal atau tidak berkekuatan hukum sertipikat Hak Milik nomor 63/1992, sehingga secara

yuridis formil Ishak Charli sama sekali tidak mempunyai alas hak apapun atas persil tanah tersebut.

Oleh karena itu pemasangan/pembangunan pagar yang mengelilingi objek sengketa tersebut oleh Ishak Charlie merupakan pelanggaran atas hak Syamsuddin Arifin sebagai pemiliki yang sah menurut hukum. Oleh karena itu sangat beralasan hukum apabila Ishak Charli dihukum untuk segera membongkar seluruh pagar tersebut, sehingga Syamsuddin Arifin bebas menikmati hak miliknya sesuai dengan hukum yang berlaku sebagai akibat tanahnya milik Syamsuddin Arifin tidak dapat menikmati tanah milik Ishak Charli yang selama ini sering Syamsuddin Arifin gunakan untuk menanam berbagai tanaman yang tidak bersifat komersial menjadi tempat rekreasi keluarga/teman-teman Syamsuddin Arifin.

Atas perbuatan Ishak Charli tersebut wajar apabila Syamsuddin Arifin menuntut ganti rugi terhadap Ishak Charli atas tidak dapat dinikmati/dimanfaatkan tanah milik Syamsuddin Arifin sebesar Rp.150.000.000.-(seratus limapuluh juta rupiah) setiap tahunnya terhitung sejak Ishak Charli memagar tanah milik Syamsuddin Arifin hingga saat ini, yakni sejak tahun 2004 sampai dengan dijalankannya isi putusan dalam hal ini.

5. Putusan Hakim

Majelis hakim Pengadilan Negeri Kabanjahe dalam Putusan Nomor 30/Pdt.G/2009/K.bj tanggal 14 Juli 2009 menolak eksepsi-eksepsi Tergugat I karena tidak beralasan menurut hukum sehingga harus ditolak dan Tergugat II tidak

memberikan eksepsi kemudian Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kabanjahe dalam pokok perkara menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima karena tidak lengkapnya tergugat dalam gugatan penggugat dan juga menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 851.000.- (delapanratus limapuluh satu ribu rupiah).

6. Pertimbangan Hakim

Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kabanjahe adalah Tergugat I dalam jawabannya telah mengajukan Eksepsi dan mengemukakan pada pokoknya sebagai berikut Pertama Eksepsi tentang telah adanya putusan dalam perkara ini dan yang kedua Eksepsi tentang tidak lengkapnya subyek penggugat, tentang tidak lengkapanya subyek Tergugat, dengan alasan pemilik yang sah atas tanah objek sengketa tersebut adalah Pasang Ginting dan ahli warisnya, dari siapa objek tersebut dibelinya, maka sudah seharusnya ahli waris si penjual wajib turut digugat sebagai penjual. pengertian eksepsi adalah keberatan terhadap konpetens Pengadilan yang tidak adil mengenai pokok perkara.107, Permasalahan pokok dalam perkara ini adalah kepemilikan tanah bahwa penggugat mendalilkan berdasarkan Akta Jual Beli nomor 622/AJB/VI/07/2001 tertanggal 06 Juni 2001 yang diperbuat dihadapan Notaris Darwin Sjam Manda selaku PPAT Wilayah Kabupaten Karo, penggugat telah membeli sebidang tanah berikut segala sesuatu yang berdiri diatasnya dari ahli waris Pasang Ginting seluas kurang lebih 4.067 M2 (empat ribu enam puluh meter persegi)

yang terletak di desa Jaranguda, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara, sebagaimana batas-batas berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan

 Sebelah Selatan berbatasan dengan tanah milik penggugat  Sebelah Barat berbatsan dengan Jalan Pendidikan

 Sebelah Timur dahulu berbatasan dengan tanah Pasang Ginting, sekarang tanah Sarno.

Eksepsi tentang telah adanya Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang telah berkekuatan hukum dalam perkara ini Majelis Hakim mempertimbangkan dengan berpendapat bahwa ruang lingkup pemeriksaan perkara Perdata di Peradilan Umum dimana pada Peradilan Tata Usaha Negara yang menjadi objek pemeriksaan adalah kebijakan/keputusan yang dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara tentang bagaimana prosedur administrasi keluarnya suatu kebijakan Pejabat Tata Usaha Negara apakah sudah sah atau tidak, sedangkan dalam perkara perdata pemeriksaan apabila menyangkut masalah kepemilikan tanah maka yang menjadi objeknya adalah tanahnya dan bagaimana pemilikannya, karena permasalahan dalam perkara ini adalah mengenai kepemilikan tanah berdasarkan pembeli yang beritikad baik, sehingga Pengadilan Negeri Kabanjahe berwenang memeriksa perkara ini.

Untuk menentukan pihak-pihak mana yang dapat ditarik sebagai pihak dalam perkara ini maka terlebih dahulu harus dibuktikan asal-usul perolehan tanah tersebut, dan hal-hal tersebut telah menyangkut pembuktian pokok perkara maka haruslah

dipertimbangkan bersamaan dengan pokok perkara. Berdasarkan Sertipikat Hak milik nomor 64 tahun 1992 maka terdapat perbedaan bentuk maupun luas tanah terperkara dengan sertipikat hak milik nomor 24/1986 selain itu juga di dalam surat ukur yang terlampir di dalam sertipikat hak milik nomor 24/jaranguda tahun 1986 tidak menyebutkan batas-batas tanah sehingga dapat dipastikan apakah objek yang dimaksud dalam Sertpikat Hak Milik nomor 24/1986 sama dengan yang dimaksud dalam objek perkara ini.

Syamsuddin Arifin telah menyangkal gugatan penggugat dengan alasan-alasan sebagaimana jawabannya, oleh karena gugatan Ishak Charli telah disangkal oleh Syamsuddin Arifin maka kewajiban hukum bagi Ishak Charli untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya, untuk menguatkan dasar gugatannya telah mengajukann bukti dipersidangan berupa 3 (tiga) orang saksi yaitu M.Yuda Ginting, Elisa Sinuraya, dan David Ginting. M Yuda Ginting menerangkan bahwa objek sengketa digarap oleh Pasang Ginting sejak tahun 1949 yang kemudian pada tahun 1992 Badan Pertanahan Nasional mengeluarkan sertipikat atas nama Pasang Ginting, demikian juga keterangan saksi David Ginting pernah menjual tanah tersebut kepada Ishak Charli dan yang menguasai tanah tersebut sampai sekarang adalah Ishak Charli.

7. Analisis Hukum Terhadap Dasar Hukum Pertimbangan Majelis Hakim

Setelah kasus tersebut dideskripsikan selanjutnya akan dilakukan analisis hukum dengan memberikan argumentasi-argumentasi hukum (legal reasoring) terhadap kasus tersebut khususnya mengenai dasar pertimbangan Majelis Hakim

tentang pemilikan tanah yang beritikad baik, subjek tergugat yang tidak lengkap dan objek tanah yang yang tidak sesuai dengan surat ukur.

Pokok penting dalam pertimbangan hakim ialah tentang penguasaan tanah yang beritikad baik menurut yurisprudensi Putusan MA Nomor Register: 1230 K / Sip / 1980 Tanggal 29 Maret 1982 yaitu Pembeli yang beritikad baik harus mendapat perlindungan hukum, dengan melihat yurisprudensi tersebut maka gugatan tersebut di terima dan menjadi wewenang Pengadilan Negeri Kabanjahe, analisis ini dikaitkan dengan kerangka teori yaitu teori keadilan dimana pembeli yang memiliki itikad baik telah melakukan pembelian tanah sesuai dengan prosedur yang telah ada dan dapat memperkokoh keabsahan formalitas data yuridis dan data teknis sehingga dapat diketahui sebelum dilakukannya jual beli, tanah tersebut tidak dijumpai adanya sengketa dan tanah tersebut tidak ada keberatan terhadap kepemilikannya, sehingga dalam pembelian ataupun penjualan tanah dapat menggunakan asas publisitas dan asas spesialitas dimana setiap informasi yang ingin diketahui tentang objek tanah yang diinginkan dapat dilihat langsung ataupun di cek di Kantor Pertanahan. Dalam kasus ini si pembeli telah melakukan jual beli dan 5 tahun kemudian setelah dia menguasai tanah tersebut datang pihak ketiga mengaku tanah tersebut adalah tanahnya dan telah terbit sertipikat tanah diatasnya. Dalam pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata mengatakan suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik, ketentuan mengenai itikad baik memiliki pengertian bahwa perjanjian ini harus dilaksanakan menurut keadilan dan kepatutan.

Dalam konteks hukum, itikad baik memiliki unsur psikologis dan etika.Itikad baik dengan unsur psikologis terdiri dari kepercayaan bahwa seseorang bertindak

Dokumen terkait