• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat hukum dari pelaksanaan konstruksi perusahaan grup terhadap pelaku usaha di bidang penyiaran dikaitkan dengan

ANALISIS YURIDIS HOLDING COMPANY

B. Akibat hukum dari pelaksanaan konstruksi perusahaan grup terhadap pelaku usaha di bidang penyiaran dikaitkan dengan



Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.”(Q.S. An-Nisa/4: 29)

Secara a contrario ayat diatas berpesan agar setiap manusia mencari rezeki dengan jalan yang halal dengan tidak mendatangkan kerugian bagi orang lain, termasuk dalam hal berniaga, oleh sebab itu perbuatan yang berpeluang menciptakan kerugian terhadap orang lain tidak diperbolehkan baik didalam ajaran Agama maupun Undang-undang.

B. Akibat hukum dari pelaksanaan konstruksi perusahaan grup terhadap pelaku usaha di bidang penyiaran dikaitkan dengan undang-undang nomor 5 tahun 1999

Pada dasarnya setiap badan hukum perseroan adalah tunduk kepada undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas (selanjutnya disebut UUPT 2007), hal tersebut di akomodir didalam ketentuan pasal 4 undang-undang tersebut, oleh sebab itu perseroan dibidang penyiaran pun tidak luput dari kewajiban-kewajiban yang di amanatkan dalam ketentuan undang-undang dimaksud, yakni UUPT 40 tahun 2007. Bahwa terdapat teori perjanjian didalam pembentukan suatu badan hukum perseroan.hal tersebut diatur dalam pasal 1 ayat 1 UUPT 40

tahun 2007, yang mana disebutkan bahwa perseroan merupakan suatu persekutuan modal yang didirikan oleh para pendiri berdasarkan perjanjian. Artinya pendirian perseroan dilakukan secara konsensual, yakni perjanjian yang diamanatkan oleh kitab undang-undang hukum perdata yakni pasal 1313 mengenai suatu pengikatan persetujuan oleh pihak-pihak yang mengikatkan dirinya satu sama lain untuk melakukan hubungan hukum, dalam hal ini adalah untuk mendirikan perseroan. dengan demikian pelaksanaan perjanjian pembentukan suatu perseroan tersebut tunduk kepada hukum perikatan yang diatur oleh kitab undang-undang hukum perdata. Selain itu, penegasan dari pemberlakuan teori perjanjian didalam pembentukan perseroan adalah dengan diwajibkannya suatu perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih yang mengikatkan diri sebagai pemegang saham.Ketentuan dua orang atau lebih tersebut ditujukan baik untuk orang perseorangan (natuurlijke person) maupun badan hukum (recht person) .Oleh sebab, itu suatu badan hukum perseroan pun dianggap sebagai subjek hukum yang tunduk kepada kitab undang-undang hukum perdata. Terkait ketentuan tersebut, dalam hal pembentukan perusahaan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan, termasuk perseroan di bidang penyiaran haruslah dapat dibuktikan syarat sahnya perjanjian seperti yang terdapat didalam pasal 1320 Kitab undang-undang hukum perdata, yang menyebutkan bahwa syarat sahnya perjanjian meliputi sepakat, cakap, suatu hal tertentu, dan sebab yang halal. Syarat sepakat dan cakap merupakan syarat subjektif perjanjian yang artinya

apabila terdapat kesalahan terkait sepakat dan cakap maka suatu perjanjian adalah dapat dimintakan pembatalan perjanjian, sedangkan ketentuan dari suatu hal tertentu dan sebab yang halal adalah suatu syarat objektif sahnya perjanjian, yang artinya bilamana terjadi kesalahan menyangkut syarat suatu hal tertentu dan sebab yang halal maka perjanjian adalah batal demi hukum dan tidak memiliki kewajiban untuk pihak-pihak melakukan pemenuhan prestasi. Ketentuan batal demi hukum yang merupakan amanat dari syarat objektif sahnya perjanjian adalah apabila suatu perjanjian tersebut bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan. Dalam hal konstruksi perusahaan grup, baik perseroan dengan jenis usaha apapun ataupun perseroan dibidang penyiaran yang mengikatkan diri membentuk suatu anak perusahaan, adalah batal demi hukum dan melanggar syarat objektif sahnya perjanjian, apabila adanya intervensi dari induk perusahaan kepada anak perusahaan dalam aktivitas perseroan, hal ini termasuk penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal ini undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang memberlakukan prinsip badan hukum mandiri (separate legal entity) antara pemegang saham dengan perseroan, yang mewajibkan bahwa setiap badan hukum perseroan wajib menjalankan aktivitasnya dengan mandiri, dan tidak dapat di intervensi oleh pihak lain diluar yang dikehendaki dalam undang-undang, serta adanya pemberlakuan prinsip piercing the corporate veil terhadap pihak-pihak yang menerobos ketentuan kemandirian perusahaan dan diwajibkan

bertanggung jawab secara pribadi atas perbuatan yang dilakukannya. Perseroan dibidang penyiaran yang melakukan pembentukan perusahaan grup, baik dengan cara pemisahan, pengambil alihan (akuisisi) maupun pembentukan badan hukum penyiaran baru sehingga menimbulkan control perusahaan antara perusahaan induk dengan perusahaan anak adalah batal demi hukum karena tidak terpenuhinya sebab yang halal sebagai salah satu syarat objektif sahnya perjanjian, karena dengan pembentukan perusahaan grup dibidang penyiaran akan menimbulkan hal-hal yang dapat menciptakan monopoli sehingga melanggar undang-undang tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, selain itu pemanfaatan spektrum frekuensi radio oleh pihak-pihak yang melakukan pembentukan perusahaan grup dibidang penyiaran adalah merupakan perbuatan dzalim yang dilakukan terhadap masyarakat umum karena merupakan hak masyarakat untuk mendapatkan manfaat dari kekayaan alam indonesia yang ketentuannya dijamin oleh pasal 33 ayat 3 undang-undang dasar Negara republik Indonesia 1945. Oleh sebab, itu pencederaan hak masyarakat yang telah dijamin didalam undang-undang merupakan bukti adanya pelanggaran terhadap undang-undang dan syarat objektif sahnya perjanjian pasal 1320 kitab undang-undang hukum perdata tidak terpenuhi, dalam hal ini adalah sebab yang halal karena itu perjanjian tersebut merupakan batal demi hukum.

Didalam kitab suci Al-Quran juga terdapat larangan untuk melakukan perbuatan yang serakah seperti layaknya perbuatan monopoli,

hal tersebut terdapat didalam kandungan surah Al- an‟am ayat 156 yang berbunyi :

   

      

Artinya :

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia

meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S. Al-A ’a /6:165)

Agama Islam mendorong penganutnya untuk berjuang mendapatkan harta dengan berbagai cara, asalkan mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan, seperti mencari harta yang halal lagi baik, tidak menggunakan cara yang batil, tidak berlebihan, tidak menzhalimi maupun dizhalimi, menjauhkan dari unsur riba, spekulasi, gharar serta melupakan kewajiban sosial berupa zakat, infak dan sedekah.124 Oleh sebab itu usaha untuk melanggengkan kekuasaan dan mencari keuntungan ekonomi melalui cara yang bersifat monopoli yang dapat mendatangkan kerugian bagi orang lain merupakan perbuatan yang dilarang didalam sistem perekonomian islam maupun Undang-undang.

124

Gemala dewi, widyaningsih, yeni salma barlianti.Hukum perikatan islam di Indonesia. (Jakarta : kencana, 2005) h.221

C. Analisa

Undang-undang 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas tidak menjelaskan secara khusus dan mendalam mengenai pemberlakuan konstruksi perusahaan grup di Indonesia, namun terdapat celah-celah bagi terbentuknya suatu mekanisme pembentukan perusahaan grup didalam undang-undang tersebut, yakni melalui mekanisme pemisahan, pengambilalihan (akuisisi) dan pembentukan badan hukum perseroan baru sebagaimana diatur di dalam bab VIII undang-undang 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Dengan terbentuknya mekanisme tersebut berpeluang menciptakan bentuk suatu usaha dengan model perusahaan grup.Hal ini dikarenakan bahwa pemisahan, akuisisi dan pembentukan badan hukum perseroan baru tidak mengakibatkan bubarnya salah satu perseroan, melainkan dapat menciptakan perusahaan baru atau anak perusahaan.Dengan fenomena yang terjadi yakni suatu perusahaan induk sebagai pemegang saham mayoritas melakukan kontrol atas jalannya kegiatan usaha yang dilakukan anak perusahaan (subsidiary), maka hal tersebut bertentangan dengan prinsip badan hukum perseroan yang mandiri (separate legal entity) yang menghendaki adanya pemisahan wewenang antara pemegang saham dengan badan hukum perseroan.Tetapi, dengan tidak diaturnya secara komprehensif mengenai konstruksi perusahaan grup, maka kontrol terhadap anak oleh induk perusahaan sulit dibuktikan. Namun, realita tersebut akan mudah terjadi karena terdapatnya celah-celah yang bisa di manfaatkan oleh pihak yang

berkepentingan untuk mengontrol jalannya anak perusahaan yaitu apabila memiliki jumlah saham mayoritas dalam suatu perseroan. Hal ini berdampak kepada, tidak independennya anak perusahaan sebagai badan hukum mandiri untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari akibat kontrol yang dilakukan oleh induk perusahaan, interdependen antara induk dan anak perusahaan tersebut akan menimbulkan permasalahan terkait pertanggungjawaban terhadap pihak ketiga yang dilakukan oleh anak perusahaan, di satu sisi induk perusahaan dapat melakukan pengalokasian risiko kepada anak perusahaan apabila perusahaan anak mengalami kerugian atau hutang kepada pihak ketiga sehingga mengakibatkan pailitnya anak perusahaan. Maka berdasarkan prinsip kemandirian badan hukum, pihak ketiga tidak dapat meminta pertanggungjawaban kepada induk perusahaan karena adanya keterpisahan badan hukum antara induk dan anak perusahaan, meskipun dalam realitanya anak perusahaan merupakan kepanjangan tangan dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh induk perusahaan dan induk perusahaan hanya dapat memanfaatkan keuntungan yang diciptakan oleh perusahaan anak. Oleh sebab itu konstruksi perusahaan grup sangat banyak digunakan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk melanggengkan keuntungan, namun dapat merugikan masyarakat karena dengan mekanisme seperti itu dapat juga menciptakan monopoli dan merugikan pemegang saham minoritas yang tidak bisa berbuat banyak akan kontrol yang dilakukan oleh induk perusahaan sebagai pemegang saham mayoritas. Dalam hal perusahaan di

bidang penyiaran juga berlaku undang-undang 40 tahun 2007 tentang lex generalis dari setiap badan hukum perseroan dan undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran sebagai lex specialis nya. Artinya perusahaan di bidang penyiaran pun dapat melakukan pembentukan perusahaan grup atas pemanfaatan celah-celah yang terdapat didalam ketentuan undang-undang perseroan terbatas nomor 40 tahun 2007 melalui mekanisme pengambilalihan, pemisahan dan pembentukan badan hukum penyiaran baru, namun hal tersebut amat merugikan karena perusahaan di bidang penyiaran dalam aktivitasnya memanfaatkan spektrum frekuensi radio yang tidak lain adalah sumber daya alam yang terbatas. Oleh sebab itu, pemanfaatan sumber daya alam yang terbatas untuk kepentingan segelintir orang yang berkepentingan adalah suatu kedzaliman terhadap masyarakat umum karena masyarakat umum sejatinya memiliki hak atas sumber daya alam tersebut. selain itu pembentukan perusahaan grup di bidang penyiaran dapat menimbulkan monopoli penyiaran yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kepentingan, sebagai contoh, calon anggota legislatif maupun calon presiden yang memiliki kepemilikan atas media akan dapat dengan mudah membentuk opini-opini yang tidak netral yang bertujuan untuk menyerang nama baik lawan kandidatnya di kancah perpolitikan, dan mendemonstrasikan dirinya dengan kampanye-kampanye terselubung sehingga mencederai hak warga Negara untuk mendapatkan informasi yang benar dan transparan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sejatinya di dalam perumusan sebuah undang-undang di pesankan dan di harapkan adanya sebuah manfaat yang dapat diterima masyarakat dari adanya hukum itu sendiri yakni memiliki kewibawaaan dan nondiskriminatif, serta bertujuan memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi sebesar-besarnya masyarakat secara demografis. Salah satu permasalahan terkait holding company dibidang penyiaran pada dasarnya timbul akibat persyaratan yang di syaratkan oleh ketentuan di dalam pasal 7 ayat 1 undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas yakni mengharuskan sebuah badan hukum didirikan oleh dua orang atau lebih baik orang perseorangan maupun badan hukum berdasarkan perjanjian. Mungkin hal tersebut bukanlah sebuah masalah apabila subjek hukumnya adalah orang (naturlijke person). Namun, akan timbul masalah apabila subjek hukum tersebut merupakan sebuah badan hukum (recht person) maka hal tersebut akan dapat melahirkan konstruksi perusahaan grup yang dikhawatirkan dapat melahirkan monopoli.

2. Perseroan dibidang penyiaran yang melakukan pembentukan perusahaan grup, baik dengan cara pemisahan, pengambilalihan (akuisisi) maupun

pembentukan badan hukum penyiaran baru sehingga menimbulkan kontrol perusahaan antara perusahaan induk dengan perusahaan anak adalah batal demi hukum karena tidak terpenuhinya sebab yang halal sebagai salah satu syarat objektif sahnya perjanjian, karena dengan pembentukan perusahaan grup dibidang penyiaran akan menimbulkan hal-hal yang dapat menciptakan monopoli sehingga melanggar undang-undang tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, selain itu pemanfaatan spektrum frekuensi radio oleh pihak-pihak yang melakukan pembentukan perusahaan grup di bidang penyiaran adalah merupakan perbuatan dzalim yang dilakukan terhadap masyarakat umum karena merupakan hak masyarakat untuk mendapatkan manfaat dari kekayaan alam indonesia yang ketentuannya dijamin oleh pasal 33 ayat 3 undang-undang dasar Negara republik Indonesia 1945.

B. Saran

Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, peneliti dapat memberi beberapa saran diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pembentuk undang-undang harus membentuk undang-undang yang khusus mengatur mengenai keberadaan konstruksi perusahaan grup. Selain itu harus ada ketentuan yang mengatur secara jelas bagaimana hubungan tanggung jawab antara induk dengan anak perusahaan agar tidak merugikan pihak-pihak lain.

2. Di dalam undang-undang penyiaran, pembentuk undang-undang harus memberikan kejelasan mengenai pembatasan pemanfaatan spektrum frekuensi radio apabila dimanfaatkan oleh perseroan yang merupakan perusahaan grup dikarenakan spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan merupakan hak seluruh rakyat Indonesia yang terkandung didalam ketentuan undang-undang dasar negara republk Indonesia tahun 1945 pasal 33 ayat 3. Oleh sebab itu sudah selayaknya undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran dilakukanjudicial review.

Daftar Pustaka Buku

Adji, Habib. “Status Badan Hukum,Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial

Perseroan Terbatas”. Bandung: Mandar Maju.2008

Ais, Chatamarrasjid.“Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Actual

Hukum Perusahaan”.Bandung : Citra Aditya Bakti. 2004

Bhekti, Suryani .“215 Tanya Jawab Perseroan Terbatas”. Lascar Aksara

Budiarto, Agus. “Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pendirian

Perseroan”. 2002.

Barlianti, Yeni Salma, Gemala Dewi, Widyaningsih. “Hukum Perikatan Islam di

Indonesia”. Jakarta : Kencana, 2005

Fanani, Ahmad Zaenal, “Teori Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Hukum Dan

Islam”.

Fuady,Munir. Hukum “Bisnis dalam Teori dan Praktek.Buku kesatu”.Bandung :

PT Citra Aditya Bakti.1996

__________________. “Dinamika Teori Hukum”. Bogor: Ghalia Indonesia. 2007 __________________ “Hukum Tentang Akuisisi,Take Over dan Lbo”. Bandung:

Citra Ditya Bakti.200

__________________. “Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan

Eksistensinya dalam Hukum Indonesia”. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002

__________________. “Perlindungan Pemegang Saham Minoritas”. Bandung: CV Utomo. 2005

Harahap, M. Yahya. “Hukum Perseroan Terbatas” Jakarta: Sinar Grafika. 2011

Ibrahim, Johnny. “Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif”.Malang :

Bayumedia Publishing. 2006. Cet. II

Marzuki, Peter Mahmud. “Penelitian Hukum.”. Jakarta : kencana. 2010. Cet. IV

Mertokusumo, Sudikno. “Mengenal Hukum” Yogyakarta : Universitas Atma

Jaya Yogyakarta. 2010

Pangaribuan, Emmy. “Perusahaan Kelompok”. Yogyakarta: Seri Hukum Dagang

Prasetya, Rudhi. “Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas”. Bandung: Citra Aditya Bakti.1996

__________________. “Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas Disertai Dengan Ulasan UU No.1 Tahun 1995 Tentang Perseroan

Terbatas”.Bandung : Citra Aditya Bakti,1996

Prodjodikoro, Wirijono. “Hukum Perkumpulan,Perseroan dan Koperasi di

Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat

Sembiring, Sentosa. “Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas”.

Bandung: CV.Nuansa Aulia. 2012

Soekanto, Soerjono. “Pengantar Penelitian Hukum”. Jakarta : Universitas

Indonesia Press. 1986. Cet. III

Soekanto, Soerdjono dan Sri Mahmudji. “Peranan dan Penggunaan Kepustakaan

di Dalam Penelitian Hukum”Jakarta : Pusat Dokumentasi Universitas

Indonesia. 1979

Sulistyowati.“Aspek Hukum dan Realita Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia”.

Jakarta: Erlangga. 2010

Supramono, Gatot. ”Hukum Perseroan Terbatas”. Jakarta: Djambatan.2009

Widjaya, I.G. Rai. “Hukum Perusahaan dan Undang-Undang Dan Peraturan

Pelaksanaan di Bidang Usaha”. Jakarta: Kesaint Blanc. 2000

Widjaja, Gunawan. “Merger Dalam Perspektif Monopoli”.Jakarta : Raja Grafindo

Persada.2002

Yunus, Nur Rohim. “Restorasi Budaya Hukum”. Jurisprudence Press. 2012

Jurnal

Prasetya, Rudhi dan Emmy Yuhassarie.„Posiding Rangkaian Lokakarya Terbatas

Masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya.Perseroan

Terbatas dan Good Governance”. Jakarta: PPH. 2006

Simanuntak, Cornelius. “Urgensi Keberadaan Direksi Independen”. Dalam surat

Kitab Suci Al-Qur’an

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat