• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAKSARAAN BUNYI BAHASA ARAB

Dalam dokumen zaki ghufron bunyi aksara dalam bahasa arab (Halaman 93-194)

PENGAKSARAAN BUNYI BAHASA ARAB

Pengaksaraan bunyi merupakan suatu proses, di mana bunyi-bunyi bahasa dialihkan ke dalam bentuk simbol. Proses ini dilakukan melalui beberapa tahapan, dimulai dari pemilihan bunyi, pelafalan bunyi secara terpisah dari bunyi lain yang berdampingan dengannya dalam konteks kata, penetapan simbol, dan kaidah ejaan sebagai aturan penggunaan simbol tersebut. Pada dasarnya proses ini merupakan kesepakatan bersama antara masyarakat bahasa, untuk memudahkan pemanfaatan bunyi-bunyi tersebut dalam berbagai aspek, baik sosial ataupun pendidikan. Akan tetapi masih saja terdapat kesulitan-kesulitan dalam penggunaan sistem aksara, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: karakter simbol dan kaidah ejaannya, atau juga tingkat pemahaman masyarakat terhadap keduanya. Kesulitan ini tentunya merupakan suatu kendala, karena dapat melahirkan berbagai kesalahan dalam aspek kebahasaan, selain juga dapat dijadikan acuan untuk menilai suatu sistem aksara baik dari sisi keutamaan ataupun kelemahannya.

C. Penulisan Bunyi Bahasa Arab

Pada hakikatnya penulisan (pelambangan) bunyi bahasa itu telah diatur sedemikian rupa dalam ejaan aksaranya, yang tidak lain merupakan konvensi grafis perjanjian di antara anggota masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya.247 Bunyi bahasa yang seharusnya diucapkan diganti dengan huruf-huruf dan simbol-simbol lainnya. Standar pelambangan itu adalah satuan bunyi (fonem) yang dilafalkan secara terpisah dari bunyi-bunyi lain yang berdampingan dengannya dalam konteks kata. Dasar yang baik dalam

247

Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi bahasa –pemisahan, penggabungan, dan penulisannya- dalam suatu bahasa. Lihat, Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, cet. XIII (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2007), h. 15; Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, cet. II (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 36; Ejaan lazimnya mempunyai tiga aspek, yakni: aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfogis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis, aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda bacaan. Lihat, Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, Edisi III (Jakarta: Gramedia, 2001), h. 48.

melambangkan bunyi adalah satu fonem harus dilambangkan dengan satu simbol, dengan demikian pelambangan atas bahasa lisan akan mendekati kesempurnaan.

Fonem bahasa Arab terdiri dari vokal dan konsonan, yang dikenal dengan sebutan bunyi segmental (fonem primer). Selain bunyi segmental, bahasa Arab juga memiliki unsur suprasegmental yang terdiri dari intonasi, tekanan, jeda, dan lainnya. Selanjutnya aksara Arab adalah sebuah sistem abjad (alfabet), yang digunakan untuk melambangkan bunyi-bunyi yang dimiliki bahasa Arab. Aksara ini terdiri dari 29 huruf primer dan beberapa tanda-tanda (simbol) lainnya, yang menjadi ciri khusus (karakter) baginya. Aksara Arab -menurut beberapa ahli- sangat mendekati aspek kesempurnaan, karena hampir semua bunyi bahasanya dapat dilambangkan atau dialihkan dalam bentuk huruf dan simbol.248 Hal ini yang menjadikannya tetap digunakan hingga saat ini sebagai alat rekam bunyi bahasa Arab.

Aturan-aturan penulisan huruf dan simbol aksara Arab telah ditetapkan oleh ejaan, sehingga harus dipatuhi oleh pemakai bahasa. Hal semacam ini perlu dilakukan agar ada keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berpengaruh pada ketepatan dan kejelasan makna.249 Biasanya ejaan juga menetapkan bunyi yang dijadikan standar, mengingat satu bunyi memiliki variasi-variasi dalam konteks kata. Selain juga mengatur tata cara penulisan kata dan penulisan kalimat, serta penggunaan tanda- tanda bacanya. Perlu ditegaskan, aturan-aturan dalam suatu ejaan itu tidak sama antara ejaan bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.250 Hal ini dikarenakan sebuah ejaan terbentuk karena adanya kesepakatan bersama dan berlandaskan asas kemudahan untuk semua masyarakat bahasa.

Pelambangan bunyi bahasa Arab dilakukan setelah terlebih dahulu dipilih bunyi yang memiliki fungsi pembeda, sebelumnya juga ditetapkan pelafalan bunyi itu dengan menghilangkan pengaruh bunyi-bunyi yang bersandingan dengannya

248

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât (Kairo: Dâr Gharîb, 2000), h. 633; ‘Abd al-Mun’im M. al- Najjâr, al-Hurûf wa al-Aswât fi Dau’ al-Dirâsât al-Sawtiyyah al-Hadîtsah (Kairo: Dâr al-Tibâ’ah al-Muhammadiyah, 1982), h. 27.

249

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, h. 15. 250

pada konteks kata, juga pengaruh bahasa ‘Âmiyah (dialek) dari daerah masing- masing. Hal ini memang sulit, mengingat bahasa ‘Âmiyah adalah bahasa pertama bagi bangsa Arab. Namun untuk pembakuan suatu bahasa, tidak ada salahnya untuk meminimalisir ciri-ciri lafal bahasa ‘Âmiyah. Selanjutnya ditentukan huruf atau simbol yang dilengkapi dengan aturan-aturan penulisannya, baik di awal, di tengah, atau di akhir kata. Perlu juga ditegaskan, bahwa ejaan bahasa Arab tidak memiliki aturan berkenaan dengan penulisan huruf kapital, huruf miring, dan pemenggalan kata.251 Akan tetapi aksara Arab juga memiliki aturan yang berkaitan dengan penggunaan tanda baca.

1. Penulisan bunyi vokal

Bunyi vokal bahasa Arab ada tiga, yaitu: fathah, kasrah, dan dammah. Ketiga bunyi ini masing-masing dibedakan menjadi vokal pendek dan vokal panjang. Sehingga –dapat disimpulkan-, bahwa bunyi vokal dalam bahasa Arab terdiri dari: fathah, fathah tawîlah, kasrah, kasrah tawîlah, dammah, dan dammah tawîlah.252 Klasifikasi ini berdasarkan fungsi pembeda makna yang dimiliki oleh vokal pendek dan vokal panjang. Oleh sebab itu, keenam vokal ini dapat dikatakan fonem dalam bahasa Arab.

Bunyi-bunyi vokal pendek bahasa Arab saat ini dilambangkan dengan menggunakan tiga tanda diakritik (‘alâmat al-tasykîl), yaitu: (

ُـ

،ِـ

،َـ

). Sementara bunyi vokal panjang disimbolkan oleh tiga huruf, yaitu: (

،

،ﺍ

).253 Tanda diakritik ini pada kenyataannya jarang sekali dijumpai dalam tulisan- tulisan Arab yang beredar luas, meskipun perannya sangat penting dalam bahasa

251

Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), Penyunting, Usin S. Artayasa (Bandung: Humaniora, 2005), h. 160-161; Hamid Nasuhi dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), Cet. II (Jakarta: CeQDA UIN Jakarta, 2007), h. 28.

252

Pembagian setiap vokal menjadi pendek dan panjang, karena masing-masing memiliki fungsi pembeda makna (fonem) dalam bahasa Arab, seperti: (ﻞﺗﻮﻗﹸ-ﻞﺘﻗﹸ ،ﻢﻴﺣﺭ– ﻢِﺣﺭ، ﻞﺗﺎﻗ– ﻞﺘﻗﹶ). Lihat, Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 461; Ah mad Mukhtâr ‘Umar, Dirâsâh al-Sawt al-Lughawî Cet. IV (Kairo: ‘Alam al-Kutub, 2006), h. 329.

253

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 421; dan David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic (London: Cambridge University Press, 1958), h. 4; Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties (New York: Longman, 1995), h. 73.

Arab. Atas dasar peran penting tadi, penggunaan tanda ini pada setiap tulisan Arab sangat dibutuhkan.

a. Tanda vokal pendek bahasa Arab

Fathah (

َـ

) digunakan untuk menuliskan vokal /a/ yang dilafalkan dengan cara menarik lidah ke belakang dan ke bawah, disertai dengan menghembuskan udara keluar, dengan mulut dibuka lebar-lebar. Bunyi /a/ termasuk vokal madya tengah semi terbuka tak bulat dalam bahasa Arab.254 Dalam konteks kata, bunyi vokal ini dapat berubah menjadi mufakhkham, muraqqaq, atau antara keduanya. Hal ini dapat dijadikan bukti bahwa vokal /a/ dalam bahasa Arab adalah sebagai fonem, dan memiliki beberapa alofon, seperti:255 [a] mufakhkham pada kata(

ﱪﺻ

), [a] muraqqaq pada kata (

ﱪﺳ

), dan [a] antara keduanya pada kata (

ﱪﹶﻗ

). Jika diperhatikan perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengaruh bunyi yang berada sebelum bunyi vokal.

Kasrah (

ِـ

) adalah tanda diakritik yang digunakan untuk melambangkan vokal /i/ yang dilafalkan dengan cara menganjurkan lidah ke depan dan ke atas, dengan menghembuskan udara keluar, sementara mulut dilebarkan dan tidak bulat. Bunyi /i/ ini adalah vokal tinggi depan tertutup tak bulat,256 sama juga dengan fathah dapat berubah menjadi mufakhkham, muraqqaq, atau antara keduanya tergantung pada konteks kata, contohnya: [i] diucapkan mufakhkham

pada (

ﻡﺎﻴِﺻ

), muraqqaq pada (

ﻡﺎﻴِﻟ

), atau di antara keduanya pada (

ﻡﺎﻴِﻗ

).

Dammah (ُـ) adalah simbol vokal /u/ yang termasuk vokal tinggi belakang tertutup bulat dalam bahasa Arab.257 Bunyi ini dilafalkan dengan cara menarik lidah ke belakang dan ke atas, disertai dengan hembusan udara keluar, dan bentuk mulut bulat. Kemudian, vokal /u/ mengalami perubahan yang sama dengan kedua vokal sebelumnya, seperti: [u] mufakhkham pada (

ﻢﺻ

), muraqqaq pada (

ﻡﺩ

), atau

254

Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif: Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004), h. 72.

255

Vokal /a/ mufakhkham jika sebelumnya huruf mufakhkham (ﻅ ،ﻁ ، ﺽ،ﺹ), antara mufakhkham dan muraqqaq bila sebelumnya huruf (ﻍ،ﺥ،ﻕ), atau muraqqaq apabila sebelumnya huruf-huruf lainnya. Sementara, perbedaan bunyi [a] pada konteks kata tidak berpengaruh pada perbedaan makna kata. Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 462-463.

256

Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif: Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 72. 257

di antara keduanya pada (

ﻢﹸﻗ

). Ketiga tanda ini (fathah, kasrah, dan dammah) ditulis di luar struktur pembentuk kata, sehingga dapat saja terhapus dan terjadi kesalahan letak. Fathah dan dammah ditulis di atas huruf-huruf, sementara kasrah

di bawahnya.258 Akan tetapi tulisan Arab yang menggunakan tanda diakritik ini hanyalah Alquran dan buku-buku pelajaran tingkat dasar saja, selebihnya tidak dilengkapi tanda ini.

b. Huruf-huruf untuk melambangkan vokal panjang bahasa Arab

Vokal panjang bahasa Arab ada tiga, yaitu: fathah tawîlah, kasrah tawîlah, dan dammah tawîlah. Perbedaannya dengan vokal pendek terletak pada durasi saja. Sementara huruf yang menjadi simbolnya adalah: alif (

), yâ’ (

), dan wâw

(

), masing-masing tanda memiliki posisi dan karakter tersendiri. 1) Fathah tawîlah (

)

Huruf ini digunakan untuk menuliskan bunyi vokal /aa/ yang termasuk vokal rendah depan terbuka tak bulat dalam bahasa Arab.259 Vokal ini juga seperti

fathah qasîrah berubah-ubah ketika berada dalam konteks kata, seperti: [aa]

mufakhkham pada (

ﻡﺎﺻ

), muraqqaq (

ﺭﺎﺳ

), atau antara keduanya pada (

ﻡﺎﻗ

). selain itu fathah tawîlah juga dilambangkan dengan huruf alif maqsûrah pada akhir beberapa kata Arab, seperti: (

ﻰﺴﻴﻋ

،ﻰﻣﺭ

،ﻰﻠﻋ

). Penggunaan kedua huruf ini hanya pada tengah atau akhir kata saja dan telah diatur oleh kaidah imlâ’, serta memiliki perbedaan satu sama lainnya.260 Hal ini yang dapat menjadi permasalahan bagi penggunanya, karena penulisannya harus benar-benar tepat. Aturan-aturan penulisan bunyi fathah tawîlah dengan kedua simbol ini adalah sebagai berikut:261

258David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic, h. 4. 259

Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif: Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 72. 260

Imlâ’ adalah salah satu kegiatan dari pengajaran menulis bahasa, biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menuliskan apa yang didengarnya (dikte). Lihat, M. ‘Alî al-Khûlî, Asâlîb Tadrîs al-Lughah al-‘Arabiyyah Cet. III (Riyad: t.p., 1989), h. 133. Dapat juga berarti kaidah penulisan huruf Arab

261

Mustafâ Ghalâyaynî, Jâmi’ al-Durûs al-‘Arabiyyah (Beirut: Maktabah al-‘Asriyyah, 1993), h. 155-156; Fakhr al-Dîn, Turuq al-Tadrîs al-Khâss ah bi al-Lughah al-‘Arabiyyah wa al- Tarbiyah al-Islâmiyyah Cet. II(Kairo: ‘Âlam al-Kutub, 2000), h. 111-112.

a) Fathah tawîlah yang berada di tengah kata selalu ditulis dengan alif (

), seperti: (

هﺎﺼﻋ،ﺮﻣﺎﻋ

).

b) Sementara apabila berada di akhir kata, biasanya ditulis dengan alif (

) pada: 1. Huruf (partikel) seperti: (

... ،ﺍﺫﺇ

،ﻼﻛ

،ﻻﺇ،ﺎﻣﻮﻟ

،ﻻﻮﻟ

), kecuali empat huruf

yaitu: (

ﻰﻠﺑ،ﱴﺣ

،ﻰﻠﻋ،ﱃﺇ

).

2. Beberapa ism (nomina) seperti: (

ﺎﻨﻫ،ﺎﻤﻬﻣ

،ﺍﺫ،ﺎﻧﺃ

), kecuali lima yaitu: (

،ﱏﺃ

،ﱴﻣ

،ﻯﺪﻟ

،ﱃﻭﺃ

ﱃﻷﺍ

).

3. Beberapa nama asing seperti: (

ﺎﻴﻧﺎﳌﺃ

،ﺎﻘﻴﺳﻮﻣ

،ﺎﺨﻴﻟﺯ

), kecuali empat nama yaitu: (

ﻯﺭﺎﲞ

،ﻯﺮﺴﻛ

،ﻰﺴﻴﻋ،ﻰﺳﻮﻣ

).

4. Beberapa faktor seperti: pada munâdâ (

ﺎﻣﻼﻏ

ﺎﻳ

), sebelumnya yâ’ dan bukan sebuah nama (

ﺎﻳﺍﻭﺯ

،ﺎﻴﳛ

،ﺎﻴﺤﺘﺳﺍ

), atau asalnya wâw yang terdapat pada ism dan fi’l tsulâtsî seperti: (

ﺎﲰ،ﺍﺰﻏ

،ﺎﺼﻋ

).

c) Fathah tawîlah yang berada pada akhir kata dan ditulis dengan (

ى

), jika: asalnya dari yâ’ pada ism dan fi’l, contohnya: (

ﻰﻋﺭ،ﻰﻣﺭ

،ﻰﻌﺳ

), dan pada ism

dan fi’l rubâ’î atau seterusnya, seperti: (

ﲎﻏﺃ،ﻯﱪﻛ

،ﻯﺮﻐﺻ

).

Penggunaan dua simbol ini pada dasarnya memiliki alasan, yaitu untuk menunjukkan huruf asal pada kata Arab yang berbentuk verba. Penggunaan alif

pada kata kerja (

ﺎﲰ

،ﺍﺰﻏ

،ﺎﺼﻋ

), untuk akarnya yang berasal dari wâw.262 Sementara pada (

ﻰﻋﺭ

،ﻰﻣﺭ

،ﻰﻌﺳ

), karena akarnya dari yâ’.263 Akan tetapi tidak semua penggunaan dua simbol tersebut memiliki alasan seperti pada dua kata kerja di atas, selebihnya sangat bergantung dengan kaidah-kaidah ejaan yang terdapat dalam aksara Arab. Selain penggunaan dua simbol, dalam penulisan

fathah tawîlah juga terdapat kaidah yang merupakan karakter khusus dari aksara Arab. Karakter itu berupa huruf yang ditulis tapi tidak ada pelafalannya, atau sebaliknya bunyi dilafalkan tanpa keberadaan simbol, contohnya:264

a) Tertulis dalam sebuah kata, tapi tidak diucapkan, contohnya: (

ﺍﻮﺟﺮﺧ

،ﺔﺋﺎﻣ

).

262

‘Abd al-Salâm M. Hârûn, Qawâ’id al-Imlâ’(Kairo: Maktabah al-Khanjî, 1982), h. 21. 263

Fakhr al-Dîn, Turuq al-Tadrîs al-Khâss ah bi al-Lughah al-‘Arabiyyah wa al-Tarbiyah al-Islâmiyyah, h. 112.

264

M. Rajab al-Najjâr, al-Kitâbah al-‘Arabiyyah: Mahârâtuhâ wa Funûnuhâ (Kuwait: Maktabah Dâr al-‘Urûbah, 2001), h. 103,105; Fakhr al-Dîn, Turuq al-Tadrîs al-Khâss ah bi al- Lughah al-‘Arabiyyah wa al-Tarbiyah al-Islâmiyyah, h. 113, 115.

Penggunaan alif pada kata kerja (

ﺍﻮﺟﺮﺧ

) untuk membedakan antara wâw al-jama’ah pada kata tersebut yang juga berfungsi sebagai subjek, dengan wâw

pada verba (

ﻮﺟﺮﻧ

،ﻮﻋﺩﺃ

،ﻮﻔﺻﺃ

) yang merupakan salah satu huruf pembentuk kata.265

b) Tidak tertulis pada kata, namun bunyinya terdengar, seperti: (

،ﻦﻜﻟ،ﻦﲪﺮﻟﺍ،ﷲﺍ

،ﺍﺬﻫ

،ﺀﻻﺆﻫ

،ﻚﻟﺫ

،ﺍﺬﻧﺄﻫ

ﺎﻬﻳﺄﻳ

،ﺱﺎﻨﻟﺍ

).

Penggunaan dua simbol untuk fathah tawîlah menjadikan aksara Arab tidak dapat meraih aspek keharmonisan, yang merupakan ukuran aksara yang baik. Sementara meskipun penulisan kedua simbol ini memiliki alasan yang dapat diterima dan menjadi bagian dari karakter khusus aksara Arab, tetap saja dapat melahirkan kesulitan-kesulitan dalam penulisannya. Kesulitan tersebut dapat mengakibatkan kesalahan-kesalahan dalam hal imlâ’, karena tidak sesuai dengan kaidah ejaan yang berlaku dalam bahasa Arab.

2) Kasrah tawîlah (

)

Huruf ini adalah simbol untuk menuliskan bunyi /ii/ yang termasuk vokal tinggi depan tertutup tak bulat.266 Seperti juga vokal-vokal lain, bunyi /ii/ memiliki beberapa alofon, seperti: (

ﺢﻴﺼﻓ

) diucapkan dengan tafkhîm, (

ﱘﺮﻛ

)

muraqqaq, dan (

ﲑﻘﻓ

) diucapkan antara keduanya. Vokal ini hanya berada dan ditulis pada tengah atau akhir sebuah kata. Selain itu kasrah tawîlah yang biasa disebut yâ’ al-manqûs pada beberapa nomina dengan ditandai (

ﻝﺃ

), saat terjadi

waqf (berhenti) maka bunyi ini terhapus, seperti: (

ﻕﻼﺘﻟﺍ

،ﺩﺎﻨﺘﻟﺍ

،ﻉﺍﺪﻟﺍ

،ﻝﺎﻌﺘﳌﺍ

) yang asalnya adalah (

ﻲﻗﻼﺘﻟﺍ

،ﻱﺩﺎﻨﺘﻟﺍ

،ﻲﻋﺍﺪﻟﺍ

،ﱄﺎﻌﺘﳌﺍ

).267 Hal ini hanya pada kata-kata tersebut, namun harus tetap diperhatikan.

3) Dammah tawîlah (

)

265

M. Rajab al-Najjâr, al-Kitâbah al-‘Arabiyyah, h. 103-104. 266

Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif: Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 72. 267

Huruf ini adalah tanda untuk vokal dammah tawîlah, yang merupakan vokal tinggi belakang tertutup bulat.268 Perubahan-perubahan bunyi ini sama dengan vokal dammah, hanya durasinya saja yang berbeda, seperti: (

ﺍﻮﻣﻮﺻ

) diucapkan mufakhkham, (

ﺍﻮﻣﻭﺩ

) terdengar muraqqaq, dan (

ﺍﻮﻣﻮﻗ

) antara keduanya. Semua vokal panjang bahasa Arab -termasuk dammah tawîlah-, hanya memiliki posisi atau terdapat pada tengah atau akhir kata. Penulisan dammah tawîlah pada beberapa kata Arab, dapat dijadikan rujukan untuk mengetahui karakter khusus dan kaidah ejaan yang ada pada aksara Arab, yaitu:269

1) Simbol tertulis tapi bunyinya tidak terdengar, seperti pada: a) Di tengah kata, seperti: (

ﱃﻭﺃ

), (

ﺀﻻﻭﺃ

), (

ﻚﺌﻟﻭﺃ

), dan (

ﺕﻻﻭﺃ

).

b) Di akhir kata, contohnya: (

ﻭﺮﻤﻋ

) untuk membedakan dengan (

ﺮﻤﻋ

).270 2) Bunyi dilafalkan tapi tidak ada simbolnya, misalnya: (

ﺱﻭﺎﻃ،ﺩﻭﺍﺩ

).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa penulisan bunyi-bunyi vokal bahasa Arab sebagian besar sangat konsisten. Hanya saja pada penulisan vokal panjang terdapat unsur tidak harmonis antara bunyi dan lambang, hal ini karena karakter khusus yang dimiliki aksara Arab. Penulisan setiap simbol juga dilengkapi dengan kaidah tulis, akan tetapi yang sungguh menyayangkan adalah kebiasaan tulisan Arab tidak dilengkapi dengan syakl.

2. Penulisan bunyi konsonan

Bunyi konsonan merupakan bagian yang paling banyak mendapat perhatian dalam bahasa Arab, karena bunyi ini dianggap sebagai pembentuk struktur kata. Telah disinggung pada bagian awal, bahwa huruf-huruf primer aksara Arab terdiri dari 29 huruf. Huruf-huruf tersebut –kecuali alif- digunakan untuk menuliskan bunyi konsonan.271 Setiap huruf dalam aksara Arab memiliki

268

Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif: Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 72. 269

Mustafâ Ghalâyaynî, Jâmi’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, h. 139; M. Rajab al-Najjâr, al- Kitâbah al-‘Arabiyyah: Mahârâtuhâ wa Funûnuhâ, h. 104-105.; Fakhr al-Dîn, Turuq al-Tadrîs al- Khâssah bi al-Lughah al-‘Arabiyyah, h. 113, 114, 116.

270

Wâw tetap ditulis ketika posisi kata sebagai subyek dan genitive, sedangkan berubah mejadi alif ketika posisi kata sebagai obyek. M. Rajab al-Najjâr, al-Kitâbah al-‘Arabiyyah: Mahârâatuhâ wa Funûnuhâ, h. 104-105.

271

karakteristik dan beberapa bentuk yang kadang berbeda dari bentuk umumnya. Akan tetapi seperti yang telah dijelaskan, bahwa huruf-huruf primer mempunyai kemampuan yang mendekati aspek keharmonisan.272 Setiap huruf mampu dan digunakan untuk melambangkan satu bunyi berikut varian-variannya, kecuali dua huruf saja, yaitu: (

ﻭ،

). 273 Keduanya digunakan untuk melambangkan dua bunyi, vokal dan konsonan.

Selain dengan huruf primer, ada beberapa bunyi konsonan yang dilambangkan dengan tanda-tanda tambahan. Tanda-tanda tersebut –terkadang- diambil dari bentuk huruf primer, namun fungsinya diubah. Juga, dapat berupa tanda diakritikal sebagai simbol dari beberapa bunyi konsonan, seperti: sukûn dan

syaddah.274 Jika diamati aksara Arab telah berhasil melambangkan semua bunyi konsonannya, dalam hal ini sudah dapat meraih aspek kesempurnaan. Masing- masing huruf dan tanda diatur tata cara penggunaanya dengan baik oleh ejaan aksara Arab, sehingga tercapai keseragaman bentuk dan terhindar dari problem makna.

a. Huruf-huruf primer dalam aksara Arab

Semua huruf yang terdapat dalam aksara Arab digunakan untuk menuliskan bunyi konsonan, kecuali huruf alif.275 Huruf alif –pada hakikatnya- adalah huruf yang digunakan untuk menuliskan bunyi vokal bahasa Arab, akan tetapi alif juga digunakan untuk menuliskan bunyi konsonan hamzah. Selain itu, ada dua huruf primer yang memiliki dua fungsi. Kedua huruf itu dapat digunakan

272

Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties, h. 73; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Lughah al-‘Âm: al-Ashwât (Kairo: Dâr al-Ma’ârif, 1971), h. 205. Alofon adalah varian fonem berdasarkan posisi; misalnya, fonem pertama pada kita dan kata secara fonetis berbeda, masing-masing adalah alofon dari fonem /k/. Lihat, Kridalaksana, Kamus Linguistik, h. 10.

273

dan wâw memiliki dua kegunaan, baik untuk menuliskan bunyi konsonan seperti pada kata (ﺪﻋﻭ ،ﺱﺭﺪﻳ), juga untuk menuliskan bunyi vokal seperti pada kata (ﺭﻮﺳ ،ﻱﺩﺎﳍﺍ). Lihat, Nâyif Mahmûd Ma’rûf, Khasâis al-‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, Cet. V (Beirut: Dâr al-nafâis, 1998), h. 153; dan juga, Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 166.

274

David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic, h. 5-6; Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties, h. 74-75; diambil juga pada tanggal 30/01/2008 dari Arabic Alphabet dan Abjad Arab, http://www.wikipedia.com.

275

Alif memiliki dua kegunaan: Pertama, untuk menuliskan bunyi vokal panjang bahasa Arab yang biasa dikenal dengan fathah tawîlah (ﺍ). Dan kedua, digunakan untuk menuliskan bunyi konsonan hamzah. Lihat, David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic, h. 3.

untuk menuliskan bunyi konsonan, juga untuk bunyi vokal. Dua huruf tersebut adalah huruf yâ’ dan wâw.

1) Huruf bâ’ (

)

Huruf ini merupakan lambang untuk konsonan /

/ yang pelafalannya dengan merapatkan kedua bibir sehingga arus udara terhambat secara sempurna, kemudian dilepaskan sehingga terdengar suara letupan. bunyi ini termasuk konsonan hambat letup bilabial bersuara muraqqaq.276 Konsonan jika diamati sama dengan konsonan /b/ dalam bahasa Indonesia.277 Akan tetapi konsonan ini tidak memiliki bunyi tak bersuara yang berlawanan dengannya, sementara dalam bahasa Indonesia ada lawannya yaitu konsonan /p/. Dari sini dapat dijawab, bagaimana kesalahan-kesalahan selalu terjadi ketika orang Arab melafalkan bunyi /p/ dalam bahasa Inggris.

Bentuk umum huruf ini adalah (

), yang strukturnya digunakan pula untuk huruf tâ’ dan tsâ’, dengan dibedakan dengan posisi dan jumlah titik.278 Bentuk umum ini akan berubah-ubah menjadi (

ﺐـ

،ـﺒـ

،ـﺑ

), seiring perubahan posisinya pada konteks kata.279 Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena karakter huruf ini yang dapat disambungkan (connector),280 baik dengan huruf sebelum dan sesudahnya, contohnya:

ﺐﺒﺴﻟﺍ

ﻭ،ﻦﻳﺪﻟﺍﻮﻟﺍﺮﺑ

،ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ

ﻚﻟﺫ

. Pada hakikatnya konsonan ini selalu dilafalkan dengan bersuara (majhûr), tetapi dalam beberapa konteks kata cenderung tak bersuara (mahmûs) seperti: (

ﺏﺎﻌﻟﻷﺍ

،ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ

). Hal ini terjadi karena bunyi ini disertai oleh tanda sukûn (taskîn

276

Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Aswât, h. 248; Kamâl Bisyr, ‘Ilm al-Lughah al-‘Âm: al-As wât, h. 128; dan lihat juga, al-Khûlî, Asâlîb Tadrîs al-Lughah al-‘Arabiyyah, h. 37.

277

Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif: Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, h. 83. 278

Hal ini merupakan salah satu kelemahan dalam aksara Arab, dan dapat menimbulkan berbagai permasalahan jika penulis lupa menuliskan tanda titik. Lihat, ‘Alî A. Al-Wâhid Wâfî, Fiqh al-Lughah, Cet. VIII (Kairo: Dâr Nahzah, tt.), h. 261 dan Nâyif Ma’rûf, Khasâis al- ‘Arabiyyah wa Tarâiq Tadrîsihâ, h. 153; Huruf ini dimodifikasi dengan tiga titik di bawahnya (ﭖ) ketika digunakan untuk mengalihkan bunyi /p/ dari kata-kata asing pada saat proses transliterasi. Diambil pada tanggal 28 Juli 2008 dari Arabic alphabet, http://www.wikipedia.com.

279

Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Functions and Varieties, h. 316; David Cowan, An Introduction to Modern Literary Arabic, h. 1; dan diambil juga pada tanggal 30/01/2008 dari artikel yang berjudul Arabic Alphabet: Presentation of the alphabet dan artikel yang berjudul Abjad Arab: Persembahan Huruf, http://www.wikipedia.com.

280

Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora,2007), h. 181.

al-bâ’).281 Berlandaskan keadaan ini, para ahli bahasa mewajibkan [

] diucapkan dengan suara qalqalah, agar selalu terjadi letupan dan bersuara. Bunyi [

] juga dapat dilafalkan dengan idghâm pada beberapa kata, seperti: (

ﺎﻨﻌﻣ

ﺐﻛﺭﺍ

).282 Hal ini terjadi karena bunyi [

] dalam keadaan sukûn, sementara bunyi setelahnya adalah /

/ yang cenderung lebih dominan. Beragamnya varian bunyi ini masih dalam lingkup satuan bunyi yang sama, dan tidak dapat membedakan makna.

2) Huruf tâ’ (

)

Huruf ini digunakan sebagai lambang konsonan /

/ yang pelafalannya dengan menempelkan ujung lidah pada pangkal gigi bagian atas dekat dengan gusi, kemuaian terjadi letupan ketika hambatan dilepaskan. Bunyi ini termasuk konsonan hambat letup apiko dental-alveolar tak bersuara muraqqaq.283 Konsonan ini memiliki persamaan dengan konsonan /t/ dalam bahasa Indonesia.284 Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesulitan bagi orang Indonesia, untuk melafalkan bunyi ini.

Huruf ini memiliki bentuk umum dan strukrur yang sama dengan huruf

Dalam dokumen zaki ghufron bunyi aksara dalam bahasa arab (Halaman 93-194)

Dokumen terkait