• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ASPEK HUKUM KERJASAMA INTERNASIONAL TERKAIT

A. Peran Hutan Dalam Perdagangan Karbon

Hutan dikenal sebagai paru-paru dunia karena fungsi hutan sebagai penyerap buangan atau emisi yang dikeluarkan dari aktivitas makhluk hidup secara keseluruhan yakni CO2, sehingga keseimbangan dapat terjaga. Berkaitan dengan fungsi hutan tersebut, muncul paradigma baru akan manfaat hutan yang berperan dalam penyimpanan karbon. Biomas pohon dan vegetasi hutan berisi cadangan karbon yang sangat besar yang dapat memberikan keseimbangan siklus karbon bagi keperluan seluruh makhluk hidup di muka bumi.147

Pengelolaan hutan dalam upaya penurunan emisi karbon menjadi suatu proyek CDM yang dapat dipasarkan dengan menjual penyerapan CO2 dalam jutaan ton pertahun. Kriteria hutan yang dapat dipromosikan dalam pengembangan proyek CDM adalah:

a. Hutan tanaman tidak diproduksi

b. Lahan kosong yang dihutankan kembali

      

147 Abdul Razak, Kelayakan Kompensasi yang Ditawarkan Dalam Perdagangan Karbon, Op. Cit. Hal. 3-4.

c. Areal yang ditanami dan belum pernah menjadi hutan 50 tahun sebelumnya.148

Hutan Lindung Kawasan Suaka Marga Satwa dan Suaka Alam serta Taman Nasional tidak termasuk dalam proyek CDM karena kawasan tersebut memiliki fungsi khusus yang memang harus tetap dipertahankan dalam perlindungan tata air, dan biodiversity lainnya. Permasalahan yang menjadi bahan pertimbangan dalam hal hutan menjadi objek bisnis karbon adalah potensi kebocoran (leakage) yang disebabkan oleh illegal logging, perambahan, maupun perubahan status kawasan.149

Analisis biaya untuk membangun dan mengelola hutan tanaman harus dilakukan secara komprehensif, artinya nilai ekonomi dan keberadaan suatu hutan tanaman harus menghitung semua manfaat yang mungkin diperoleh dalam suatu periode tertentu, dalam hal ini termasuk manfaat kayu pada akhir daur, manfaat penyerapan karbon selama proses pertumbuhan, manfaat sebagai pengatur tata air dalam suatu daerah aliran sungai, dan manfaat lainnya yang dapat dihitung seperti wisata alam, wisata berburu, dan lain-lain.

Berkaitan dengan perdagangan karbon, maka manfaat yang mungkin dihitung dan dikombinasikan adalah manfaat kayu pada akhir daur dan manfaat penyerapan karbon selama masa pertumbuhan sampai masa tebang. Dalam hal ini pernjualan penyerapan karbon merupakan pendapatan tambahacn bagi pengelola selain hasil kayu pada akhir daur. Jika pendapatan dari kayu hanya akan diperoleh

      

148 Ja Posman Napitu, “Sistem Pengelolaan Hutan Upaya Penurunan Emisi Karbon Pengembangan Proyek CDM”, Yogyakarta, 2007, sebagaimana dimuat dalam forestindonesia.files.wordpress.com/2008/01/pedagangan-karbon.pdf. Hal. 7, diunduh pada 31 Januari 2014.

pada saat pohon ditebang, maka mafaat penjualan karbon dapat diperoleh setelah katbon disertifikasi yang waktunya dapat dinegosiasikan antara penjual dan pembeli, apakah setelah pohon ditanam secara periodik dengan memberikan bukti di lapangan bahwa pohon tumbuh dengan baik dan didukung oleh pencatatan serta data pertumbuhan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.150

Karbon di kawasan hutan menjadi komoditas yang sangat bernilai sehingga menjadi property yang membutuhkan kejelasan siapa saja pemegang hak-hak atas karbon. Sementara itu karena karbon sebagai property berada di kawasan hutan, maka pada prakteknya hak hak karbon sering kali dikaitkan dengan hak hak atas hutan, artinya untuk menentukan siapa saja pemegang hak atas karbon dibutuhkan adanya kepastian terhadap hak-hak atas hutan. Dengan demikian hak-hak atas hutan harus terlebih dahulu terselesaikan sebelum menentukan hak-hak atas karbon.151 Batasan pengaturan mengenai hak-hak atas karbon adalah kebijakan dari peraturan perundang-undangan masing-masing negara serta hukum internasional. Negara dapat membentuk kebijakan mengenai

carbon property rights sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan kesepakatan internasional.152

Negara-negara yang umumnya memiliki kawasan hutan tropis yang cukup luas adalah negara berkembang. Namun kini wilayah hutan di negara-negara berkembang tersebut banyak berkurang. Secara global, menurut organisasi PBB untuk pangan dan pertanian (FAO) diperkirakan belasan juta hektar hutan tropis hilang setiap tahunnya. Keadaan ini melepaskan CO2 dalam jumlah yang

      

150Ibid. Hal. 9.

151 Feby Ivalerina, Loc. Cit.

sangat besar yang diperkirakan mencapai sekitar 18% dari total emisi gas rumah kaca buatan manusia. Seperti yang telah ditunjukkan oleh Sir Nicholas Stern, strategi baru mitigasi perubahan iklim perlu memasukkan pencegahan deforestasi dan aksi untuk melindungi wilayah hutan alam yang tersisa sangat dibutuhkan segera. Diperkirakan bahwa pencegahan deforestasi dapat menjadi cara yang termurah dan tercepat dalam mengurangi emisi gas rumah kaca buatan manusia.153

Setelah puluhan tahun kegagalan masyarakat internasional mengatasi hilangnya hutan tropis, terdapat usaha baru yang merancang sebuah pasar untuk mengganti kerugian negara-negara untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD) disambut sangat baik, seperti Protokol Kyoto, yang menetapkan target mengikat untuk mengurangi emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca di negara-negara industri, sampai tahun 2012. REDD ditetapkan sebagai bagian dari agenda pasar karbon standar internasional.154

Emisi dari deforestasi melebihi jumlah emisi penggabungan, yang dihasilkan dari transportasi dan penerbangan. Menurut Stern Review, dengan mengurangi deforestasi, hal ini merupakan kesempatan terbesar untuk pembiayaan lebih efektif dan pengurangan emisi lebih cepat. Ini merupakan tempat REDD atau yang dikenal dengan Reducing Emissions from Deforestation and Degradation sebagai kerangka pemikiran internasional dalam menghentikan deforestasi. Selain itu, mekanisme ini dapat membantu memerangi kemiskinan

      

153 Paul Leach, Karbon Gagal? Dampak Potensial Dari Kredit Pencegahan Deforestasi Dalam Mekanisme Perdagangan Emisi, Jakarta, The Rainforest Foundation, 2008. Hal. 5.

154 “Pasar Karbon”, http://forestclimatecenter.org/guidance.php?cnt=international&lang=Indo nesia&mID=19&cID=59, diakses pada 14 Februari 2014.

sambil melestarikan keanekaragaman hayati dan mempertahankan pelayanan ekosistem yang vital.155

Pendukung terkuat skema pengurangan emisi melalui pencegahan deforestasi (REDD) selama ini adalah koalisi negara-negara hutan tropis yang terdiri dari 15 negara termasuk Papua New Guinea, Republik Demokratik Kongo, dan Bolivia. Negara-negara tersebut yang akan mendapatkan kredit untuk perlindungan hutan mereka. Ketika disetujui, karbon kredit tersebut selanjutnya dapat dijual melalui pasar karbon ke negara industri lain untuk dapat memenuhi target pengurangan emisi negara industri tersebut. Selanjutnya uang yang diterima dari penjualan karbon kredit tersebut kemudian digunakan untuk mengompensasi bagi keuntungan yang hilang daripada megeksploitasi hutan tersebut.156

Saat ini negara maju sudah bekerja sama dengan bank-bank multilateral untuk membantu negara berkembang dalam penekanan emisi dari deforestasi dan reforestasi. Negara maju sudah banyak melakukan dan telah menyediakan dana yang cukup besar dalam melakukan Reducing Emissions From Deforestation and Forest Degradation Developing Countries melalui kerjasama bilateral.157

Hasil penelitian National Strategy Study (NSS) CDM kehutanan menunjukkan bahwa potensi sektor kehutanan dalam menyerap pasar karbon global cukup besar karena harga karbon dari proyek kehutanan lebih murah dibandingkan sektor energi. Namun CER yang dihasilkan dari CDM kehutanan

      

155“Kebijakan UNFCCC dan REDD+ di Indonesia”, http://forestclimatecenter.org/guidance_de sc.php?cnt=international&lang=Indonesia&mID=15&swID=15, diakses pada 14 Februari 2014. 156 Paul Leach, Karbon Gagal? Dampak Potensial Dari Kredit Pencegahan Deforestasi Dalam Mekanisme Perdagangan Emisi, Op. Cit. Hal. 7.

157 Siti, Khairunissa, Analisis Yuridis Atas Penerapan Carbon Trading Dalam Prepektif Protokol Kyoto dan REDD+ Untuk Kawasan Hutan Di Indonesia,Op. Cit. Hal. 33.

ini sifatnya non-permanent. Hal ini dikarenakan dalam CDM kehutanan, bahkan selama usia proyek pun, karbon yang diserap masih mungkin terlepas ke atmosfer dan pada akhirnya upaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca tidak tercapai. Lepasnya karbon ke atmosfer dalam CDM Kehutanan dapat disebabkan oleh penebangan, kebakaran hutan maupun serangan hama penyakit. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dari CDM Kehutanan adalah besarnya ketidakpastian yang ada. Ketidakpastian ini terutama dalam hal perhitungan (measurement uncertainity) dan dalam hal menentukan parameter yang terkait dengan CDM Kehutanan.158

Kegiatan CDM harus memberi dampak positif bagi masyarakat yang berada disekitar daerah kegiatan proyek CDM terutama dari sigi sosial dan ekonomi. CDM kehutanan memiliki potensi yang tinggi dalam memberikan dampak negatif terhadap masyarakat sekitar, terutama masyarakat yang bergantung pada sektor kehutanan. Keberadaan proyek CDM tidak boleh memicu ataupun meningkatkan konflik sosial disekitarnya dan pada saat yang bersamaan keberadaan CDM kehutanan harus mendukung pemanfaatan sumber alam secara berkelanjutan. Dampak positif bagi masyarakat berkaitan erat dengan tujuan CDM bagi negara berkembang, yaitu membantu negara berkembang dalam melaksanakan pembangunan nasionalnya yang berkelanjutan.159

Dalam perdagangan karbon, CDM memiliki cakupan yang lebih luas daripada REDD. Hal ini dikarenakan proyek CDM mencakup sektor energi dan

      

158 FL Fernando Simanjuntak, Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism) Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan Protokol Kyoto, Medan, Tesis Magister Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009. Hal. 124.

sektor kehutanan, maka proyek CDM membuka kemungkinan yang luas dalam mengurangi dan mencegah emisi gas rumah kaca. Sedangkan REDD hanya mencakup sektor kehutanan saja dengan mengurangi emisi melalui penekanan deforestasi dan degradasi hutan.

B. Peran Masyarakat Internasional dalam Pelestarian Hutan dan