• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelas XI & XII Cahaya Medan 2013

2. Aktifitas Fisik

Hasil uji korelasi Product Moment Spearmen dari Pearson hubungan antara pola konsumsi kalsium remaja (jumlah asupan kalsium, frekuensi bahan pangan tinggi dan rendah. Frekuensi bahan zat pembantu dan penghambat penyerapan kalsium) dan aktivitas fisik dengan kepadatan tulang di SMA kelas XI dan XII Cahaya Medan 2013. Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa yang memiliki hubungan positif sangat kuat dan signifikan yakni pola konsumsi kalsium (frekuensi bahan pangan kalsium tinggi (r=0,932; p=0,000), frekuensi bahan pangan kalsium rendah (r =0,932; p = 0,000), frekuensi bahan zat pembantu penyerapan kalsium (r = 0,965; p= 0,000), frekuensi bahan zat penghambat penyerapan kalsium (r = 0,928; p = 0,000), jenis sumber utama kalsium susu dan olahannya (r = 0,932 : p = 0,000) sedangkan hubungan negatif sangat lemah dan signifikan jumlah asupan kalsium dengan kepadatan tulang yaitu (r= 0,167 ;p = 0,185) dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12. Hubungan Pola Konsumsi Kalsium, Aktivitas Fisik dengan Kepadatan Tulang Remaja SMA Kelas XI & XII Cahaya Medan 2013

Variabel Kepadatan (R) Tulang (P)

1. Pola Konsumsi Kalsium a. Jumlah asupan kalsium

b. Jenis sumber utama kalsium susu

c. Frekuensi bahan pangan kalsium tinggi d. Frekuensi bahan pangan kalsium rendah e. Frekuensi bahan zat Pembantu penyerapan

kalsium

f. Frekuensi bahan zat penghamba penyerapan kalsium 2. Aktifitas Fisik 0,167 0,932 0,932 0,965 0,928 0,932 -0,393 0,185 0,000 0,000 0,000 0.000 0.000 0.001

4.6.1. Hubungan antara Asupan Kalsium dengan Kepadatan Tulang SMA Cahaya Medan Tahun 2013

Scattet Plot pada gambar 1 menggambarkan bahwa data cenderung menjauh membentuk sudut mendatar pada garis linier negatif. Hal ini menunjukkan hubungan negatif antara jumlah asupan kalsium dengan kepadatan tulang. Untuk melihat kekuatan hubungan, dapat dilihat dari hasil korelasi Product Moment dari Pearson

yaitu; r=  ‐0,167 (p = 0.185), yang menunjukkan bahwa hubungan negatif sangat lemah signifikan antara asupan kalsium yang dikomsumsi remaja dengan kepadatan tulang. Hal ini berarti semakin sedikit jumlah asupan kalsium yang dikonsumsi remaja, maka mineral kepadatan tulang remaja semakin menipis dan telambat pembentukan massa tulangnya.

Gambar 2.3. Hubungan antara Asupan Kalsium dengan Kepadatan Tulang (r = -0,167 : p =0,185)

4.6.2. Hubungan Jenis Sumber Utama Kalsium Susu dengan Kepadatan Tulang Remaja SMA Cahaya Medan 2013

Scatter Plot pada gambar 2 menggambarkan data cenderung berkumpul pada garis membentuk linier positif. Hal ini menunjukkan ada hubungan positif antara konsumsi sumber utama kalsium susu dan olahannya dengan kepadatan tulang. Untuk melihat melihat kekuatan hubungan dapat dilihat dari hasil Korelasi Produc Moment

dari Pearson yaitu r=0,932 (p= 0,000), yang menunjukkan ada hubungan positif sangat kuat dan signifikan antara jenis sumber kalsium utama susu dan produk olahannya (mentega, keju yoghurt). Hal ini berarti kecukupan kalsium dalam tubuh terpenuhi, maka penyimpanan akumulasi kalsium dalam tulang semakin meningkat, sehingga mineral kepadatan tulang meningkat dalam darah, maka akan berangsung proses pembentukan massa secara optimal.

Gambar 2.4. Hubungan antara Konsumsi Jenis Sumber Utama Kalsium Susu dengan Kepadatan Tulang (r = 0,932 : p = 0,000)

4.6.3. Hubungan Bahan Pangan Kalsium Tinggi dengan Kepadatan Tulang Remaja SMA Cahaya Medan 2013

Scatter Plot pada gambar 3 menunjukkan bahwa data berkumpul di sekitar garis linier membentuk positif. Untuk melihat kekuatan hubungan antara frekuensi bahan pangan kalsium tinggi (non susu dan olahannya) dengan kepadatan tulang yang dilakukan dengan uji korelasi Product Moment dari Pearson yaitu r = 0,932 : p=0.000, yang berarti bahwa ada hubungan positif cukup kuat antara bahan pangan kalsium tinggi (non susu dan olahannya) yang di konsusmsi remaja dengan kepadatan tulang,

Hal ini berartti semakin sering frekuensi konsumsi bahan pangan kalsium tinggi (non susu dan produk olahannya), Sumber kalsium tidak terbatas pada produk susu dan olahannya saja tetapi juga diperoleh dari berbagai bahan pangan lain baik hewani maupun nabati, sumber kalsium lainnya penting untuk memenuhi kebutuhan kalsium sampai 1200-1500 mg/hari, maka jumlah kalsium dalam tubuh terpenuhi akan meningkatkan kepadatan mineral tulang semakin kuat.

Gambar 2.5. Hubungan antara Frekuensi Konsumsi Bahan Pangan Kalsium Tinggi dengan Kepadatan Tulang (r = 0.932 : p = 0.000)

4.6.4. Hubungan antara Konsumsi Bahan Pangan Kalsium Rendah dan Kepadatan Tulang Remaja

Scatter Plot pada gambar 4 menggambarkan bahwa data cenderung berkumpul pada garis linier positif, hal ini menunjukkan adanya hubungan positif kuat antara konsumsi bahan pangan kalsium rendah dengan kepadatan tulang. Untuk melihat kekuatan hubungan dapat dilihat dari uji korelasi Product Moment dari

pearson yaitu r = 0.965 (p = 0.000), yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat kuat antara konsumsi bahan pangan kalsium rendah remaja dengan frekuensinya jarang atau kurang dua kali perhari. Hal ini berarti semakin sering mengkonsumsi bahan pangan rendah kalsium yang berasal dari tinggi protein, lemak jenuh, karbohidrat, maka akan menurunkan metabolisme kalsium dalam tubuh, akan menimbulkan kalsium hilang melalui urin, sehingga tulang semakin menipis.. dengan

demikian proses remodeling jaringan tulang tidak berjalan sesuai dengan pembentukan massa tulang terlambat.

Gambar 2.6. Hubungan antara Frekuensi Konsumsi Bahan Kalsium Rendah Kepadatan Tulang (r = 0.965; p = 0,000)

4.6.5. Hubungan antara Frekuensi Konsumsi Bahan Zat Pembantu Penyerapan Kalsium dengan Kepadatan Tulang Remaja SMA Kelas XI & XII Cahaya Medan 2013

Scatter Plot pada gambar 5 menggambarkan data cenderung berkumpul pada garis membentuk linier positif. Hal ini menunjukkan ada hubungan positif yang cukup kuat antara konsumsi bahan pangan pembantu penyerapan kalsium dengan kepadatan tulang. Untuk melihat kekuatan hubungan dapat dilihat dari hasil uji korelasi product moment dari Pearson yaitu hasil nilai r = 0,928 (p = 0.000), yang menunjukkan ada hubungan positif sangat kuat dan signifikan antara konsumsi bahan zat pembantu penyerapan kalsium remaja sehari hari dengan kepadatan tulangnya. Hal ini berarti semakin sering mengkonsumsi bahan zat pembentu penyerapan kalsium disertakan dalam dietnya sehari hari, akan membantu dalam penyerapan

kalsium dalam saluran pencernaan terutama mengatur dan menstabilisasi tranportasi .distribusi kalsium dalam darah seta keseimbangan kalsium dalam darah dapat normal, maka sel Osteoblast dan osteoklast melakukan fungsinya tidak terganngu, maka pembentukan dan pertumbuhan tulang berkembang dan kuat

Gambar 2.7. Hubungan antara Konsumsi Bahan Zat Pembantu Penyerapan Kalsium dengan Kepadatan Tulang (r= 0,928 : p= 0.000)

4.6.6. Hubungan antara Konsumsi Bahan Zat Penghambat PenyerapKalsium dengan Kepadatan Tulang Remaja

Scattre Plot pada gambar 6 menggambarkan bahwa data cenderung berkumpul pada garis membentuk linier positif, hal ini menunjukkan ada hubungan positif sangat kuat antara konsumsi bahan pangan penghambat penyerapan kalsium dengan kepadatan tulang. Untuk melihat kekuatan hubungan dapat dilihat Product Moment dari Pearson yaitu hasil r=0.932 : p = 0.000, yang menunjukkan ada hubungan positif sangat kuat yang signifikan frekuensi jarang dan tidak pernah konsumsi bahan zat penghambat penyerapan kalsium remaja sehari-hari. Sehingga zat

gizi metabolisme (bioavabiliti) zat gizi mineral di saluran pencernaan tidak terganggu sehinga hormon kalsitonin berfungsi mengatur kalsium dalam darah dan menimbulkan kalsium berakumulasi dalam darah akan mempercepat transfortasi ke jaringan ikat matrik serta akan terjadilah penyimpanan di tulang. Sel osteoklas membentuk kekuatan kepadatan tulang.

Gambar 2.8. Hubungan antara Konsumsi Bahan Penyerapan Kalsium dengan Kepadatan Tulang (r =0,932 : p = 0.000)

4.6.7. Hubungan antara Aktifitas Fisik dengan Kepadatan Kepadatan Tulang Remaja SMA Cahaya Medan 2013

Scatter Plot pada gambar 7 memperlihatkan data berkumpul di sekitar garis linier positif. Untuk melihat kekuatan hubungan antara aktivitas fisik dengan kepadatan tulang. Dilakukan uji korelasi Product Moment dari Pearson dan hasilnya menunjukkan terdapat hubungan yang positif lemah nilai r = 0.393 dan signifikan (p= 0.001), antara aktifitas fisik sehari-hari dengan kepadatan tulang. Hal ini berarti semakin ringan aktifitas fisik sehari-hari, Sejalan hasil penelitian Recker et, al., dalam

Grof dan Gropper (2000), membuktikan bahwa aktifitas fisik berhubungan dengan penambahan kepadatan tulang spinal. Beberapa hasil penelitian menunjukkan aktifitas fisik seperti berjalan kaki, berenang dan naik sepeda pada dasarnya memberikan pengaruh melindungi tulang dan menurunkan demineralisasi tulang karena semakin bertambahnya usia, sehingga proses pembentukan massa tulang terutama akan berkurang stimuslisasi sel osteoblast dalam membentuk proses remodeling akan menimbulkan. Penipisan matrik tulang akan menipis sehingga akan menimbulkan penurunan kepadatan tulang.

Gambar 2.9. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kepadatan Tulang Remaja di SMA Kelas XI & XII Cahaya Medan (r= 0,393 : P= 0,001)

4.7. Hubungan antara Asupan Kalsium Frekuensi Bahan Pangan Kalsium tinggi dan Rendah, Bahan Zat Pembantu dan penghambat Penyerapan Kalsium dan Jenis Sumber Utama Kalsium Susu dan Olahannya, Aktivitas Fisik dengan Kepadatan Tulang

Dari hasil analisis bivariat asupan kalsium, frekuensi bahan pangan kalsium tinggi dan rendah, bahan zat pembantu dan penghambat penyerapan kalsium, jenis

sumber utama kalsium susu dan hasil produk olahanya serta aktivitas fisik secara satu variabel terikat ada berhubungan positif sangat kuat dengan kepadatan tulang. Untuk mengetahui pengaruh kelima variabel bebas tersebut meliputi; frekuensi konsumsi bahan pangan kalsium tinggi dan rendah, bahan zat pembantu dan penghambat penyerapan kalsium dan jenis sumber utama kalsium susu dan prodiuk hasil olahannya terhadap variabel terikat yaitu kepadatan tulang dilakukan analisis regresi linier berganda sederhana.

Analisis regresi linier berganda sederhana dilakukan dua kali karena hasil analisa pertama menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi kalsium tinggi dnn rendah. bahan zat pembantu dan penghambat penyerapan kalsium, dan yang tidak memberikan pengaruh terhadap kepadatan tulang, hasil seperti terlihat pada tabel 13 dan tabel 14.13

Tabel 4.13. Hasil Analisis Regresi Sederhana (1)

Model R Adjusted R SEE F Sig

1 0,985a 0,971 0,968 0,083,320 324,302 0,000²

Data hasil analisis pada tabel 11 memperlihatkan bahwa koefisien determinasi jenis sumber utama kalsium susu dan hasil produk olahannya dan frekuensi konsumsi bahan zat penyerapan kalsium dengan kepadatan tulang sangat besar; R² = (0,985).

Berdasarkan nilai Adjusted R² 96,8% variasi dari kepadatan tulang dapat dijelaskan oleh variasi ke enam variabel bebas (frekuensi konsumsi bahan pangan kalsium tinggi dan rendah, bahan zat pembantu dan penghambat penyerapan kalsium, jenis sumber utama kalsium susu dan hasil produk olahannya) dan aktivitas fisik

tersebut dan sisanya 3,2% dijelaskan oleh sebab lain seperti asupan fluorida, natrium, Magnesiu dan kurang sinar matahari. Dilihat nilai; p = 0,000 diketahui model regresi dengan menggunakan kedua variabel bebas cukup baik untuk memprediksi kepadatan tulang (p< 0,000)

Tabel 4.14 Hasil Analisis Regresi Linier Sedarhana (2)

Model Unstandardized Standardized Coeffcients I Sig