• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG

B. Dampak Pemanasan Global Dan Upaya Internasional Dalam

Dunia internasional saat ini sedang mengarahkan perhatiannya terhadap pemanasan global. Pemanasan global berdampak langsung terhadap perubahan iklim. Maknanya bahwa pemanasan global berdampak pada seluruh makhluk hidup di bumi. Mencairnya gunung-gunung es di kutub, naiknya permukaan air laut, tenggelamnya pulau-pulau kecil merupakan beberapa efek domino yang sekarang terpantau jelas di depan mata. Hilangnya sejumlah spesies, putusnya mata rantai makanan, munculnya berbagai macam penyakit, berkurangnya kemampuan tumbuhan untuk berkembang secara baik, merupakan dampak lain yang kini kian dirasakan.

Dampak dari pemanasan global yang melanda bumi ini salah satunya dapat menyebabkan hilangnya daratan. Pemanasan global menyebabkan permukaan es mencair. Es yang mencair tersebut menyebabkan volume air laut meningkat, sehingga lambat laun dapat menenggelamkan daratan yang ada di bumi ini.

Sebagai contoh pada abad ke-20, permukaan air laut naik sebesar 10-20 cm. Memuainya air laut disebabkan oleh panas atmosfer yang menembus ke dalam laut dengan kedalaman 3000m. Sehingga kenaikan suhu paling terlihat

terjadi di kedalaman 300m, di mana suhunya naik sekitar 0,25Ԩ. Keadaan seperti itu terjadi dalam 40 tahun terakhir ini. Daratan di bumi ini bisa lebih cepat lagi terendam air laut, jika tidak ada air yang tertimbun di dalam waduk atau perairan lain yang ada di daratan.40

Meskipun kenaikan suhu udara dan muka air laut kelihatannya kecil, beberapa tempat atau ekosistem atau masyarakat tertentu akan sangat rentan menghadapi perubahan tersebut. Kondisinya akan diperburuk apabila kemampuan ekosistem atau masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan iklim rendah. Peningkatan suhu yang besar terjadi pada daerah lintang tinggi, sehingga akan menimbulkan berbagai perubahan lingkungan global yang terkait dengan pencairan es di kutub, distribusi vegetasi alami, dan keanekaragaman hayati.

Dampak lainnya yang akhir-akhir ini terjadi adalah pada awal Januari 2014 di belahan selatan Bumi, Australia memanas. Pada 3 Januari 2014, ABC melaporkan bahwa Australia mengalami musim panas ekstrem akibat pengaruh gelombang panas. Wilayah Queensland mencapai suhu 40° Celsius. Beberapa tempat lain bahkan melebihi 45° Celsius.

Sementara Australia luar biasa panas, Amerika Serikat luar biasa dingin akibat pengaruh “polar vortex”. Suhu di beberapa wilayah Amerika Serikat misalnya di Allaghas, Maine, bisa mencapai -36° Celsius, sementara di Kansas City bisa mencapai -22° Celsius. Dengan pengaruh angin, warga bisa merasakan

      

seolah berada di tempat bersuhu hingga -50° Celsius.41 Peristiwa ini menyebabkan sekitar 21 orang tewas.42

“Polar vortex” adalah semacam siklon yang terdapat di kutub yang dalam kondisi normal tetap berada di wilayah kutub. Namun, aliran massa udara panas dari Pasifik menyebabkan udara dingin dari kutub bergerak ke selatan. Massa udara panas berperan sebagai pemandu. Sebagai akibatnya, udara dingin dari kutub menjalar jauh ke selatan, mencapai wilayah utara dan tengah Amerika Serikat, memicu musim dingin ekstrem.43

Pakar meteorologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Army Susandi, mengatakan, fenomena musim panas dan dingin ekstrem di Australia dan Amerika merupakan bukti perubahan iklim. Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat tidak menandatangani Protokol Kyoto yang bertujuan untuk mengurangi pemanasan Global. Belakangan Kanada ikut keluar dari Protokol Kyoto. Sekarang kedua negara tersebut terlanda suhu dingin ekstrem.44

Sementara itu, daerah tropis atau lintang rendah akan terpengaruh dalam hal produktivitas tanaman, distribusi hama dan penyakit tanaman. Peningkatan suhu pada gilirannya akan mengubah pola dan distribusi curah hujan. Kecenderungannya adalah bahwa daerah kering akan menjadi makin kering dan daerah basah menjadi semakin basah sehingga kelestarian sumber daya air akan

      

41 Nurul Folda, Serangan Suhu Dingin Di Amerika Serikat – Dampak Pemanasan Global?” sebagaimana dimuat dalam http://id.voi.co.id/voi-komentar/5235-serangan-suhu-dingin-di-amerika-serikat-dampak-pemanasan-global, diakses pada 17 Januari 2014.

42 “The Big Thaw Begins: FROZEN BODIES Found in Snow as Temperatures Begin to Rise After Brutal Polar Vortex Leaves 21 Dead and 11,000 Flights Grounded”, http://www.dailymail.co.uk/news/article-2535695/So-cold-Hell-frozen-Small-Michigan-town-country-plunged-freezing-temperatures polar vortex-things-warming-day-two.htm l#ixzz2qmjkifel, diakses pada 19 Januari 2014.

43 Nurul Folda, Loc. Cit.

terganggu. Maka perlu ada tindakan nyata dari dunia internasional dalam upaya penyelamatan bumi serta usaha-usaha pencegahan agar dampak pemanasan global dapat dikurangi.45

Dampak pemanasan global yang terjadi sekarang ini sudah terasa di seluruh penjuru bumi. Pemanasan global yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia. Hal ini dikarenakan zaman yang semakin maju, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin berkembang.

Sadar atau tidak berbagai aktivitas manusia tersebut memicu menipisnya lubang ozon sehingga mengakibatkan pemanasan global. Negara maju46 maupun negara berkembang47 sudah menyadari terjadinya pemanasan global yang telah memberi banyak dampak bagi negara mereka.

Negara-negara maju disebut-sebut sebagai negara-negara penghasil emisi karbon yang lebih besar daripada negara berkembang tidak luput dari dampak pemanasan global, walaupun dampak yang mereka rasakan tidak sebesar yang dirasakan oleh negara berkembang yang kebanyakan berada di sekitar khatulistiwa. Negara-negara berkembang seperti Indonesia, Filipina, Tanzania, Brazil, dan lain-lain yang umumnya berada di sekitar khatulistiwa menderita

      

45 Daniel Murdiyarso, Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim,

Jakarta, Kompas, 2003. Hal. 18-19.

46 Negara maju disebut juga developed countries yang pada umumnya memiliki cirri-ciri seperti: tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), telah merdeka atau memperoleh kemerdekaannya sebelum tahun 1945, memiliki industri yang kuat dan kebanyakan berada di Benua Eropa atau memiliki tradisi Eropa (Amerika Serikat, Kanada, dan Australia). Negara maju, kecuali Jepang juga diistilahkan sebagai negara-negara Barat (Western States). Lihat dalam Hikmahanto Juwana, “Hukum Internasional Dalam Konflik Kepentingan Ekonomi Negara Berkembang dan Negara Maju”, Pidato Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Internasional, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 10 Nopember 2001, hal. 2.

47 Negara Berkembang yang tergabung dalam Kelompok-77(Group-77) dapat dicirikan sebagai negara yang memperolehkemerdekaan setelah tahun 1945, sedang dalam proses membangun,dan kebanyakan berada di Benua Asia, Afrika dan sebagian BenuaAmerika (Amerika Latin). Dalam Hikmahanto Juwana, Loc. Cit.

dampak kenaikan suhu bumi. Negara-negara berdataran rendah juga menderita banjir besar seperti Bangladesh, Laos, Nigeria, Argentina, dan lain-lain. Tampaklah bahwa dampak perubahan iklim memukul negara berkembang lebih besar ketimbang negara maju.48

Kesadaran bahwa pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim akan mengancam keberlanjutan kehidupan di dunia, menjadikan negara-negara di dunia baik negara maju maupun negara berkembang berputar otak mencari cara untuk mengatasi pemanasan global yang tengah terjadi.

Pemanasan global telah lama disadari bahwa benar terjadi dan mengancam peradaban di bumi. Namun baru mulai kurun waktu 1970an diadakan pertemuan yang secara sungguh-sungguh membahas masalah lingkungan terutama pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim. Sejak masa itulah masyarakat internasional mulai mencoba mencari solusi untuk menurunkan emisi karbon yang mengakibatkan pemanasan global dan perubahan iklim dengan berbagai cara.

Cara yang paling mudah untuk mengurangi karbon dioksida di udara adalah dengan reboisasi (reforestation). Selain itu banyak dikembangkan cara-cara lain seperti penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir masih kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya.

Alat penyaring khusus gas buangan perlu digunakan oleh kendaraan bermotor pada bagian knalpot (tempat keluar gas buangan) yang dapat

      

48 Daniel Murdiyarso, Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi Konvensi Perubahan Iklim, Op. Cit. Hal xiii.

menetralisir dan mengurangi dampak negatif gas buangan tersebut. Bisa juga dengan mengganti bahan bakar dengan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, seperti tenaga surya (matahari) atau biodisel. Perlu dikeluarkan regulasi tentang usia kendraan bermotor yang boleh beroperasi agar tidak

menimbulkan pencemaran.

Selain itu perlu diadakan kerja sama internasional untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Apabila pada suatu negara diterapkan peraturan kebijakan lingkungan yang ketat, maka ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang serius, konsisten, dan berkelanjutan agar masalah pemanasan global ini dapat diatasi atau diminimalisir.

Salah satu upaya internasional dalam menyelamatkan dunia dari pemanasan global selain dari teknologi-teknologi tersebut adalah perdagangan karbon antar negara di dunia. Cara ini diharapkan dapat menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas manusia. Perdagangan karbon ini dapat menimbulkan simbiosis mutualisme antara negara-negara pelaku bisnis perdagangan karbon itu sendiri.

Perdagangan karbon diharapkan dapat membantu menekan emisi karbon yang bermanfaat bagi pembangunan berkelanjutan49 dan bermanfaat bagi

      

49 Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisien, dan memperhatikan keberlangsungan pemanfaatannya baik untuk generasi masa kini maupun generasi yang akan datang. Di dalamnya terkandung dua gagasan penting, yaitu: (a) Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup, (b) Gagasan keterbatasan, yakni keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa kini maupun masa

perekonomian negara-negara pelaku perdagangan karbon. Selain cara-cara yang dapat dilakukan manusia untuk mempertahankan keberlanjutan kehidupan di bumi, manusia juga sudah sejak lama memikirkan untuk mencari planet pengganti bumi yang usianya sudah semakin menua. Para ilmuwan dunia melakukan berbagai studi tentang penemuan planet pengganti bumi yang disebut Super-Earth50 sejak sekitar dua dasawarsa lalu. Penemnuan terakhir pada tahun 2013,

ditemukan beberapa planet yang berjarak 22 tahun cahaya dari matahari.

Planet-planet ini dapat dihuni, karena diperkirakan memiliki permukaan dan atmosfer yang sama dengan bumi, juga memiliki hari dan tahun yang sama panjangnya dengan bumi. Penemuan mengatakan bahwa siang planet-planet tersebut akan diterangi oleh matahari dan saat malam hari bulan juga akan bersinar, sama halnya di bumi.51

       

yang akan datang. Lihat: Sri Hayati, “Pembangunan Berkelanjutan”, sebagaimana dimuat dalam http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196202131990012-SRI_HAYATI/ MK-EKOLOGI_DAN_LINGKUNGAN/PB.pdf, diunduh pada 24 Februari 2014.

50

Nicolas B. Cowan, a postdoctoral fellow at Northwestern University said thatSuper-Earths are expected to have deep oceans that will overflow their basins and inundate the entire surface, but we show this logic to be flawed. Terrestrial planets have significant amounts of water in their interior. Super-Earths are likely to have shallow oceans to go along with their shallow ocean basins. In the study, the research team treated exoplanets like Earth, which has a significant amount of water in its mantle. Rock within the mantle contains tiny amounts of water, but because the mantle is so large - those small amounts of water add up to a large quantity. A water cycle deep within the Earth moves water between oceans and the mantle. The division of water between the oceans and mantle is determined by seafloor pressure, which is relative to gravity. Lihat dalam: Brett Smith, http://www.redorbit.com/news/space/1113042735/super-earths-may-be-like-planet-earth-010914/, diakses pada 17 Januari 2014.

51 “Three Super-Earths Discovered In Habitable Zone Of Same Star For The First Time”,

sebagaimana dimuat dalam http://rt.com/news/super-earths-habitable-zone-228/, diakses pada tanggal 17 Januari 2014.