• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA GUGATAN PENGGUGAT DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

C. Putusan Niet Ontvankelijke Verklaard

Putusan Niet Ontvankelijke Verklaard atau yang biasa disebut sebagai

Putusan NO merupakan putusan yang menyatakan bahwa gugatan tidak dapat diterima karena mengandung cacat formil. M. Yahya Harahap menjelaskan berbagai macat cacat formil yang mungkin melekat pada gugatan, antara lain:

1. Gugatan yang ditandatangani kuasa berdasarkan surat kuasa yang tidak memenuhi syarat yang digariskan Pasal 123 ayat (1) HIR

2. Gugatan tidak memiliki dasar hukum.

3. Gugatan error in persona dalam bentuk diskualifikasi atau plurium litis consortium.

4. Gugatan mengandung cacat obscuur libel, ne bis in idem, atau melanggar

yurisdiksi (kompetensi) absolut atau relatif.116

Dasar pemberian Putusan NO (tidak dapat diterima) ini dapat dilihat dalam Yursiprudensi Mahkamah Agung RI No.1149/K/Sip/1975 tanggal 17 April 1975 jo. Putusan Mahkamah Agung RI No 565/K/Sip/1973 tanggal 21 Agustus 1973 jo Putusan Mahkamah Agung RI No. 1149/K/Sip/1979 tanggal 7 April 1979 yang menyatakan bahwa terhadapa objek gugatan yang tidak jelas maka gugatan tidak dapat diterima.117

Dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara ini adalah dikarenakan kurangnya subyek tergugat dalam mengajukan gugatan sehingga putusan yang diberikan dalam perkara ini tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard). Tidak lengkapnya syarat formil dalam mengajukan gugatan

116M.Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta, Sinar Grafika, 2006, hal 118 117Ibid

BAB IV

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KABANJAHE NOMOR 30/PDT.G/2009/PN.K.bj

A. Akibat Hukum dari Putusan Pengadilan nomor 30/Pdt.g/2009/PN.K.bj Putusan Majelis Hakim pada Gugatan nomor 30/Pdt.g/2009/PN.K.bj ialah tidak menerima gugatan tersebut karena para tergugat tidak lengkap, dan disini dapat dilihat adanya terjadi perbuatan melawan hukum, landasan hukum menyangkut perbuatan melawan hukum adalah Pasal 1365 KUH Perdata, yang berbunyi: “Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian untuk mengganti kerugian tersebut.bahwa yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum disini bukan hanya melanggar Undang-undang melainkan juga termasuk ke dalam pengertian perbuatan melawan hukum adalah setiap tindakan:

1. Yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum 2. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku 3. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan

4. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam masyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain.118

Akibat hukum dari putusan tersebut ialah dengan melihat banyak pertimbangan Majelis hakim memutuskan untuk menolak eksepsi tergugat dan tidak menerima gugatan penggugat, dimana dengan tidak lengkapnya subjek tergugat,

begitu juga dalam putusan ini Majelis Hakim mengadili dikarenakan untuk melaksanakan perlindungan pembeli yang beritikad baik dimana, hak si pembeli telah dirugikan dengan terjadinya jual beli antara Ishak Charli dan Ahli waris Pasang Ginting, dimana objek tanah yang telah dibeli Ishak Charli dari ahli Waris Pasang Ginting digugat oleh pihak ketiga yaitu Syamsuddin Arifin yang mengakui bahwa tanah tersebut adalah miliknya, dalam hal ini ahli Waris Pasang Ginting telah melakukan perbuatan hukum dimana jual beli yang dilakukan Ahli waris Pasang Ginting dan Ishak Charli telah membawa kerugian bagi Ishak Charli.

Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatigade) dapat dijumpai baik dalam hukum perdata maupun pidana. Kedua konsep perbuatan melawan hukum tersebut memperlihatkan perbedaan dan persamaan antara lain yaitu:119

1. Perbuatan melawan hukum perdata:

a. Perbuatan melawan hukum perdata dimaksudkan untuk melindungi kepentingan individu

b. Akibat dari adanya perbuatan melawan hukum perdata adalah meniadakan kerugian dari pihak yang dirugikan

2. Perbuatan melawan hukum pidana

a. Perbuatan hukum pidana dimaksudkan untuk melindungi kepentingan masyarakat umum.

119Rosa Agustina, Ringkasan Disertasi Perbuatan Melawan Hukum, Program Doktor Universitas Indonesia, hal 15

b. Akibat dari adanya perbuatan melawan hukum pidana adalah pemidanaan dari individu yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat umum karena adanya tindak pidana yang dilakukan.

Dari perbuatan melawan hukum tersebut diatas dapat dilihat bahwa ahli waris Pasang Ginting telah melakukan perbuatan melawan hukum yaitu memberikan kerugian bagi Ishak Charlie, dari teori yang digunakan adalah teori keadilan dimana barang-barang materil (kepemilikan/kemakmuran) ditujukan kepada individu-individu dan moralitas keadilan terlihat dengan menghormati kepemilikan ini tanpa melakukan tindakan-tindakan memperoleh barang orang dengan yang diperoleh secara tidak sah dan dikembalikan kepada pemiliknya. Disini dilihat bahwa Ishak Charli telah memperoleh tanah tersebut dengan prosedur yang benar. Beberapa tuntutan yang dapat diajukan karena perbuatan melawan hukum antara lain:120

1. Ganti rugi dalam bentuk uang atas kerugian yang ditimbulkan

2. Ganti rugi dalam bentuk natura atau dikembalikan dalam keadaan semula 3. Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah melawan hukum 4. Melarang dilakukannya perbuatan hukum.

Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh ahli waris Pasang Ginting ialah: a. Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan yang menyatakan bahwa tanah yang hendak dijualnya tidak bersengketa, baik hak maupun batasnya-batasnya sebelum dilakukannya jual beli namun setelah lebih dari 5 (lima) tahun Ishak Charlie menguasai tanah 120 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1996, hal 40

tersebut, tanah tersebut digugat oleh Syamsuddin Arifin yang mengaku tanah yang dikuasai oleh Ishak Chalie adalah miliknya dan telah memiliki hak milik nomor 24/1986 ini merupakan perbuatan melawan hukum karena apa yang diperjanjikan tidak sesuai dengan pelaksanaanya.

b. Adanya hubungan antara kesalahan dan kerugian

Adanya kesalahan dan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh ahli waris Pasang Ginting merupakan suatu perbuatan yang membawa kerugian bagi Ishak Charli sebagai pihak yang dengan itikad baik ingin membeli tanah tersebut melalui perjanjian sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku. Dalam hal ini juga dapat dikatakan telah terjadi penipuan, penipuan dari pihak ahli waris Ginting, Badan Pertanahan ataupun Syamsuddin Arifin, dimana dalah hal ini Badan Pertanahan Yang telah menerbitkan sertipikat hak milik nomor 63/1992 dan sertipikat hak milik nomor 24/1986 dapat dilihat bahwa sertipikat tersebut memiliki luas dan batas-batas yang berbeda sehingga dapat dilihat salah satu dari sertipikat tersebut adalah palsu telah terjadi penipuan ataupun perbuatan melawan hukum yang merugikan para pihak oleh badan pertanahan. Akibat hukum dari diterbitkannya sertipikat tersebut ialah bawah telah terjadi gugat menggugat untuk melihat kebenaran sertipikat mana yang asli.

Kasus pemilikan sertipikat ganda ini tentu salah satu dari sertipikat tersebut adalah palsu, dimana dalam perbuatan melawan hukum memiliki tanah secara tidak sah dengan memalsukan sertipikat tanah dengan pemilikan tidak sah atau hanya

penguasaan secara tidak sah sangat bergantung pada tindakan dan situasi sekeliling pelaksanaan perbuatan tersebut, akan tetapi, sering kali ada beberapa faktor dominan dalam tindakan pelaku yag dapat dipertimbangkan, faktor dominan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Apakah pelaku beritikad baik

2. Sejauh mana kerusakan terhadap benda milik orang lain tersebut

3. Sejauh mana dominasi penguasaan pelaku atas benda orang lain tersebut. 4. Sejauh mana kerugian material dan ketidaknyamanan terhadap korban.121 B. Akibat Hukum Perdata Terhadap Para Pihak

Sertipikat ganda diterbitkan karena kelalaian atau kurang telitinya Badan Pertanahan Nasional dalam hal melakukan pendaftaran hak atas tanah sehingga menimbul dampak terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah. Keberadaan sertipikat ganda mengakibatkan tidak terciptanya kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pemegang sah hak atas tanah, diterbitkannya sertipikat ganda dapat menimbulkan antara lain : terjadi kekacauan pemilikan, terjadi sengketa hukum, terjadi ketidakpastian hukum, terjadi tindak pidana atas pemakain sertipikat yang palsu yang merugikan pemilik sertipikat asli maupun pihak lainnya, ketidakpercayaan masyarakat terhadap sertipikat hak atas tanah.122

Sertipikat ganda jelas membawa akibat ketidakpastian hukum pemegang hak-hak atas tanah yang sangat tidak diharapkan dalam pelaksanaan pendaftaran

121Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010, hal 58 122Utoyo Sutopo, Op.cit, hal 7

tanah.Untuk mencegah terjadinya sertipikat ganda tidak ada jalan lain selain mengoptimalkan administrasi pertanahan dan pembuatan peta pendaftaran tanah. Hal ini harus dilakukan untuk mencegah terjadinya sertipikat ganda.Dengan adanya peta pendaftaran tanah dan administrasi pertanahan yang baik, kesalahan batas dapat diketahui sedini mungkin.123

Namun apabila terjadi sertipikat ganda, maka harus ada pembatalan dari salah satu pihak dengan memeriksa dokumen pendukung.Hal ini bisa berlangsung lama, apalagi jika terjadi gugatan sertipikat ke pengadilan, untuk meminta pembatalan oleh pihak yang merasa dirugikan.Terjadinya sertipikat ganda merupakan salah satu akibat adanya tumpang tindih dalam penerbitan hak atas tanah yang disebut cacat hukum administrasi. Sebagaimana terdapat dalam pasal 107 Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 9 tahun 1999 tentang tata cara pemberian dan pembatalan hak atas tanah dan hak pengelolaan.

Lahirnya sertipikat ganda, tidak lepas dari tindakan pejabat Kantor Pertanahan, seperti membatalkan sebuah sertipikat yang lama dan menerbitkan yang baru untuk dan atas nama orang lain tanpa sepengetahuan pemilik yang namanya tercantum dalam sertipikat tanah yang lama. Bahkan penerbitan sertipikat yang baru dilakukan oleh pejabat Kantor Pertanahan tanpa prosedur hukum.124Dalam pasal 28 D ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa:

“setiap orang berhak ataspengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.”

Dalam pasal 3 dan 4 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 disebutkan bahwa salah satu tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memberikan kepastian

123Adrian Sutedi. Loc.cit hal 13 124Adrian Sutedi, Op.cit, hal 8

hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Pemegang hak yang dimaksud adalah baik pemegang hak yang memperoleh hak tersebut melalui permohonan hak melalui prosedur pendaftaran tanah pertama kali maupun pemegang hak yang memperoleh hak tersebut karena melakukan perbuatan hukum.

Ishak Charli dalam hal ini telah melakukan perbuatan hukum jual beli tanah dimana dalam hal ini dapat dimanfaatkan sistem publikasi pendaftaran tanah yang dianut adalah sistem publikasi negatif mengandung unsur positif dimana sertipikat hanya sebagai alat bukti yang kuat, dimana masih terbuka kesempatan bagi pihak yang merasa dirugikan untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut yaitu dalam waktu 5 (lima)tahun sejak diterbitkan sertipikat tersebut. Dalam waktu 5 ( lima) tahun lebih Ishak Charli menguasai tanah tersebut tanpa ada gugatan namun setelah 5 tahun mendapat gugatan dari Syamsuddin Arifin, dalam hal ini mengakibatkan kerugian bagi ishak Charli dalam pemilikan tanah yang telah dibeli olehnya. Sertipikat yang dimiliki Ishak Charli dan Syamsuddin Arifin menimbulkan ketidakpastian hukum sebab apabila sertipikat itu digunakan akan menjadi tidak jelas hak dan kewajiban bagi pemegangnya. Sehingga hal tersebut merugikan keduabelah pihak.

Sanksi Perdata yang diterapkan oleh Kantor Pertanahan akibat ketidak telitian dan ketidak cermatan dalam melakukan dan memeriksa data fisik, data yuridis dikenakan sanksi 1365 dan 1366 KUHperdata yang menyebutkan:

Pasal 1365 ”tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut” Pasal 1366 “setiap orang bertangung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.

Sebagaimaman diketahui bahwa Pasal 1365 KUHPerdata mensyaratkan adanya unsur kesalahan (schuld) terhadap suatu perbuatan melawan hukum. Dan sudah merupakan tafsiran umum dalam ilmu hukum bahwa unsur kesalahan tersebut dianggap ada jika memenuhi salah satu diantara 3 (tiga) syarat sebagai berikut:

1. Ada unsur kesengajaan, atau

2. Ada unsur kelalaian (negligence, culpa), dan

3. Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf (rechtvaardigingsgrond) Dalam hal ini dapat diperkiran juga bahwa bisa saja para pihak membuat, mendaftarkan atau menerbitkan sertipikat tersebut dengan unsur kesengajaan dimana derajat kesalahnnya lebih tinggi. Jika seseorang dengan segaja merugikan orang lain (baik untuk kepentingannya sendiri atau bukan), berarti dia telah melakukan perbuatan yang melanggar hukum tersebut dalam arti yang sangat serius ketimbang dilakukannya hanya sekedar kelalaian belaka.125

Unsur kesengajaan tersebut dianggap eksis dalam suatu tindakan manakala memenuhi elemen-elemen sebagai berikut :

1. Adanya kesadaran (state of mind) untuk melakukan. 125Munir Fuady, Op.cit, hal 45-46

2. Adanya konsekuensi dari perbuatan. Jadi, bukan hanya adanya perbuatan saja. 3. Kesadaran untuk melakukan, bukan hanya untuk menimbulkan konsekuensi, melainkan juga adanya kepercayaan bahwa dengan tindakan tersebut “pasti” dapat menimbulkan konsekuensi tersebut.

Suatu perbuatan dilakukan dengan sengaja jika terdapat “maksud” (intent) dari pihak pelakunya.Dalam hal ini, perlu dibedakan antara istilah”maksud” dengan “motif”.Dengan istilah “maksud” diartikan sebagai suatu keinginan untuk menghasilkan suatu akibat tertentu. Jika menerbitkan sertipikat ganda dalam suatu objek tanah akan menimbulkan suatu kerugian ataupun keuntungan bagi para pihak mendaftarakan atau menerbitkan sertipikat tersebut, tentu perbuatan tersebut mempunyai maksud, akan tetapi motif dari menerbitkan sertipikat ganda tersebut bisa bermacam-macam misalnya sebagai tindakan balas dendam, protes, menghukum, membela diri dan lain-lain.

Dalam hubungan dengan akibat yang ditimbulkan oleh adanya tindakan kesengajaan tersebut “rasa keadilan” memintakan agar hukum lebih memihak kepada korban dari tindakan tersebut, sehingga dalam hal ini.Hukum lebih menerima pendekatan yang “objektif”. Artinya, hukum lebih melihat kepada akibat dari tindakan tersebut kepada para korban, dari pada melihat apa maksud yang sesungguhnya dari si pelaku, meskipun masih dengan tetap mensyaratkan adanya unsur kesengajaan tersebut. Dengan kesengajaan, ada niat dalam hati dari pihak pelaku untuk menimbulkan kerugian tertentu bagi korban, atau paling tidak dapat

mengetahui secara pasti bahwa akibat dari perbuatannya tersebut akan terjadi. Akan tetapi, dalam kesengajaan tidak ada niat dalam hati dari pihak pelaku untuk menimbulkan kerugian, bahkan mungkin ada keinginannya untuk mencegah terjadinya kerugian tersebut.

Pengunaan pendekatan yang “objektif” terhadap akibat dari perbuatan kesengajaan tersebut, membawa konsekuensi-konsekuensi yuridis sebagai berikut:

1. Maksud sebenarnya untuk melakukan perbuatan melawan hukum yang lain dari yang terjadi.

Meskipun maksud yang sebenarnya adalah melakukan sesuatu perbuatan yang sebenarnya termasuk juga perbuatan melawan hukum, tetapi kemudian yang terjadi adalah perbuatan melawan hukum yang lain, amka pelaku secara hukum bertanggung jawab. Juga terhadap perbuatan melawan hukum yang lain tersebut.

2. Maksud sebenarnya untuk melakukan perbuatan melawan hukum terhadap orang lain, bukan terhadap korban.

Demikian juga halnya jika pelaku sebenarnya bermaksud untuk melakukan perbuatan melawan hukum terhadap seseorang, tetapi ternyata yang menjadi korban adalah orang lain lagi, maka oleh hukum pelaku dianggap bertanggung jawab juga terhadap korban (orang lain) tersebut.

Dalam hal pelaku melakukan sesuatu perbuatan tanpa maksud untuk merugikan korban, bahkan tanpa maksud yang bermusuhan, oleh hukum tetap dianggap harus mempertanggungjawabkan perbuatannya karena perbuatan melawan hukum yang mengandung unsur kesengajaan.

4. Tidak punya maksud, tetapi tahu pasti bahwa akibat tertentu akan terjadi. Adakalanya seseorang pelaku perbuatan melawan hukum melakukan sesuatu perbuatan tanpa maksud untuk merugikan pihak korban, tetapi akibatnya korban benar-benar dirugikan, dan pelaku tahu pasti atau patut sekali menduga bahwa akibat tersebut akan terjadi karena perbuatannya itu. Maka dalam hal ini, dengan menggunakan doktrin “kepastian yang substansial” (substansial certainty rule), pelaku dianggap telah dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum. Kepastian yang substansial di sini dimaksudkan adalah bahwa pelaku mengetahui dengan pasti atau dengan substansial pasti (patut sekali menduga) bahwa tindakannya itu akan membawa akibat tertentu kepada pihak lain.

Sanksi administratif yang membuat efek jera Kepala Kantor Pertanahan yang telah terbukti salah dalam menerbitkan sertipikat ganda dapat dijatuhi sanksi administratif yang paling berat ialah pemberhentian dari jabatan. Ancaman sanksi pemberhentian dari jabatan sebagai Kepala Kantor Pertanahan akan selalu berhati-hati dalam menerbitkan sertipikat tanah.126Kesalahan data fisik mauapun data yuridis dalam pendaftaran tanah akan menghilangkan unsur kepastian hukum hak atas tanah, sehingga para pihak yang berhak atas tanah itu akan dirugikan. Kesalahan juga

akanberakibat terjadinya informasi yang salah di Badan Pertanahan Nasional sebagai alat kelengkapan negara yang akibatnya juga berarti menciptakan administrasi pertanahan yang tidak tertib.

Dalam hal ini dapat dianggap Kepala Badan Pertanahan melakukan suatu kelalaian ataupun ketidak hati-hatian dalam menerbitkan sertipikat. Dalam ilmu hukum diajarkan bahwa agar suatu perbuatan dapat dianggap sebagai kelalaian, haruslah memenuhi unsur pokok sebagai berikut:

1. Adany suatu perbuatan atau mengabaikan sesuatu yang mestinya dilakukan.

2. Adanya suatu kewajiban kehati-hatian (duty of care). 3. Tidak dijalankan kewajiban kehati-hatian tersebut. 4. Adanya kerugian bagi orang lain.

5. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan atau tidak melakukan perbuatan dengan kerugian yang timbul.

Persyaratan (unsur) pokok terhadap kelalaian tersebut sejalan dengan persyaratan yang diberikan oleh Pasal 1365 KUHPerdata untuk suatu perbuatan melawan hukum.Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa unsur-unsur pokok dari perbuatan melawan hukum versi pasal 1365 KUHPerdata adalah sebagai berikut.

1. Adanya suatu perbuatan,

2. Perbuatan tersebut melawan hukum

4. Adanya kerugian bagi korban.

5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.127

Pasal 52 UUPA nomor 5 tahun 1960 telah mengamanatkan penegakan hukum dan bidang pendaftaran tanah dapat dikenakan sanksi pidana atas perbuatan-perbuatan tertentu.Peraturan pelaksanaan dari ketentuan ini dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1961 tentang pendaftaran tanah.PP ini menggariskan kebijakan kriminalisasi yang dirumuskan dalam pasal 42 sampai pasal 44. Kebijakan kriminalisasi dalam Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1961 dengan tegas menentukan bahwa sanksi pidana terhadap pelanggaran batas-batas dari suatu bidang tanah dinyatakan dengan tanda-tanda batas menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Agraria. Pelanggaran atas pembuatan akta tentang memindahkan hak atas tanah, memberikan suatu hak baru atas tanah, atau hak tanggungan tanpa ditunjuk oleh Menteri Agraria dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 10.000.000.-(sepuluh juta rupiah).

Kebijakan kriminalisasi dalam PP nomor 10 tahun 1961 ini ternyata tidak lagi dijumpai dalam Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997. Hal ini berarti kebijakan kriminalisasi dalam pendaftaran tanah telah berubah menjadi deskriminalisasi atas perbuatan-perbuatan tertentu yang telah dirumuskan sebagai tindak pidana di bidang pendaftaran tanah, tetapi telah berubah menjadi pelanggaran yang bersifat administratif. Meskipun Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 tidak mengatur

tentang sanksi pidana terhadap pelanggaran yang terjadi dalam pendaftaran tanah dan penerbitan sertipikat, tetapi tidak berarti kesalahan dalam pendaftaran tanah yang menyangkut adanya unsur kesilapan/kelalaian, penipuan dan paksaan dalam pembutan data fisik dan data yuridis tidak bisa dijangkau oleh KUHP.128

Dokumen terkait