• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG

B. Akibat Perdagangan Karbon

Dalam upaya menurunkan emisi yang mengakibatkan pemanasan global yang mengancam keberlanjutan kehidupan manusia di masa depan, mendorong kerjasama antarnegara. Salah satu bentuk kerjasama yang paling bayak dilakukan adalah perdagagangan karbon melalui proyek-proyek CDM. Perdagangan karbon dianggap sebagai salah satu upaya internasional dalam mereduksi gas rumah kaca di atmosfer ini memiliki implikasi bagi negara maju dan negara berkembang yang melaksanakannya.

      

109Ibid.

Melalui perdagangan karbon negara-negara industri sebagai penyumbang terbesar emisi gas CO2 dapat membayar suatu negara berkembang yang mampu mengupayakan penurunan emisi karbon.111 Negara industri (negara Annex I) dapat memenuhi kewajiban pengurangan emisinya dengan melakukan proyek penurunan emisi di suatu negara berkembang dan negara berkembang mendapatkan kompensasi finansial dan teknologi dari kerjasama tersebut.112

Negara-negara berkembang akan memperoleh tambahan dana dari investor untuk mengimplementasikan proyek yang mengurangi emisi gas rumah kaca. Teknologi yang rendah emisi juga dapat dialihkan dalam mekanisme ini, sehingga akan diperoleh tambahan teknologi.

Pihak tuan rumah juga dapat menilai seberapa jauh tujuan pembangunan berkelanjutan113 telah dicapai berdasarkan kriteria dan indikator yang telah disepakati bersama investor. Dengan mengadopsi kriteria internasional, otoritas

      

111 “Perdagangan Karbon dan Pemanfaatan Teknologi Ramah Lingkungan”, sebagaimana dimuat dalam http://manggungunited.blogspot.com/2013/09/pengendalian-dampak-teknologi-terhadap.html, diakses pada 30 Januari 2014.

112 Hanan Nugroho, “Ratifikasi Protokol Kyoto, Mekanisme Pembangunan Bersih dan Pengembangan Sektor Energi Indonesia: Catatan Strategis”, sebagaimana dimuat dalam http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/10505/2254/, diakses pada 30 Januari 2014.

113 Professor Jeffrey Sachs dari Earth Institute, Universitas Colombia menyebutkan 10 tujuan dari pembangunan berkelanjutan, yakni mengakhiri kemiskinan, pembangunan yang tercapai, inklusi sosial, pendidikan untuk semua, layanan kesehatan yang universal, ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan, perubahan iklim dan energi yang berkelanjutan, konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem, kota yang tangguh dan berkelanjutan, serta tata kelola yang baik untuk organisasi pemerintah, perusahaan dan organisasi swasta besar. Lihat dalam Helena, “Jeffrey Sachs Soroti 10 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan”, http://konsillsm.or.id/?p=1719, diakses pada 24 Februari 2014. Dalam hal perdagangan karbon, negara tuan rumah harus melihat apakah proyek ini dapat membantu mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang selama ini diinginkan.

nasional perlu menilai dampak proyek CDM terhadap aspek-aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.114

Perdagangan karbon berpotensi mengembalikan habitat seluas jutaan hektar pada kawasan hutan berpenghuni padat dan tanah pertanian. David Kaimowitz, Direktur Jendral CIFOR mengungkapkan bahwa perdagangan karbon memberi manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup lokal bagi ratusan ribu bahkan jutaan penduduk pedesaan di negara-negara berkembang.

Sebagai contoh, di Indonesia, apabila masyarakat dan industri dapat bekerja sama untuk memulihkan jutaan hektar hutan yang rusak, mereka dapat menghasilkan uang dari penjualan kredit karbon sekaligus juga dapat membantu untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan. Dengan mengurangi kemiskinan masyarakat pedesaan dan mengelola hutan dengan benar akan banyak keuntungan yang dapat diperoleh, seperti misalnya mengurangi konflik akibat terbatasnya sumber daya alam, mengurangi penebangan liar dan mengurangi penggunaan api untuk pembersihan lahan.115

Bagi negara pihak Annex I, setelah melalui mekanisme CDM tersebut, juka ternyata emisi suatu pihak yang termasuk dalam AnnexI pada suatu periode komitmen tertentu berada dibawah jatah emisinya, Pasal 3.13 Protokol Kyoto

      

114 Daniel Murdiyarso, CDM: Mekanisme Pembangunan Bersih, Jakarta, Kompas, 2003. Hal. 8.

115 Future Harvest, “Pertukaran Karbon, Perubahan Iklim, dan Protokol Kyoto: Pertukaran Karbon Menyetarakan Negara Industri Dengan Negara Berkembang Seperti Indonesia”, 2002, sebagaimana dimuat dalam www.cifor.org/publications/pdf_files/carbon/kyoto_protocol_ina.pdf , diunduh pada 31 Januari 2014.

mengatur cara-cara melakukan tabungan emisi (banking of emission) atas dasar permintaan pihak yang bersangkutan.116

“If the emission of a Party included in Annex I in a commitment period are less than its assigned amount under this Article, this difference shall, on request of that Party, be added to the assigned amount for that Party for subsequent commitment periods.”117

Dalam kaitannya dengan implementasi Pasal 3, cara ini disadari tidak hanya memiliki pengaruh positif tetapi juga pengaruh negatif karena dengan kesempatan menyimpan tersebut para pihak yang termasuk dalam Annex I akan berlomba-lomba melakukan tindakan-tindakan yang lebih awal. Selain itu, cara ini seolah-olah memperpanjang periode komitmen sehingga memberikan jangka waktu pencapaian komitmen yang lebih luwes lagi. Namun demikian, cara-cara ini juga menjadi alasan bagi penundaan pencapaian komitmen pada periode berikutnya. Bahkan tabungan emisi bisa disalahgunakan untuk memperlambat pencapaian target emisi.118

Dalam mengimplementasikan perdagangan karbon mengakibatkan munculnya pendapat pro dan kontra. Hal ini wajar karena konsep perdagangan karbon ini mengaitkan berbagai aspek baik dalam pengaturan maupun penerapannya.

      

116 Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto Implikasinya Bagi Negara Berkembang, Op. Cit,

Hal. 40.

117 “Kyoto Protocol To The United Nations Framework Convention On Climate Change”,

Article 3.13.

118 Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto Implikasinya Bagi Negara Berkembang, Op. Cit,

a. Pendapat pro terhadap perdagangan karbon:119

1. Dengan mengimplementasikan proyek mitigasi gas rumah kaca di negara-negara berkembang, perdagangan karbon kredit, khususnya CDM, berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di negara-negara tersebut dan secara bersamaan dapat berkontribusi dalam tujuan pengurangan/mitigasi gas rumah kaca berdasarkan Protokol Kyoto. Sedangkan untuk negara-negara industri/maju, proyek ini bisa menghasilkan karbon kredit (dalam hal ini CER) yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban hukum mereka dalm mitigasi gas rumah kaca berdasarkan Protokol Kyoto atau EU ETS.

2. Perdagangan karbon kredit melalui implementasi proyek CDM dapat meningkatkan kehidupan ekonomi dalam sektor riil, misalnya terciptanya lapangan pekerjaan di negara tuan rumah, akses terhadap dana dan menghiangkan hambatan pasar bagi proyek-proyek efisiensi energi pengguna akhir.

3. Terjadinya transfer teknologi dan ilmu pengetahuan, dimana pada umumnya proyek CDM melibatkan teknologi baru yang berfungsi untuk mengurangi emisi dalam proses produksinya.

4. Keuntungan yang dapat diperoleh pelaksana proyek adalah tersedianya sumber baru untuk mengatasi permasalahan keuangan dan hambatan lainnya dengan cara:

a. Pendapatan keuangan tambahan dari suatu proyek

      

119 Erna Meike Naibaho, Tinjauan Hukum Dalam Perdagangan Karbon Kredit. Op. Cit.

b. Meningkatkan nilai ekonomis proyek

c. Menguatkan fleksibilitas proyek (misalnya : kontrak jual beli pengurangan emisi dapat meningkatkan kepercayaan investor dalam melakukan pembiayaan proyek)

b. Pendapat kontra terhadap perdagangan karbon:120

1. Memperdagangkan karbon harus dihindari menjadi kebijakan dalam perubahan iklim, dengan alasan pemanasan global memerlukan perubahan yang lebih radikal, yaitu mereorganisasi masyarakat dan teknologi yang tidak menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.

2. Karbon kredit tetap mengembangkan Business As Usual (BAU), hal ini dikaitkan dengan fungsi karbon kredit yang dianggap menjadi sertifikat izin untuk melakukan pencemaran lingkungan (permit to pollute).

3. Hanya merupakan produk penipuan investasi baru, karena resiko investasinya sangat tinggi dan sulit dilakukan penilaian/kontrol terhadapnya.

4. Hanya merupakan alat pengalih perhatian terhadap masalah utama dari lingkungan hidup, yaitu pemanasan global dan perubahan iklim.

5. REDD sebagai salah satu mekanisme perdagangan karbon kredit hanya merupakan mekanisme baru untuk mengomersialisasikan hutan.