• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi bunyi bahasa Arab

Dalam dokumen zaki ghufron bunyi aksara dalam bahasa arab (Halaman 42-52)

BAB II BUNYI DAN BAHASA TULIS

4. Klasifikasi bunyi bahasa Arab

Bunyi bahasa Arab –seperti bunyi bahasa pada umumnya-, dibedakan atas vokal dan konsonan. Vokal dalam istilah Arab dikenal dengan al-aswât al-sâitah

atau al-harakât, sementara konsonan dikenal dengan al-aswât al-sâmitah atau

hurûf.74 Kedua klasifikasi ini berdasarkan pada dua hal: Pertama, bergetar tidaknya pita suara. Kedua, ada atau tidaknya hambatan terhadap arus udara.75 Kedua klasifikasi ini juga telah diungkapkan oleh ahli bahasa Arab klasik, akan tetapi perhatian mereka lebih banyak terfokus kepada hurûf (konsonan) dibandingkan dengan vokal, terutama vokal pendek. Alasannya –menurut Kamâl Bisyr- adalah, konsonan merupakan unsur pembentuk kata dan simbolnya dapat dilihat dengan jelas pada kata tersebut.76 Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan, yang menjadi landasan analisis ahli klasik adalah simbol-simbol tertulis dalam suatu kata Arab, sementara simbol vokal tidak terdapat dalam tulisan Arab.

a) Vokal

Bunyi-bunyi vokal bahasa Arab dapat diklasifikasikan melalui suatu sistem yang telah diperkenalkan oleh seorang ahli fonetik dari Inggris, yang bernama Daniel Jones.77 Sistem tersebut dinamakan vokal kardinal (cardinal

74

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 149; Vokal adalah bunyi yang terjadi karena pita suara sedikit bergetar ketika arus udara melaluinya tanpa hambatan, kecuali rongga mulut yang dalam bentuk tertentu sesuai dengan jenis vokal yang dihasilkan. Konsonan adalah bunyi yang terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung dengan hambatan/rintangan di tempat-tempat artikulasi tertentu. Lihat, Marsono, Fonetik, h. 16; Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, h. 33-35.

75

Mukhtâr ‘Umar, Dirâsah al-Saut al-lughawî, h.135-136; M. Fahmî H ijâzî, Madkhal ‘ilâ ‘Ilm al-Lughah, h. 39-40; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 149-150; Selain dua klasifikasi di atas, ada juga yang menambahkan bunyi semi-vokal sebagai klasifikasi ketiga. Semi-vokal adalah bunyi bahasa yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi hanya karena waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu disebut semi-vokal, dan oleh karena itu di dalam pembahasannya masih tetap masuk dalam kelompok bahasan konsonan. Semi-vokal disebut juga semi-konsonan, namun istilah ini jarang dipakai. Lihat, Marsono, Fonetik, h. 16; Kamâl Badrî memberi dua nama untuk istilah ini, yaitu: syibh harakah (semi-vokal) untuk wâw dan nisf harakah (setengah vokal) untuk yâ’. Kamâl Badrî, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj, h. 120-121.

76

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 155. 77

Kamâl M. Bisyr, ‘Ilm al-Aswât al-‘Âm (Kairo: Dâr al-Ma’ârif, 1971), h. 180; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 224; Daniel Jones adalah seorang ahli fonetik dari Inggris, memperkenalkan sistem vokal kardinal (cardinal vowels) yang menjadi acuan perbandingan dalam

vowels), yaitu suatu rangka gambar berdasarkan bunyi-bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, dan bentuk bibir tertentu.78 Rangka hasil temuan Jones ini dijadikan acuan perbandingan dalam deskripsi vokal semestaan di dunia. Analisanya dimulai dengan melihat pada dua alat ucap yang penting dalam pembentukkan vokal, yaitu: bibir dan lidah. Parameter penentuan vokal kardinal itu ditentukan oleh keadaan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, striktur dan bentuk bibir.79 Hasilnya Jones dapat menentukan vokal kardinal, yang dalam Abjad Fonetik Internasional (International Phonetics Association) diberi lambang (i, e, ε, a, α, É, o, u) dan diberi nomor urut dari 1

sampai 8.80 Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar vokal kardinal yang telah disederhanakan di bawah ini:

Gambar

Vokal Kardinal yang disederhanakan

(1) [i] [u] (8)

Kasrah & dammah kasrah tawîlah dammah tawîlah

(2) [e] [o] (7)

(3) [ε] Fathah [É] (6) qalqalah

(4) [a] Fathah tawîlah [α] (5)

deskripsi vokal semestaan di dunia. Karyanya yang terkenal antara lain, The Phoneme, Outline of English Phonetics, dan The Pronounciation of English yang diterbitkan oleh Universitas Cambridge pada tahun 1958. Lihat, Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 88.

78

Marsono, Fonetik, h. 27; Vokal Kardinal adalah salah satu seri vokal dengan ciri-ciri artikulasi tertentu, berguna sebagai dasar perbandingan vokal-vokal sebuah bahasa dan di antara bahasa-bahasa (diciptakan oleh Daniel Jones). Lihat, Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 228.

79

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Lughah al-‘Âm, h. 180-185; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 224- 230; Marsono, Fonetik, h. 27-29.

80

Marsono, Fonetik, h. 27-29; Interational Phonetic Alphabet (IPA) adalah sistem abjad yang disusun oleh l’Association Phonetique Internationale pada 1897 atas prakarsa Otto Jespersen, dengan tujuan supaya orang dapat belajar merekam lafal berbagai bahasa secara cermat dan menghindari ketidak-konsistenan; didasarkan pada huruf Latin dengan berbagai tambahan. Lihat, Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 84.

Uraian tentang vokal kardinal yang dibangun oleh Jones di atas, dapat pula digunakan untuk mengetahui klasifikasi vokal bahasa Arab. Hal itu dapat dimaklumi karena hampir semua bahasa memiliki bunyi vokal, meskipun jumlahnya sangat beragam. Oleh karena itu, vokal bahasa Arab dapat diklasifikasikan menjadi:81

1. Tinggi-rendahnya lidah

Berdasarkan tinggi-rendahnya lidah, vokal bahasa Arab dapat diklasifikasikan menjadi: vokal tinggi (kasrah /

ِِِـِِ

/, kasrah tawîlah /

ِﻲـ

/, dammah

/

ُـ

/, dan dammah tawîlah /

ﻮُـ

/), vokal madya (fathah /

َـ

/), dan vokal rendah (fathah tawîlah /

ﺎَـ

/).

2. Bagian lidah yang bergerak

Berdasarkan bagian lidah yang bergerak, vokal bahasa Arab dapat diklasifikasikan menjadi: vokal depan (kasrah /

ِـِ

/dan kasrah tawîlah /

ِﻲـ

/), vokal tengah (fathah /

َـ

/), dan vokal belakang (dammah /

ُـ

/ dan dammah tawîlah

/

ﻮُـ

/).82

3. Striktur

Striktur untuk bunyi vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan langit-langit, vokal bahasa Arab dapat diklasifikasikan menurut strikturnya menjadi:83 vokal tertutup (kasrah /

ِـ

/, kasrah tawîlah /

ِﻲـ

/, dammah /

ُـ

/, dan dammah tawîlah

81

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Lughah al-‘Âm, h. 180-188; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 224- 237; Marsono, Fonetik, h. 27-35.

82

Vokal depan (front vowels), yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun- naiknya lidah bagian depan. Vokal tengah (central vowels), yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan lidah bagian tengah. Vokal belakang (back vowels), yaitu vokal yang dihasilkan oleh peranan turun-naiknya lidah bagian belakang (pangkal lidah). Lihat, Kamâl Bisyr, ‘Ilm al- Aswât, h. 231-232; Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 228-229.

83

Striktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dengan artikulator pasif; vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit dalam batas vokal, terletak pada garis antara /i/ dengan /u/. Vokal semi- tertutup (half-close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat sampai ketinggian sepertiga di bawah vokal tertutup atau dua pertiga di atas vokal yang paling rendah, terletak antara vokal /e/ dengan /o/. Vokal semi-terbuka (half-open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat pada ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah atau dua pertiga di bawah vokal tertutup, letaknya antara vokal /ε/ dengan /É/. Dan vokal terbuka (open vowels) yaitu

vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin, kira-kira antara vokal /a/ dengan /α/. Lihat, Marsono, Fonemik, h. 31-32; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 232-233.

/

ﻮُـ

/), vokal semi-tertutup yang tidak ada dalam bahasa Arab, dan vokal semi- terbuka (fathah /

َـ

/), dan vokal terbuka (fathah tawîlah /

ﺎَـ

/).

4. Bentuk bibir

Berdasarkan bentuk bibir, vokal bahasa Arab dapat diklasifikasikan menjadi: vokal bulat (bentuk bibir bulat) dapat terbuka atau tertutup, bahasa Arab hanya memiliki vokal bulat tertutup (dammah /

ُـ

/ dan dammah tawîlah /

ﻮُـ

/), vokal netral yang juga tidak ada pada bahasa Arab, dan vokal tak bulat (kasrah /

ِـ

/,

kasrah tawîlah /

ِﻲـ

/, fathah /

َـ

/, dan fathah tawîlah /

ﺎَـ

/).84

Uraian tentang vokal di atas, secara sederhana dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1 Vokal Bahasa Arab

Depan Tengah Belakang Striktur

Tak Bulat Tak Bulat Bulat Netral

Tinggi kasrah /

ِـ

/ kasrah tawîlah /

ِﻲـ

/ dammah /

ُـ

/ dammah tawîlah /

ﻮُـ

/ Tertutup Madya fathah /

َـ

/ Semi- tertutup Semi- terbuka

Rendah fathah tawîlah /

ﺎَـ

/ Terbuka

Dari tabel 1 di atas, dapat dipaparkan bahwa vokal bahasa Arab adalah:

Kasrah /

ِـ

/ tinggi depan tertutup tak bulat

Kasrah tawîlah /

ِﻲـ

/ tinggi depan tertutup tak bulat

Dammah /

ُـ

/ tinggi belakang tertutup bulat

Dammah tawîlah /

ﻮُـ

/ tinggi belakang tertutup bulat

84

Vokal bulat (rounded vowels) yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Bentuk bibir bulat bisa terbuka atau tertutup, jika terbuka maka vokal diucapkan dengan posisi terbuka bulat (open-rounded), misalnya vokal /É/, jika tertutup maka vokal diucapkan dengan

posisi bentuk bibir tertutup bulat, misalnya /o/, /u/. Vokal netral (neutral vowels) yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisi netral, dalam arti tidak bulat tetapi juga tidak terbentang lebar, misalnya vokal /α/. Vokal tak bulat (unrounded vowels), yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentang lebar. Lihat, Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 228-229; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 233-234.

Fathah /

َـ

/ madya tengah semi terbuka tak bulat

Fathah tawîlah /

ﺎَـ

/ rendah depan terbuka tak bulat b) Konsonan

Bunyi-bunyi konsonan –menurut Marsono- lebih mudah dibedakan dari pada bunyi-bunyi vokal, karena secara fisiologis antara konsonan yang satu dengan konsonan yang lain terdapat perbedaan yang dapat dilihat dengan mudah.85 Oleh sebab itu tidak diperlukan prinsip bunyi kardinal, untuk mengklasifikasikan konsonan. Secara praktis konsonan dapat diklasifikasikan menurut cara hambat, rongga yang dilalui aliran udara, tempat hambat (makhraj), hubungan posisional antara artikulator aktif dengan artikulator pasif, dan bergetar- tidaknya pita suara.86 Dalam hal ini konsonan bahasa Arab dapat dibedakan menjadi:

1. Cara hambat

Klasifikasi konsonan dengan cara ini dilakukan dengan melihat dari titik hambat pada arus udara yang mengalir dari paru-paru saat artikulasi bunyi tertentu,87 melalui cara ini konsonan bahasa Arab dapat diklasifikasikan menjadi: (a) konsonan letup (stops, plosives, infijârî) yaitu: /

ﺓﺰﻤﳍﺍ

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, dan /

/. (b) konsonan geseran (fricative, ihtikâkî) yaitu: /

/, /

/, /

/, /

/,

85

Marsono, Fonetik, h. 60; Prof. Dr. Marsono lahir di Temanggung, dan menyelesaikan S1, S2, dan S3nya di Universitas Gadjah Mada. Saat ini aktif mengajar di Fakultas Ilmu Budaya UGM, dan karya-karyanya; Morfologi Bahasa Indonesia dan Nusantara (1989), Ensiklopedi Kebudayaan Jawa (2000), Manusia dan Dinamika Budaya (2001), dan pernah memperoleh penghargaan Satyalancana Karya Satya 20 tahun dari Presiden RI (2000) dan kesetiaan 25 tahun Mengabdi UGM (2003).

86

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 167; Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, h. 35; Marsono, Fonetik, h. 60.

87

Klasifikasi konsonan dengan cara hambat: (1) konsonan letup (stops, plosives, infijârî) yang terjadi akibat adanya hambatan penuh (sempurna) pada arus udara, kemudian hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba. Strikturnya pertama-tama rapat kemudian dilepaskan tiba-tiba, striktur rapat yang pertama disebut hambatan, sedangkan striktur pelepasan yang kedua disebut letupan. (2) konsonan geseran (fricative, ihtikâkî) yang terbentuk karena peyempitan jalan arus udara yang dihembuskan dari paru-paru, sehingga terhalang dan keluar dengan bergeser. Strikturnya renggang atau tidak rapat seperti konsonan letup, dan hambatan terjadi secara tidak sempurna. Dan (3) konsonan paduan adalah konsonan hambat jenis khusus, terbentuk akibat adanya hambatan penuh pada arus udara dari paru-paru, kemudian hambatan itu dilepaskan secara bergeser pelan-pelan. Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 197-199; Tamâm Hassân, Manâhij al-Bahts fi al-Lughah, h. 117; Marsono, Fonetik, h. 60, 79, 81; Kamâl Badrî, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj, h. 55-56; Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 64.

/

/, /

/, /

ھ

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, dan /

/. (c) konsonan paduan (afrikat, murakkab) yaitu konsonan yang memiliki dua karakter baik letup dan bergeser, dan konsonan yang termasuk klasifikasi ini adalah : /

/. Dan (d) konsonan tengah-tengah (mutawassit) yaitu konsonan yang sama sekali berbeda dengan cara hambat lainnya, konsonan yang termasuk klasifikasi ini adalah: (/

/, /

/), (/

/), (/

/), dan (/

/, /

/).88 Konsonan-konsonan ini memiliki karakter dan cara hambat yang berbeda satu sama lainnya, sehingga istilah keempatnya pun berbeda, seperti: semi-vokal (/

/, /

/), lateral (/

/), tril (/

/), dan nasal (/

/, /

/).

2. Bergetar-tidaknya pita suara (

ﺔﻴﺗﻮﺼﻟﺍ

ﺭﺎﺗﻭﻷﺍﻊﺿﻭ

)

Proses klasifikasi konsonan bahasa Arab dengan cara ini, melahirkan: (a) konsonan bersuara (voiced/majhûr), yaitu: /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/ pada kata (

ﺪﻟﻭ

) dan (

ﺽﻮﺣ

), dan /

/ pada kata (

ﺖﻴﺑﻭ

ﻙﺮﺘﻳ

).89 Dan (b) konsonan tidak bersuara (voiceless/mahmûs), yaitu: /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, dan /

/.90 Kedua klasifikasi ini juga telah diungkapkan oleh para ahli klasik, seperti al-Khalîl, Sîbawaih, dan Ibn Jinnî. Proses klasifikasi yang mereka lakukan hanya melihat hambatan pada arus udara saat artikulasi, tanpa melihat keadaan pita suara.91 Oleh karena itu, terdapat perbedaan hasil klasifikasi bunyi bahasa Arab antara para ahli.

88

Konsonan tengah-tengah memiliki empat kemungkinan: (1) aliran udara tidak mendapatkan hambatan/rintangan secara tidak jelas, dan melahirkan suatu bunyi yang disebut vokal atau semi-vokal, yaitu: /ﻭ/, /ﻱ/. (2) aliran udara menjauhi hambatan yang ada di dalam rongga mulut, karena lidah terangkat ke langit-langit, sehingga udara terpaksa keluar dari kedua sisi samping lidah, bunyi demikian disebut munharif/jânibî (literal/liquida) yaitu: /ﻝ/. (3) hambatan terjadi secara tidak tetap, karena lidah mendekati alveolum (gusi dalam/pangkal gigi), akan tetapi lalu menjauh lagi. Kejadian ini terjadi berulang-ulang dengan cepat, sehingga udara yang keluar digetarkan. Konsonan seperti ini disebut getar (trill/mukarrar), yaitu: /ﺭ/. Dan (4) udara tidak mengalir melalui rongga mulut, tetapi melalui rongga hidung. Bunyi yang demikian disebut nasal/sengau (anfî) seperti /ﻥ/ dan /ﻡ/. Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 200-202; Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif, h. 64-65; dan Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia, h. 36.

89

Konsonan bersuara terbentuk karena pita suara saling berdekatan pada saat arus udara mengalir ketika proses artikulasi, dan kemudian pita suara turut bergetar. Kamâl Bisyr, ‘Ilm al- Ashwât, h. 174; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Lughah, h. 110; Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif, h. 65

90

Tamâm Hassân, Manâhij al-Bahts fi al-Lughah, h. 114; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 174; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât al-‘Âm, h. 109-110; Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 65.

91

3. Tempat hambat (

ﺯﺎﻴﺣﻷﺍﻭﺝﺭﺎﺨﳌﺍ

ﺚﻴﺣ

ﻦﻣ

)

Hasil klasifikasi konsonan dengan cara ini –menurut Kamâl Bisyr- berbeda antara satu bahasa dengan yang lainnya.92 Konsonan bahasa Arab - melalui cara ini- dapat diklasifikasikan menjadi: (a) bilabial(syafawiyyah) yaitu: /

/, /

/, dan /

/.93 Klasifikasi wâw dalam bilabial adalah pandangan ahli klasik, karena bibir memang memiliki pengaruh terhadap pembentukan bunyi ini, akan tetapi menurut ahli modern bunyi ini termasuk semi-vokal karena memiliki karakter keduanya. (b) labio-dental (asnâniyyah syafawiyyah),94 yaitu: /

/. (c) inter-dental (baina asnâniyyah), yaitu: /

/, /

/, dan /

/.95 (d) apiko-alveolar (dzalqî latsawî), yaitu bunyi: /

/, /

/, /

/, dan /

/.96 (e) apiko-dental-alveolar (dzalqî latsawî asnânî), yaitu bunyi: /

/, /

/, /

/, /

/, /

/, dan /

/.97 (f) fronto- palatal (tarfî ghârî), yaitu: /

/ dan /

/.98 (g) centro-palatal (wastî ghârî),99 yaitu:

92

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 181. 93

Bunyi konsonan ini terbentuk karena pertemuan antara bibir bawah (artikulator aktif) yang merapat kepada bibir atas (artikulator pasif). Bunyi /ﺏ/ terbentuk setelah terjadinya hambatan secara sempurna pada arus udara, kemudian hambatan tersebut dilepas secara tiba-tiba dan keluar dengan letupan. Bunyi /ﻡ/ adalah nasal, karena saat bibir atas dan bibir bawah terkatup rapat, udara mengalir melalui rongga hidung. Kamâl Badrî, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj, h. 111- 112; Yang mengatakan bunyi /ﻭ/ termasuk dalam klasifikasi ini adalah tidak salah, namun harus dijelaskan bahwa bunyi ini terjadi akibat mendekatnya lidah ke arah langit-langit lunak. Lihat, Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 183.

94

Bunyi konsonan ini terbentuk akibat pertemuan bibir bawah dengan gigi atas. Bunyi konsonan bahasa Arab yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah bunyi /ﻑ/, pita suara tidak bergetar pada saat artikulasi bunyi ini. Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 183; Kamâl Badrî, ‘Ilm al- Lughah al-Mubarmaj, h. 113; Marsono, Fonetik, h. 82.

95

Konsonan inter-dental terbentuk dengan meletakkan ujung lidah di antara gigi atas dan gigi bawah, tanpa menutup arus udara secara sempurna. Dengan demikian, udara dapat keluar secara bergeser pelan-pelan melalui celah-celah himpitan lidah di antara gigi atas dan gigi bawah. Kamâl Badrî, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj, h. 113; Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 84; Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 68.

96

Kamâl Badrî, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj, h. 114; Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 68; artikulasi konsonan ini terjadi akibat langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan sehingga udara tidak keluar melalui rongga hidung, tetapi melalui rongga mulut. Lidah membentuk lengkungan dengan ujung lidah merapat kemudian merenggang (melepas) secara berkali-kali pada gusi belakang sehingga menyebabkan jalannya udara bergetar. Lihat, Marsono, Fonetik, h. 93.

97

Konsonan ini terbentuk dengan meletakkan atau menempelkan ujung lidah pada pangkal gigi atas di depan gusi. Kamâl Badrî, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj, h. 116-118; Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 69; Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 16.

98

Bunyi ini dihasilkan akibat penekanan daun lidah (artikulator aktif) terhadap langit- langit keras (artikulator pasif). Konsonan ini disebut fronto karena ujung lidah bagian depan ikut berpartisipasi dalam artikulasi bunyi ini, sedangkan disebut palatal karena ujung lidah bergerak ke

bunyi /

/ (semi-vokal). (h) dorso-velar (qussî tabaqî) yaitu bunyi: /

/, /

/, /

/ dan /

/.100 (i) Dorso-uvular (qussî lahawî) yaitu: /

/.101 (j) rooto-faringal (jadzrî halqî) yaitu akibat mendekatnya akar lidah kepada dinding rongga kerongkongan tanpa menyentuhnya, sehingga udara keluar bergeser secara pelan-pelan tanpa letupan, seperti: /

/ dan /

/.102 (k) glotal (hanjarî) akibat saling merapatnya dua pita suara, seperti bunyi: /

ھ

/ dan /

/.103 Hasil klasifikasi dengan cara ini (tempat hambat) tentu akan berbeda-beda antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya, hal itu dapat dimaklumi dan pasti terjadi dikarenakan perbedaan pola dan pemanfaatan titik artikulasi bunyi antara pengguna bahasa-bahasa di dunia.

Selain dengan ketiga cara di atas, konsonan bahasa Arab juga dapat dibedakan dari sifatnya baik tafkhîm atau tarqîq.104 Klasifikasi ini merupakan ciri khusus dari bunyi bahasa Arab, dan tidak ada perbedaan pendapat antara ahli klasik dan modern dalam hal ini. Dalam tataran fonologi, tafkhîm berarti pengucapan suatu bunyi konsonan secara tervelarisasikan, hal ini terjadi karena dua faktor: Pertama, naiknya pangkal lidah ke arah langit-langit lunak, sehingga terjadi perubahan pada rongga mulut yang menghasilkan resonansi. Kedua, kemudian lidah kembali ke arah belakang dengan cepat, seperti ketika

arah langit-langit keras. Lihat, Kamâl Badrî, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj, h. 118-119; Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 69.

99

Konsonan ini terbentuk dengan menaikkan lidah bagian tengah ke arah langit-langit keras, namun tidak sampai menyentuhnya. Ketinggiannya lebih sedikit dari ketinggian vokal kasrah. Kamâl Badrî, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj, h. 120.

100

Kamâl Badrî, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj, h. 120; Pangkal lidah menekan rapat pada langit-langit lunak. Langit-langit lunak beserta anak tekaknya dinaikkan, sehingga udara yang dihembuskan dari paru-paru terhambat untuk beberapa saat. Secara tiba-tiba pangkal lidah yang menekan rapat itu kemudian dilepaskan, maka terjadilah letupan sehingga udara keluar dari rongga mulut. Lihat, Marsono, Fonetik, h. 71.

101

Konsonan ini terbentuk karena pertemuan antara pangkal lidah dengan anak tekak. Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 70; Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 46.

102

Kamâl Badrî, ‘Ilm al-Lughah al-Mubarmaj, h. 122. 103

Glotal terjadi karena penyempitan ruang antara kedua belah pita suara. Lihat Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 65.

104

Tafkhîm adalah bentuk masdar dan diambil dari asal kata fakhkhama yang berarti mengagungkan, membesarkan, dan menebalkan. Secara istilah berarti menebalkan bunyi pada saat mengucapkannya, dan lawan katanya adalah raqqaqahu artinya menipiskan atau menghaluskannya.Walîd M. Abd al-‘Azîz al-Hamd, al-Basît fi ‘Ilm al-Tajwîd, cet. II(Kuwait: t.p, 1999), h. 155.

mengucapkan bunyi muraqqaq.105 Hal kedua tadi –menurut Tamâm Hassân- menyebabkan naiknya pangkal lidah dari dinding belakang ke rongga kerongkongan atau faringalisasi (tahlîq).106 Bunyi mufakhkham memiliki dua titik artikulasi, yaitu: artikulasi asli dan pergerakan lidah saat artikulasi. Oleh sebab itu dapat ditegaskan, bahwa velarisasi bunyi bahasa merupakan hasil dari gerakan penyerta terhadap pengucapan bunyi di tempat (makhraj) yang lain, yang melahirkan kualitas bunyi tertentu, yang mewarnai bunyi yang diucapkan di tempat yang lain itu. Sifat ini dimiliki dan terjadi pada pengucapan bunyi /

/, /

/, /

/, /

/, kualitas bunyi demikian disebut mutbaq atau mufakhkham.107 Bunyi /

/, /

/, /

/, dan /

/ selalu diucapkan dengan tafkhîm, sementara /

/, /

/, dan /

/ mufakhkham apabila diikuti fathah atau dammah, dan muraqqaq jika sesudahnya kasrah.108 Dalam hal ini keempat bunyi pertama memiliki sifat

mufakhkham yang merupakan karakter dan sifat tetapnya, sementara tiga sifat

mufakhkham pada kelompok bunyi kedua sangat berkaitan erat dengan bunyi- bunyi lain yang datang sesudahnya dalam konteks kata. Bunyi-bunyi bahasa Arab lainnya dapat dikategorikan memiliki sifat yang dilafalkan secara muraqqaq, meskipun dalam konteks kata dapat saja bunyi ini dilafalkan mufakhkham karena bersandingan dengan bunyi mufakhkham.109 Hal itu dikarenakan suatu bunyi dapat saja mempengaruhi bunyi yang bersandingan dengannya dalam konteks kata, sehingga bunyi tersebut dapat berubah dari sifat aslinya.

Hasil klasifikasi bunyi konsonan bahasa Arab secara lebih mudah dan jelas lagi, dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2

Konsonan Bahasa Arab

Cara Pengucapan / Artikulasi Tempat Artikulasi/

Makhraj

Letup Geseran Tengah-tengah

105Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, (London: Wiesbeden, 1971), h. 700; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 394; Resonansi adalah getaran yang terjadi serempak dengan gerak tekanan udara yang disebabkan oleh getaran lain. lihat, Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 188.

106

Tamâm Hassân, Manâhij al-Bahts fi al-Lughah, h. 116; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 394.

107

Tamâm Hassân, Manâhij al-Bahts fi al-Lughah, h. 115. 108

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 400. 109

B T B T Kh Rq Kh Rq Kh Rq Kh Rq Pd. B Lt. B Tr. B Ns. B Sv. B Bilabial

Labio-dental

Inter-dental

Apiko-alveolar

Apiko-dental- alveolar

Fronto-palatal

Centro-dental

Dorso-velar

Dorso-uvular

Root-faringal

Glotal

ھ

Keterangan:

B : bersuara Lt. B : lateral bersuara T : tidak bersuara Tr. B : tril bersuara Kh : mufakhkham Ns. B : nasal bersuara Rq : muraqqaq Sv. B : semi-vokal bersuara Pd. B : paduan bersuara

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi semua bunyi bahasa Arab baik vokal ataupun konsonan dapat dilihat dari beberapa sisi, sehingga menghasilkan bunyi yang begitu beragam. Klasifikasi ini sebenarnya dilakukan melalui analisis terhadap bunyi di luar konteks kata, hal ini untuk mempermudah penetapan klasifikasi bunyi sebagai langkah awal untuk dijadikan acuan. Keberagaman ini tentunya akan semakin kompleks, jika dilakukan analisis terhadap bunyi dalam suatu kata, dan hal tersebut justru akan mempersulit. Hasil klasifikasi ini merupakan bahan baku (materi) untuk tataran berikutnya yaitu fonologi, sehingga dapat dipilah-pilah kembali sesuai aturan yang berlaku.

Dalam dokumen zaki ghufron bunyi aksara dalam bahasa arab (Halaman 42-52)

Dokumen terkait