• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem bahasa tulis yang digunakan untuk melambangkan bunyi-bunyi bahasa Arab dikenal dengan sebutan aksara Arab, bersifat alfabetis dan termasuk dalam jenis tulisan ortografis. Aksara ini terdiri dari beberapa huruf primer tersusun dalam beberapa susunan, sehingga melahirkan urutan-urutan yang disebut abjad (alfabet) Arab. Selain huruf primer digunakan pula beberapa tanda lain, berupa huruf diubah fungsi dan tanda diakritik untuk melambangkan beberapa bunyi tertentu. Huruf primer dan tanda-tanda ini juga dilengkapi dengan kaidah ejaan, untuk menjaga keseimbangan dalam penggunaanya sebagai pelambang bunyi bahasa Arab. Fungsi tersebut dapat dilihat dari peran aksara Arab sepanjang sejarah perjalanannya, baik dalam penulisan Alquran, karya klasik, dan beberapa bunyi bahasa non-Arab.

A. Abjad Arab

Abjad Arab merupakan kumpulan huruf-huruf yang tersusun dan mempunyai urutan yang tetap, dan menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan sistem bahasa tulis atau aksara.170 Susunan abjad ini digunakan untuk menuliskan bunyi bahasa Arab, dan juga beberapa bahasa lain.171 Bahasa-bahasa yang menggunakan aksara Arab tidak hanya terbatas dari rumpun Semit, namun ada beberapa bahasa di luar rumpun itu yang menggunakannya. Penggunaan aksara Arab untuk menulis bunyi bahasa lain, tentunya dengan melakukan penambahan dan beberapa modifikasi pada huruf dan tandanya.172 Hal ini dimaksudkan agar aksara tersebut dapat beradaptasi dengan bunyi bahasa- bahasa yang menggunakannya sebagai sistem tulisan. Pada dasarnya aksara Arab memiliki dua macam bentuk atau mekanisme penulisan, disebabkan adanya

170

Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 93; Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, Edisi III (Jakarta: Gramedia, 2001), h. 1.

171

Diambil pada tanggal 25 Juli 2008 dari Arabic alphabet, http://www.wikipedia.com/. 172

Diambil pada tanggal 25 Juli 2008 dari Struktur Abjad Arab,

klasifikasi dan perbedaan pada bahasa Arab itu sendiri; Pertama, Arab Klasik (Classical Arabic), dan kedua, Standar Arab Modern (Modern Standard Arabic).173 Bentuk pertama digunakan untuk menuliskan bahasa Alquran dan literatur-literatur klasik, sementara bentuk kedua untuk menuliskan bunyi bahasa secara umum oleh penutur bahasa Arab dalam kehidupannya sehari-hari. Klasifikasi ini terjadi karena –pada waktu itu hingga saat ini- ada pendapat- pendapat ulama Muslim yang melarang dilakukan perubahan sistem tulisan dalam Alquran.174 Tulisan sistem yang kedua –pada dasarnya- merupakan perkembangan dan hasil penyempurnaan sistem pertama, akan tetapi ulama-ulama Muslim menginginkan Alquran ditulis dengan tulisan awalnya saja.

Dua klasifikasi bahasa Arab di atas sebetulnya merupakan varietas dari bahasa Arab fushâ, yang digunakan sebagai bahasa Alquran, karya-karya klasik, dan dalam pergaulan resmi serta dalam pengungkapan pemikiran secara umum.175 Selain bahasa fusha, terdapat dialek-dialek sebagai salah satu ragam bahasa Arab. Dialek-dialek ini dipakai oleh setiap orang dalam percakapan sehari-hari, dan - menurut Nâyif Ma’rûf- tidak dituliskan pada tulisan Arab, karena tidak memiliki kaidah yang tetap untuk itu.176 Oleh sebab itu sangat sedikit sekali dari dialek Arab yang berbentuk tulisan, meskipun varietas dan ragamnya sangat banyak sesuai ragam wilayah dan negeri yang ada.

Dalam alfabet Arab terdapat 28 huruf dasar, yang tersusun secara berurutan dimulai dengan huruf alif sampai yâ’. Berbeda dengan huruf Latin,

173

Diambil pada tanggal 28 Mei 2008 dari Arabic alphabet, pronounciation and language, http://www.ethnologue.com/.

174

Imam Mâlik (w. 179 H.) telah dihukum berabad-abad yang lalu karena fatwanya tentang apakah seseorang boleh menulis Mushaf dengan menggunakan kaidah ejaan baru, dia menolak pendapat itu dan hanya menyetujuinya untuk anak sekolah saja. lihat, M. M. al-‘Azmî, Sejarah Teks Al-Qur’an: dari Wahyu sampai Kompilasi, Penerjemah Sohirin Solihin dkk. (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 149.

175

Abdul Mu’in, Analisa KontrastifBahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2004), h. 22.

176

Nâyif Mahmûd Ma’rûf, Khasâis al-‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, Cet. V (Beirut: Dâr al-Nafâis, 1998), h. 63; Ahmad Fauzan, “Bahasa Arab dari Masa ke Masa.” Adabiyyat Vol. 6, No. II (Juli-Desember 2007): h. 233; Dialek merupakan salah satu ragam bahasa Arab yang biasanya digunakan oleh sekelompok penutur pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu, dan juga disebut sebagai dialek areal, regional, atau geografi. Merry Choironi, “Ragam Bahasa Arab.” Adabiyyat Vol. 6, No. 1 (Maret 2007): 76.

huruf-huruf Arab ditulis dari kanan ke kiri. Huruf Arab juga dapat disusun dalam beberapa susunan, baik secara abjadî, hijâî, ataupun secara makhrajî.177 Susunan

abjadî merupakan pengaruh yang masih dibawa oleh abjad Arab dari abjad Aramia, susunan hijâî merupakan susunan alfabet dan dibuat oleh Nasr Ibn ‘Âsim pada masa dinasti ‘Umawiyyah, dan susunan makhrajî merupakan susunan yang mengikuti urutan makhraj bunyi menurut al-Khalîl. Dalam abjad Arab terdapat beberapa huruf yang memiliki kesamaan bentuk dan hanya dibedakan oleh tanda titik, selain itu setiap huruf ini memiliki bentuk-bentuk perubahan (alograf) yang beragam, seiring dengan perbedaan posisinya dalam suatu kata.178 Kesamaan dan perubahan bentuk ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari huruf dan tanda Arab, dan pada akhirnya dapat menjadi bagian kelemahan yang dapat menimbulkan kesulitan dalam dunia pendidikan.

1. Struktur abjad Arab

Para ahli berbeda pendapat tentang jumlah huruf yang tersusun dalam abjad Arab. Ahli bahasa klasik menyebutkan bahwa dalam abjad Arab terdapat 29 huruf primer, sementara yang lain -seperti Abu al-‘Abbâs al-Mubarrid- hanya memasukkan 28 huruf primer. Perbedaan ini bertitik tolak dari perbedaan mereka terhadap huruf hamzah.179 Pendapat pertama memasukkan huruf hamzah, sementara pendapat kedua tidak memasukkannya sebagai huruf primer dalam

177

Susunan Abjadî adalah susunan yang sama seperti susunan abjad Latin (a, b, c, d, ....dst.), yaitu: (ﻎﻈﺿ ﺬﺨﺛ ﺖﺷﺮﻗ ﺺﻔﻌﺳ ﻦﻤﻠﻛ ﻲﻄﺣ زﻮھ ﺪﺠﺑأ). Susunan hijaî (alfabet) adalah susunan yang mengikuti bentuk huruf-huruf Arab dimulai dari alif, bâ’, tâ’, tsâ’, ....dst. Sementara susunan makhrajî adalah urutan yang disesuaikan dengan tempat keluarnya suara, seperti: menurut al-Khalîl (،م،ب،ف،ن،ل،ر،ث،ذ،ظ،ت،د،ط،ز،س،ص،ض،ش،ج،ك،ق،غ،خ،ه،ح،ع ةﺰﻤﮭﻟا ،ي ،ا ،و). Lihat, ‘Abd al-Mun’im M. al-Najjâr, al-Hurûf wa al-Aswât (Kairo: Dâr al- Tibâ’ah al-Muhammadiyah, 1982), h. 29-30; di ambil pada tanggal 28 Mei 2008 dari Struktur Abjad Arab: Susunan Abjadi, http://www.wikipedia.com.

178

David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic (London: Cambridge University Press, 1958), h. 1; Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties (New York: Longman, 1995), h. 73; dan diambil juga pada tanggal 28 Mei 2008 dari Arabic Alphabet dan Abjad Arab, http://www.wikipedia.com; Alograf adalah anggota satuan yang merupakan grafem yang berbeda-beda menurut posisinya; misalnya (ﺐـ،ـﺒـ،ـﺑ) adalah alograf dari grafem (ب). Lihat Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 10.

179

‘Alâ’ Jabr Muhammad, al-Madâris al-Sawtiyyah ‘inda al-‘Arab: al-Nasy’ah wa al- Tatawwur (Beirut: Dâr al-Kutub, 2006), h. 57-58; al-Najjâr, al-Hurûf wa al-Aswât, h. 25.

abjad Arab. Penyebabnya adalah tata cara penulisan hamzah yang sangat rumit, dan kaidah ejaannya yang kompleks bahkan tidak baku (tetap). Jumlah huruf ini lebih sedikit, terutama jika dibandingkan dengan jumlah fonem yang dimiliki oleh bahasa Arab. Fonem bahasa Arab –seperti yang telah diungkapkan Sudarno- berjumlah 34 fonem, terdiri dari enam vokal dan 28 konsonan.180 Jumlah ini hanya diperuntukkan fonem segmental, sementara unsur suprasegmental tidak masuk dalam hitungan ini. Hal ini dikarenakan, keberadaan unsur suprasegmental yang tidak dapat dilihat dalam bentuk simbol dalam tulisan Arab.

Selain huruf primer, abjad Arab masih memiliki beberapa huruf yang diubah fungsinya serta tanda-tanda (simbol) lain. Tanda-tanda tersebut berfungsi sebagai simbol bunyi yang belum dilambangkan oleh huruf primernya, oleh sebab itu dapat dikatakan tanda ini bagian pelengkap dalam abjad Arab, sehingga seluruh fonemnya dapat dicakup dan dilambangkan dengan sempurna. Huruf dan tanda itu antara lain: alif maqsûrah, lâm alif, tâ’ marbûtah, sukûn dan syaddah. Selain itu ada juga tanda diakritik yang digunakan untuk menunjukkan bunyi vokal pendek bahasa Arab, seperti: fathah, dammah,dan kasrah.181 Tanda-tanda pelengkap yang berupa huruf selalu ada dan ditulis secara konsisten dalam tulisan Arab, sebaliknya tanda diakritik tidak. Tanda diakritik hanya dapat dilihat pada Alquran dan buku-buku ajar tingkat dasar, sementara tulisan Arab yang beredar luas tidak dilengkapi oleh tanda tersebut. Hal ini terjadi –menurut Wâfî- karena pengaruh dan warisan dari kebiasaan rumpun bahasa Semit, yang beranggapan bahwa konsonan yang merupakan pembentuk struktur kata.182 Oleh sebab itu, perhatian mereka lebih tertuju pada bunyi konsonan, sementara bunyi vokal

180

Sudarno, Kata Serapan dari Bahasa Arab (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1990), h. 27. 181

David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic, h. 1-9; Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties, h. 73-75; dan diambil pada tanggal 28 Mei 2008 dari Arabic Alphabet dan Abjad Arab, http://www.wikipedia.com.

182

‘Alî M. al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah li al-Nât iqîn bi al-Lughât al-Ukhrâ (Riyâd: ‘Imâdah Syu’ûn al-Maktabât Jâmi’ah al-Riyâd, 1979), h. 245. Kebiasaan itu karena pandangan bahasa Semit bahwa bunyi konsonan yang merupakan pembentuk struktur kata, sementara vokal tidak. Lihat, ‘Alî ‘Abd al-Wâhid Wâfî, fiqh al-Lughah, Cet. VIII (Kairo: Dâr Nahzah Misr, tt.), h. 258; Rumpun bahasa Semit menjadi salah satu rumpun bahasa di dunia, seperti: indo Eropa, Semit Hemit, dan Turania. Lihat, Ahmad Fauzan, “Bahasa Arab dari Masa ke Masa.” Adabiyyat Vol. 6, No. II (Juli-Desember 2007): h. 231.

kurang mendapat perhatian. Keadaan ini pada akhirnya melahirkan suatu kenyataan, di mana tulisan-tulisan Arab yang terdapat pada buku, koran, majalah dan lain-lain, tidak dilengkapi dengan tanda diakritik sebagai lambang vokal pendek. Hal ini tentunya di satu sisi dapat melahirkan kesulitan-kesulitan bagi seseorang yang ingin membaca tulisan tersebut, meskipun di sisi lain penulisan tanda diakritik juga tidak independen dan berada di luar struktur kata.

Selain urutan huruf dan tanda dalam abjadnya, aksara Arab juga dilengkapi oleh kaidah ejaan. Pada hakikatnya, ruang lingkup suatu kaidah ejaan biasanya meliputi tata cara penulisan huruf dan bentuk-bentuk perubahannya, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca.183 Kaidah penulisan huruf mengatur tata cara penggunaan huruf dan tanda, untuk suatu bunyi yang telah ditetapkan sebagai acuan. Penetapan bunyi dan cara pelafalannya ini harus dilakukan untuk mempermudah proses penulisan bunyi bahasa Arab. Hal itu disebabkan oleh ragam bunyi yang dimiliki bahasa Arab, seiring luas wilayah dan negeri bangsa Arab.

Ejaan aksara Arab tentunya berbeda dengan ejaan aksara Latin, karena digunakan untuk bahasa yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada, tidak adanya aturan penggunaan huruf besar (capital letters) dalam kaidah ejaan Arab.184 Huruf-huruf Arab dapat dihubungkan satu sama lainnya, sehingga tidak ada perbedaan yang besar baik hasil tulisan tangan ataupun hasil cetakan. Sebaliknya dalam tulisan Latin, biasanya terlihat perbedaan antara keduanya. Perbedaan ini dapat dimaklumi, mengingat kaidah dan aturan suatu sistem aksara sangat bergantung dengan masyarakat bahasanya.185 Bahkan kaidah ejaan suatu aksara akan berbeda, jika digunakan untuk melambangkan dua bahasa yang berbeda. Fakta ini dapat dibuktikan dengan penambahan beberapa tanda pada aksara Arab, saat digunakan untuk menuliskan bunyi bahasa non-Arab. Kaidah- kaidah ejaan ini –menurut Lamuddin Finoza- harus dipatuhi dalam tataran

183

Nâyif Ma’rûf, Khasâis al-‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, h. 157-158. 184

David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic, h. 1. 185

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Cet. II (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 36.

penggunaannya, termasuk kaidah ejaan aksara Arab.186 Kepatuhan tersebut dapat mewujudkan keseragaman bentuk yang berimplikasi terhadapan keseragaman pemahaman makna. Tanpa adanya kaidah ejaan, suatu sistem aksara tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik sebagai pelambang bunyi bahasa yang sangat beragam, dan dapat melahirkan problematika dalam aspek-aspek kebahasaan.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa aksara Arab terdiri dari huruf primer yang tersusun dalam urutan abjadnya, ditambah dengan beberapa huruf yang diubah fungsinya dan tanda-tanda diakritik untuk melengkapi kinerjanya sebagai pelambang bunyi bahasa. Penulisan tanda-tanda tersebut diatur oleh kaidah-kaidah yang menjadi bagian dari kaidah ejaan aksara Arab.

2. Bentuk (Alograf) dan perubahan huruf Arab

Huruf-huruf dalam aksara Arab -baik primer atau yang diubah fungsinya-, dan juga tanda-tanda diakritik memiliki karakteristik yang sangat unik. Huruf dan tanda tersebut dituliskan mulai dari arah kanan ke arah kiri, dan tidak ada perbedaan antara hasil tulisan tangan atau hasil tulisan yang dicetak.187 Sebagian besar huruf dan tanda aksara Arab dapat dihubungkan (connector), sementara beberapa simbol tidak dapat dihubungkan (nonconnector) dengan simbol yang lain pada penulisan suatu kata.188 Hubungan antara huruf-huruf ini bersifat dinamis, sehingga melahirkan beberapa bentuk perubahan untuk setiap hurufnya. Perubahan-perubahan bentuk tersebut sangat mudah terjadi pada huruf Arab, mengingat bentuknya yang geometris. Sifatnya yang geometris memudahkan setiap huruf dipadukan dengan yang lainnya, bahkan dengan tanda-tanda atau hiasan di luar aksara. Perubahan ini –pada saatnya nanti- dapat menjadi suatu kelemahan yang ada pada aksara Arab, karena dapat melahirkan kesulitan dalam tataran penggunaanya. Hal itu disebabkan karena setiap bentuk perubahan

186

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, Cet. XIII (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2007), h. 15.

187

Diambil pada tanggal 25 Juli 2008 dari Struktur Abjad Arab,

http://www.wikipedia.com/. 188

Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2007), h. 181.

memiliki karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya.189 Dalam arti, setiap bentuk hanya dapat digunakan untuk mengisi posisinya masing-masing, baik berdiri sendiri, di depan, di tengah, atau di akhir suatu kata.

a. Huruf –huruf primer

Telah disebutkan, dalam jajaran abjad Arab terdapat 28 huruf ditambah dengan hamzah, huruf-huruf inilah yang dikenal dengan huruf primer. Dalam bahasa Arab, huruf ini berfungsi sebagai pelambang bunyi konsonan. Huruf-huruf ini juga yang menjadi pusat perhatian para ahli klasik, karena metode analisis mereka berawal dari tulisan-tulisan Arab yang telah tersebar luas dalam masyarakatnya. Pada akhirnya, kajian mereka lebih banyak diarahkan pada bunyi- bunyi konsonan Arab yang disimbolkan oleh huruf primer ini. Hal ini yang menjadi fakta bahwa kajian bunyi bahasa Arab yang dilakukan oleh ahli klasik, lebih banyak pada konsonannya.190 Keadaan ini mungkin akibat pengaruh dari bahasa Semit, akan tetapi jika diamati secara seksama terdapat perbedaan antara pandangan ahli bahasa Semit dengan bahasa Arab. Para ahli bahasa Arab tetap menganggap bunyi vokal dan konsonan sebagai unsur pembentuk kata, sementara ahli bahasa Semit hanya menilai bunyi konsonan yang menjadi unsur tersebut. Sementara hasil kajian ahli bahasa Arab lebih banyak pada konsonan, itu disebabkan karena metode mereka yang memulai dari tulisan-tulisan yang telah digunakan oleh bangsa Arab. Hal ini juga yang pada akhirnya membuktikan keterpengaruhan sistem tulis Arab dengan sesamanya dalam rumpun Semit, sehingga bunyi vokal jarang digunakan dalam tulisan yang sesungguhnya.

Huruf primer ini –menurut al-Qâsimî- memiliki bentuk perubahan, di mana masing-masing bentuk tidak dapat mengisi posisi bentuk lain.191 Hal ini melahirkan bentuk huruf dan bentuk perubahan yang begitu besar baik dari sisi

189

Nâyif Ma’rûf, Khasâis al-‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, h. 153; Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties, h. 316-317; David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic, h. 1-2.

190

Wâfî, fiqh al-Lughah, h. 258; al-Qâsimî, Ittijâhât Hadîtsah fi Ta’lîm al-‘Arabiyyah, h. 245.

191

kuantitas ataupun kualitas. Bentuk-bentuk perubahan huruf primer dalam aksara Arab, dapat dilihat dengan jelas pada tabel berikut ini.

Tabel 3

Bentuk dan Perubahan Huruf Primer192

Bentuk Huruf (Bentuk Kontekstual) Nama

Huruf

Bentuk

Umum Berdiri Sendiri Awal Tengah Akhir

Alif

-

-

ﺎـ

Bâ’

ـﺑ

ـﺒـ

ﺐـ

Tâ’

ـﺗ

ـﺘـ

ﺖـ

Tsâ’

ـﺛ

ـﺜـ

ﺚـ

Jîm

ـﺟ

ـﺠـ

ﺞـ

Hâ’

ـﺣ

ـﺤـ

ﺢـ

Khâ’

ـﺧ

ـﺨـ

ﺦـ

Dâl

-

-

ﺪـ

Dzâl

-

-

ﺬـ

Râ’

-

-

ﺮـ

Zây

-

-

ﺰـ

Sîn

ـﺳ

ـﺴـ

ﺲـ

Syîn

ـﺷ

ـﺸـ

ﺶـ

Sâd

ـﺻ

ـﺼـ

ﺺـ

Dâd

ـﺿ

ـﻀـ

ﺾـ

Tâ’

ـﻃ

ـﻄـ

ﻂـ

Zâ’

ـﻇ

ـﻈـ

ﻆـ

‘Aîn

ـﻋ

ـﻌـ

ﻊـ

Ghîn

ـﻏ

ـﻐـ

ﻎـ

Fâ’

ـﻓ

ـﻔـ

ﻒـ

Qâf

ـﻗ

ـﻘـ

ﻖـ

192

Diambil pada tanggal 28 Mei 2008 dari Arabic Alphabet dan Abjad Arab,

http://www.wikipedia.com; Arabic alphabet, pronunciation and language,

http://www.ethnologue.com/; juga, David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic, h. 1-2; dan Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties, h. 316-317.

Kâf

ـﻛ

ـﻜـ

ﻚـ

Lâm

ـﻟ

ـﻠـ

ﻞـ

Mîm

ـﻣ

ـﻤـ

ﻢـ

Nûn

ـﻧ

ـﻨـ

ﻦـ

Hâ’

ـﻫ

ـﻬـ

ﻪـ

Wâw

-

-

ﻮـ

Yâ’

ـﻳ

ـﻴـ

ﻲـ

Hamzah

-

-

-

-

Dari bagan di atas dapat disimpulkan, bahwa masing-masing huruf memiliki bentuk perubahan seiring perbedaan posisinya pada sebuah kata. Perubahan-perubahan itu dilengkapi dan diimbangi oleh kaidah ejaan, sehingga tidak menimbulkan ambiguitas dalam prakteknya. Oleh sebab itu kaidah ejaan ini harus benar-benar dipahami dan dilaksanakan dalam penggunaan huruf-huruf tersebut, sehingga kendala-kendala yang akan terjadi dapat dihindari. Aturan atau kaidah tersebut pada akhirnya menunjukkan karakter huruf Arab dan bentuk- bentuknya. Aturan-aturan penulisan huruf Arab, antara lain:193

1) Huruf-huruf yang hanya dapat dihubungkan (disambung) dengan huruf sebelumnya, sementara tidak dengan setelahnya (nonconnector) , seperti: alif, dâl, dzâl, râ’, zây, dan wâw.194 Huruf-huruf ini tidak mengalami perubahan pada bentuknya ketika dihubungkan dengan huruf sebelumnya.

2) Huruf tâ’ dan zâ’ adalah dua huruf yang dapat dihubungkan dengan huruf- huruf yang datang sebelum dan sesudahnya (connector).195 Kedua huruf ini juga tidak mengalami perubahan, ketika dihubungkan dengan huruf lain. 3) Huruf bâ’, tâ’, tsâ’, dan nûn tidak mengalami perubahan ketika dihubungkan

dengan huruf-huruf yang datang sebelumnya. Sebaliknya ketika dihubungkan dengan huruf-huruf sesudahnya, keempat huruf ini kehilangan bagian akhirnya.

193

Nâyif Ma’rûf, Khasâis al-‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, h. 157-158. 194

Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, h. 181. 195

4) Huruf sîn, syîn, sâd, dâd, dan mîm memiliki aturan seperti huruf-huruf sebelumnya (bâ’, tâ’, tsâ’, dan nûn), ketika dihubungkan dengan huruf sebelumnya. Sebaliknya huruf-huruf ini kehilangan ujungnya (dzail), ketika dihubungkan dengan huruf sesudahnya.

5) Huruf ‘aîn dan ghîn kehilangan ujungnya ketika dihubungkan dengan huruf sesudahnya, contoh: (

ﻲﻋ

،ﻮﻋ

،ﺎﻋ

). Kemudian kedua huruf ini mengalami perubahan yang lebih besar ketika dihubungkan dengan huruf sebelumnya, misalnya: (

ـﻐﺛ

،ـﻌﺑ

).

6) Huruf jîm, hâ’, dan khâ’ mengalami perubahan yang sama seperti huruf ‘aîn,

ketika dihubungkan dengan huruf sesudahnya. Sebaliknya ketiga huruf ini akan mengalami perubahan seperti huruf sîn dan syîn, ketika dihubungkan dengan huruf sebelumnya.

7) Selebihnya adalah Huruf-huruf yang berubah-ubah bentuknya, seperti: (

،ﻙ

،ـﻛ

،ـﻫ

،ﻩ

،ـﻬـ

،ﻱ

ـﻳ

).

Setiap huruf primer Arab mengalami perubahan bentuk pada saat digunakan untuk menuliskan bunyinya pada konteks kata. Perubahan ini suatu keniscayaan dan merupakan ciri dari huruf Arab, mengingat bunyi yang dilambangkannya merupakan unsur terkecil dalam pembentukan kata.196 Dan posisinya dapat berada pada semua bagian kata baik di depan, di tengah atau di akhir. Perubahan yang lebih kompleks dapat dilihat pada huruf hamzah yang juga digunakan untuk menuliskan bunyi konsonan bahasa Arab. Penulisan huruf ini memiliki banyak kaidah, dan cenderung menyulitkan terutama untuk kalangan yang baru mempelajari huruf Arab.197 Hasilnya banyak sekali kesalahan- kesalahan yang terjadi, khususnya dalam penulisan hamzah.198 Bunyi konsonan Arab tidak hanya dilambangkan dengan huruf primer, ada beberapa huruf dan

196

J.W.M Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, Cet. IV (Yogyakarta: Gadjah Mada Universitu Press, 2004), h. 10.

197

‘Abd al-Latîf A. al-Syuwayrif, al-Tadrîbât al-Lughawiyyah (T.tp: Kulliyyah al-Da’wah al-Islâmiyyah, 1997), h. 8.

198

M. ‘Alî al-Khûlî, Asâlîb Tadrîs al-Lughah al-‘Arabiyyah, Cet. III (al-Riyâd: T.pn., 1982), h. 135.

tanda lain yang juga digunakan oleh aksara Arab untuk menandakan bunyi konsonannya, seperti:

Tabel 4

Huruf dan Tanda Konsonan Bahasa Arab199

Bentuk Huruf (Bentuk Kontekstual) Nama Simbol Bentuk

Umum Berdiri

Sendiri Awal Tengah Akhir

Tâ marbûthah

ة

ة

-

-

ﺔـ

Tanda Lain

Syaddah

ّ

Untuk menandakan dua konsonan yang sama

Sukûn

ْ

Untuk melambangkan konsonan yang tidak diikuti

oleh bunyi vokal setelahnya

Huruf dan tanda diakritik ini melengkapi tugas huruf primer, untuk melambangkan bunyi konsonan bahasa Arab. Tâ marbûthah digunakan untuk melambangkan konsonan tâ’, selain itu juga berfungsi sebagai penanda i’râb.200 Huruf dan tanda ini juga memiliki aturan dan kaidah yang harus dijalankan, sehingga mudah untuk digunakan.

b. Tanda diakritik dan huruf vokal

Tanda diakritik adalah tanda yang dibuat oleh al-Khalîl bin Ahmad al- Farâhîdî untuk melambangkan bunyi-bunyi vokal pendek dalam bahasa Arab.201 Tanda-tanda itu biasa dikenal dengan harakah atau syakl, juga berfungsi sebagai penanda i’râb.202 Tanda ini jika diamati sangat penting dalam tulisan Arab, karena memiliki fungsi ganda baik sebagai lambang bunyi atau jabatan kata. Sementara

199

Diambil pada tanggal 28 Mei 2008 dari Arabic Alphabet dan Abjad Arab,

http://www.wikipedia.com; Arabic alphabet, pronunciation and language,

http://www.ethnologue.com/; lihat juga, David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic, h. 1-2; dan Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties, h. 316-317.

200

Tanda ini digunakan untuk menunjukkan bahwa kata tersebut adalah mu’annats (feminine). Lihat David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic, h. 13.

201

Nâyif Ma’rûf, Khasâis al-‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, h. 147; al-‘Azmî, Sejarah Teks Al-Qur’an: dari Wahyu sampai Kompilasi, h. 155.

Dalam dokumen zaki ghufron bunyi aksara dalam bahasa arab (Halaman 68-93)

Dokumen terkait