• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN

C. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

1. Cakupan Rawat Jalan

Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat jalan di sarana kesehatan di Kabupaten Purworejo pada tahun 2013 sebesar 130,1 %. Angka ini meningkat dari tahun 2012 sebesar 115,1%.

Cakupan yang tinggi tersebut karena masih adanya pencatatan dan pelaporan di sarana pelayanan kesehatan yang belum benar, disamping pemahaman terhadap definisi operasional suatu variabel yang belum benar pula. Berdasarkan definisi operasional yang ada, seharusnya seorang yang berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan, dalam satu tahun hanya dihitung satu kali meskipun ia datang berkali kali dalam tahun tersebut.

2. Cakupan Rawat Inap

Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di Kabupaten Purworejo tahun 2013 sebesar 7,4 % meningkat dari tahun 2012 sebesar 6,3 %

Cakupan ini menunjukan masih banyak masyarakat yang sakit dan membutuhkan rawat inap. Hal ini menunjukan kegiatan promotif dan preventif kesehatan masyarakat belum dapat berjalan dengan baik.

3. Pelayanan Kesehatan Jiwa

Pelayanan gangguan jiwa adalah pelayanan pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya. Pelayanan di Puskesmas meliputi pemberian obat, rujuk balik, merujuk ke RSUD mamupun RSJ dan pelayanan rehabilitatif dengan terapi dan kegiatan lainnya. Data yang masuk untuk pelayanan kesehatan jiwa ini berasal dari rumah sakit dan puskesmas.

Cakupan pelayanan kesehatan jiwa di Kabupaten Purworejo tahun 2013 sebesar 2,4%, hal ini mengalami kenaikan daripada tahun

2012 sebesar 2%. Penelusuran pasien jiwa di masyarakat oleh petugas kesehatan puskesmas dibantu oleh perangkat masyarakat dari tahun ke tahun membantu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya berobat bila mengalami gangguan jiwa.

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masyarakat merasa kesehatan jiwa belum menjadi alasan penting dan malu untuk datang berobat ke sarana kesehatan. Selain itu masyarakat yang mengalami gangguan jiwa tidak membawa surat rujuk balik dari RSJ ke Puskesmas mau RSUD. Dari permasalahan tersebut, upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan pembinaan program kesehatan jiwa di sarana kesehatan pemerintah dan swasta, pelatihan/refreshing bagi dokter dan paramedis Puskesmas terutama upaya promotif dan preventif, serta meningkatkan pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi pencatatan dan pelaporan program kesehatan jiwa.

4. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Laboratori -

um Kesehatan

Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan yang dapat diakses masyarakat adalah cakupan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam waktu tertentu. Kemampuan pelayanan laboratorium kesehatan yang dimaksud adalah upaya pelayanan penunjang medik untuk mendukung dalam pelayanan medik, dimana untuk menegakan diagnosis dokter di rumah sakit.

Sarana kesehatan di Kabupaten Purworejo yang terdiri dari Puskesmas, RS umum dan RS khusus pada dasarnya telah memiliki Laboratorium untuk melayani masyarakat. Hal yang perlu ditingkatkan demi keakuratan hasil laboratorium adalah kemampuan tenaga laboratorium khusunya di Puskesmas dan juga perbaikan alat-alat laboratorium yang sudah lama tidak diganti dan mengalami kerusakan. Karena keakuratan hasil laboratorium sangat mempengaruhi penegakan diagnosis dokter.

GAMBAR 4.22

SARANA KESEHATAN DENGAN KEMAMPUAN LABKES DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2009 – 2013

5. Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan

Kesehatan Spesialis Dasar

Penyelenggaraan empat pelayanan kesehatan spesialis dasar dalam Indikator Indonesia Sehat ditargetkan sebesar 100%. 4 Rumah sakit Umum yang ada di Kabupaten Purworejo yang menyelenggarakan empat pelayanan kesehatan spesialis dasar sudah mencapai 100%. Hal ini berkaitan dengan disyaratkannya penyelenggaraan 4 pelayanan kesehatan spesialis dasar pada perizinan pendirian sebuah rumah sakit dan tentunya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan.

6. KETERSEDIAAN OBAT ESENSIAL DAN GENERIK TAHUN 2013

Angka ketersediaan obat menunjukkan jumlah obat yang mampu disediakan pemerintah dibandingkan dengan jumlah obat yang dibutuhkan rakyat dalam pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan pemerintah. Jumlah obat yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar yang tercantum dalam

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) sebanyak

173 item. Dari tabel 69 tersebut (tabel 1 dan 2), maka obat yang tersedia di UPT Instalasi Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo sebanyak 103 item atau mencapai 59.5%.

Meskipun obat yang tidak tersedia sebanyak 70 item atau mencapai 40.5%, hal tersebut tidak mengganggu pelayanan kesehatan. Penetapan 173 item obat dalam LPLPO didasarkan pada Daftar Obat

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2009 2010 2011 2012 2013 RSU 100 100 100 100 100 RS Khusus 50 50 100 100 100 Puskesmas 40.74 40.74 81.48 100 100

Esensial Nasional (DOEN) dan dalam 1 item obat dapat tersedia dalam lebih dari 1 dosis. Misalnya amoksisilin 500 dan 250 mg, kotrimoksazol 120 dan 480 mg, haloperidol 0.5 ; 1.5 dan 5 mg, fenoksimetil penisilin 250 dan 500 mg, ibuprofen 200 dan 400 mg, kaptopril 12.5 dan 25 mg dan sebagainya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kekurangan atau kekosongan obat pada dosis tertentu dapat diganti (substitusi) dengan dosis lainnya, dengan perubahan cara penggunaan obat.

Beberapa obat juga tidak disediakan karena pertimbangan kasus yang sangat jarang dan dapat dirujuk ke fasilitas layanan yang lain (misalnya vaksin rabies, amitriptilin, antiparkinson, atropine sulfat, fenitoin natrium, dekstran, ketamin, klofazimin, natrium tiosulfat) serta kebijakan pemerintah untuk mengurangi penggunaan obat tersebut (sediaan injeksi).

Kecukupan obat menunjukkan jumlah kuantum obat yang

tersedia di Instalasi Farmasi untuk pelayanan kebutuhan di Kabupaten/ Kota dibagi dengan jumlah (kuantum) pemakaian rata-rata obat per bulan untuk obat indikator. Tingkat kecukupan yang aman adalah

No. Interval nilai tingkat kecukupan (bulan)

Kriteria Keterangan/ alasan

1 Kurang dari 12 bulan Kurang Obat minimal harus cukup 12 bulan

2 Antara 12 – 18 bulan Aman Obat cukup 12 bulan dan stok pengaman

selama 6 bulan untuk antisipasi keterlambatan pengadaan.

3 Antara 19 – 24 bulan Sangat aman Selain untuk antisipasi keterlambatan pengadaan, juga untuk stok pengaman 4 Antara 25 – 36 bulan Berlebih Obat tersedia dalam jumlah besar dan

mampu memenuhi kebutuhan 2 tahun, mempunyai resiko mancapai kadaluwarsa. 5 Lebih dari 36 bulan Sangat ber resiko/

berlebihan

Hampir sebagian besar obat mempunyai masa kadaluwarsa tidak lebih dari 36 bulan.

sebesar 80% item obat indikator yang dapat mencukupi kebutuhan 12-18 bulan. Obat indikator dalam tabel 69 yang digunakan sebanyak 35 item obat. Pada nilai kecukupan obat, kami menggunakan 5 kriteria sebagai berikut :

No. Angka kecukupan dan kriteria

Hasil penilaian Interpretasi

1 Kurang dari 12 bulan KURANG

0 item (0%) Pelayanan kesehatan dasar terlaksana selama 12 bulan tanpa ada kekurangan. 2 Antara 12 – 18 bulan

AMAN

3 item (8.8%) Pelayanan kesehatan dasar terlaksana selama 12 bulan tanpa ada kekurangan dan terdapat sisa stok untuk kebutuhan 6 bulan tahun berikutnya apabila jadwal pengadaan mundur

3 Antara 19 – 24 bulan SANGAT AMAN

7 item (20.6%) Pelayanan kesehatan dasar terlaksana selama 12 bulan tanpa ada kekurangan dan terdapat sisa stok untuk kenaikan kunjungan 50%, serta antisipasi kebutuhan 6 bulan untuk tahun berikutnya apabila jadwal pengadaan mundur dengan resiko obat sisa mencapai waktu kadaluwarsa KECIL 4 Antara 25 – 36 bulan

BERLEBIH

9 item (26.5%) Pelayanan kesehatan dasar terlaksana selama 12 bulan tanpa ada kekurangan dan terdapat sisa stok untuk kenaikan kunjungan 50-100%, serta antisipasi kebutuhan 6 bulan tahun berikutnya apabila jadwal pengadaan mundur dengan resiko obat sisa mencapai waktu kadaluwarsa SEDANG .

5 Lebih dari 36 bulan SANGAT

11 item (32.3%) Pelayanan kesehatan dasar terlaksana selama 12 bulan tanpa ada kekurangan

Pada tabel 69, dari 34 obat indicator, tidak ada obat dalam kriteria KURANG (kecukupan kurang dari 12 bulan) karena tingkat kecukupan paling rendah 17 bulan dan paling tinggi 433 bulan, dengan sebaran tingkat kecukupan antara 12-18 bulan (AMAN) sebanyak 3 item ( 8.8%), antara 19-24 bulan (SANGAT AMAN) sebanyak 7 item (20.6%), antara 25 -36 bulan (BERLEBIH) sebanyak 9 item (26.5%) dan atingkat kecukupan lebih dari 36 bulan sebanyak 11 item (32.3%). Hasil penilaian dan interprestasi tingkat kecukupan obat dari 34 obat indicator pada tabel 69 adalah sebagai berikut :

Berdasarkan data ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan tahun 2013 dari UPT Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, sebagian besar obat dalam keadaan BERLEBIH. Hal tersebut terjadi karena perhitungan ketersediaan menggunakan sisa stok tanggal 31 Desember dan kondisi stok dalam kondisi optimum karena jadwal penerimaan obat dari pengadaan setiap tahun berkisar bulan Oktober-Nopember.

Meskipun demikian, resiko akibat obat berlebih harus diantisipasi dengan cara memperbaiki perencanaan (pemilihan/ seleksi obat, validasi data dan sasaran) dan meningkatkan kepatuhan penggunaan obat sesuai dengan pedoman pengobatan. Fluktuatif kunjungan dapat diantisipasi dengan stok pengaman sekitar 25% atau 3-4 bulan persediaan.

Dibandingkan data profil tahun 2012 dimana dari 135 item obat terdapat 8% item obat KURANG, maka ketersediaan obat tahun 2013 lebih baik. Sementara untuk obat berlebih tahun 2012 sebanyak 13%, sehingga pada tahun 2013 resiko terjadi obat kadaluwarsa lebih besar. Faktor penyebab lain dari jumlah obat yang terlalu besar pada tahun

BERLEBIHAN dan terdapat sisa stok untuk kenaikan

kunjungan lebih dari 100% serta antisipasi kebutuhan 6 bulan tahun berikutnya apabila jadwal pengadaan mundur dengan resiko obat sisa mencapai waktu kadaluwarsa BESAR.

2013 adalah berlakunya harga e-catalog obat dimana rata-rata harga obat turun dari tahun sebelumnya. Artinya dengan pagu anggaran yang hampir sama, diperoleh volume obat yang lebih besar. Nilai obat yang didistribusikan oleh UPT Instalasi Farmasi ke seluruh Puskesmas tahun 2013 adalah Rp. 3.739.114.694 dengan jumlah kunjungan 669.130. Alternatif pemecahan masalah selain kepatuhan pengobatan dan perencanaan, juga penggunaan anggaran obat pada tahun 2014 dari berbagai sumber pengadaan harus dilakukan secara cermat dan efisien.

D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN

Dokumen terkait