• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN GIZI

BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN

E. PERBAIKKAN GIZI MASYARAKAT

2. PELAYANAN GIZI

a) Bayi dan Balita Mendapat Kapsul Vitamin A

Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisasi sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang.

Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada Bayi, Balita dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya (gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian). Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan anak.

Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin

A adalah bayi yang berumur mulai umur 6-11 bulan dan anak umur 12 – 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul

Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul Vitamin A biru dengan dosis 100.000 SI yang diberikan pada bayi berumur 6-11 bulan dan kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 SI yang diberikan pada anak umur 12-59 bulan dan diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus setiap tahunnya.

Cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi umur 6-11 bulan di Kabupaten Purworejo tahun 2013 sebesar 100%, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita umur 12-59 bulan

tahun 2013 mencapai 99,99 % . Angka ini sudah di atas target kinerja pembinaan gizi sebesar 90%. Dari 27 Puskesmas, ada 2 Puskesmas yang masih dibawah 100%, yaitu Puskesmas Cangkrep dan Puskesmas Semawung. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Bayi dan Balita selama 5 tahun terakhir (2009-2013) dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

GAMBAR 4.28

CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VIT. A PADA BAYI DAN BALITA DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2009 – 2013

b) Ibu Nifas Mendapat Kapsul Vitamin A

Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayinya yang dilaksanakan di rumah dan atau rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan. Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan kekurangan vitamin A.

Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A di Kabupaten Purworejo tahun 2013 mencapai 99.035% mengalami peningkatan dari tahun 2012 98.91%. Angka ini sudah diatas target kinerja pembinaan program gizi tahun 2013 sebesar 90%. Sebanyak 13 Puskesmas dengan cakupan sebesar 100% antara lain di Puskesmas Grabag, Puskesmas Ngombol, Puskesmas Bragolan, Puskesmas Dadirejo, Puskesmas Purworejo, Puskesmas Seborokrapyak, Puskesmas Bayan, Puskesmas Kutoarjo,

99.5 99.55 99.6 99.65 99.7 99.75 99.8 99.85 99.9 99.95 100 2009 2010 2011 2012 2013 Bayi 99.93 99.69 99.91 100 100 Balita 99.97 99.78 99.99 99.99 99.99

Puskesmas Semawung, Puskesmas Wirun, Puskesmas Butuh, Puskesmas Sruwohrejo, dan Puskesmas Banyuasin. Sedangkan puskesmas yang lainnya sudah diatas 90% semua.

Meskipun cakupan sudah diatas target tetapi tetap perlu penyuluhan tentang pentingnya suplementasi vitamin A pada ibu nifas baik untuk ibunya sendiri maupun bayi yang disusui. Beberapa hal yang mempengaruhi fluktuasi angka cakupan pemberian vitamin A pada bayi, balita, dan bufas diantaranya adalah :

o Advokasi, pendekatan, dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyebarluasan informasi.

o Forum komunikasi, yang bermanfaat sebagai wahana yang mendukung terlaksananya kegiatan KIE di berbagai sektor terkait. o Sosialisasi pemberian kapsul Vitamin A terhadap petugas kesehatan di Puskesmas, rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya.

o Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit pada sasaran ibu anak. o Tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau.

o Lintas program/lintas sektor terkait (Promosi Kesehatan, Imunisasi, dll)

o Adanya sweeping dari kader kesehatan dengan sasaran ibu anak yang belum mendapatkan kapsul Vitamin A pada bulan kapsul.

GAMBAR 4.29

CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VIT. A IBU NIFAS DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2009 – 2013

c) Ibu hamil Mendapat 90 Tablet Fe

Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah dengan memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, bumil dan

86 88 90 92 94 96 98 100 2009 2010 2011 2012 2013 Ibu Nifas 91.5 94.4 95.57 98.91 99.035

bufas, remaja putri dan WUS (Wanita Usia Subur). Hasil survei gizi mikro (anemi gizi ibu hamil) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa prevalensi anemi pada ibu hamil di Kabupaten Purworejo adalah 49,3%.

Penanggulangan anemi yang dilaksanakan adalah dengan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil, WUS, dan remaja putri. Pemberian tablet Fe kepada ibu hamil ada 2 indikator yaitu Fe 1 dan Fe 3. Cakupan Ibu Hamil mendapat tablet Fe adalah cakupan Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya.

Cakupan ibu hamil yang mendapat Fe90 di Kabupaten Purworejo tahun 2013 sebesar 89,43%, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 92.57% dan tahun 2011 sebesar 89.86%.

GAMBAR 4.30

CAKUPAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH (Fe 3) DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2009– 2013

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa masih ada sekitar 10.57% ibu hamil yang tidak meneruskan konsumsi Fe sampai 90 tablet selama masa kehamilannya. Dengan demikian hal ini berkaitan dengan tingginya prevalensi anemi pada ibu hamil di Kabupaten Purworejo.

76 78 80 82 84 86 88 90 92 94 2009 2010 2011 2012 2013 Fe3 82.18 88.71 89.86 92.57 89.43

d) Anak Usia 6-23 bulan Gakin Mendapat MP ASI

Baduta Bawah Garis Merah (BGM) keluarga miskin adalah anak usia 6-23 bulan yang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. Keluarga miskin adalah keluarga yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK) dengan melibatkan Tim Desa dalam mengidentifikasi nama dan alamat gakin secara tepat sesuai dengan Gakin yang disepakati. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-23 bulan BGM dari keluarga miskin adalah pemberian MP-ASI dengan porsi 100 gram per hari selama 90 hari.

Cakupan Baduta BGM Gakin yang mendapat MP-ASI di Kabupaten Purworejo tahun 2013 sebesar 100%, sama dengan capaian pada tahun 2012 dan tahun 2011. Hal ini berarti bahwa semua anak usia 6-23 bulan BGM Gakin mendapatkan MP-ASI baik itu dari pabrikan maupun MP ASI Lokal.

e)

Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak lanjut yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal.

Pendataan Status Gizi Anak di Kabupaten Purworejo didasarkan pada 3 kategori yaitu dengan indikator Berat Badan menurut Umur (BB/U), Panjang Badan atau Tinggi Badan Menurut Umur (PB/U atau TB/U) dan Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Skrining pertama dilakukan di Posyandu dengan membandingkan berat badan menurut umur melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut panjang badan atau berat badan menurut tinggi badan. Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus gizi buruk, maka segera dilakukan penanganan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat

dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit.

Berdasarkan hasil penimbangan pada tahun 2013 jumlah balita BGM atau dengan indikator berat badan menurut umur sebanyak 237 balita atau 0,5% persen, angka ini masih lebih rendah dari target nasional sebesar 5%. Dari semua kasus BGM dan 2 T yang dikonfirmasi status gizinya dengan menggunakan indikator berat badan menurut panjang badan atau berat badan menurut tinggi badan, maka gizi buruk yang mendapat perawatan adalah sebanyak 48 kasus atau 100%.

Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan dan atau di rumah sesuai dengan Standar Tatalaksana Gizi Buruk. Cakupannya tahun 2013 ini mencapai 100%. Kesalahan yang sering terjadi adalah mempersepsikan balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah yang dirawat di rumah sakit saja. Perawatan gizi buruk di tingkat rumah tangga juga merupakan perawatan gizi buruk pada fase tindak lanjut yaitu dengan cara Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan ( PMT – P ) berupa Susu Modisco ( Susu bubuk, Gula Pasir dan Minyak Goreng ) minimal selama 90 hari .

f)

Wanita Usia Subur Yang Mendapat Kapsul Yodium

Pemberian kapsul Yodium kepada sasaran wanita usia subur di daerah endemik berat dan sedang dimaksudkan untuk mencegah kretinisme pada bayi. Sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 ini Kabupaten Purworejo tidak melakukan kegiatan pemberian kapsul yodium. Hal ini perlu mendapatkan perhatian untuk dilakukan validasi data melalui kegiatan surveilans GAKI berkelanjutan karena pemberian kapsul iodium hanya diperbolehkan untuk kasus yang benar-benar positif kekurangan iodium yang sudah dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium..

Dokumen terkait