• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktivitas fisik otot memerlukan energi di luar metabolisme untuk bergerak (Williams Sons & Nugroho, 1993). Menurut WHO aktivitas fisik didefenisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi atau pembakaran kalori sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik itu segala macam gerak yang dilakukan secara teratur telah dianggap sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Russel R. Pate, 2005).

Tabel 2.3. Macam Aktivitas Fisik Sehari-hari

Aktifitas Nilai Aktifitas Nilai

Bersepeda (cepat) 7,6 Main Piano 1,4

Bersepeda (sedang) 2.5 Membaca keras 0,4

Bertukang kayu (berat) 2.3 Berlari 7,0

Menyulam 0,4 Menjahit, tanngan 0,4

Berdansa (cepat) 3,8 Menjahit mesin jahit tangan 0,6 Berdansa (lambat) 3,0 Menjahit mesin jahit motor 0,4

Mencuci piring 1.0 Menyanyi keras 0,8

Mengganti baju 0,7 Duduk diam 0,4

Menyetir mobil 0,9 Berdiri tegap 0,6

Makan 0,4 Berdiri relaks 0,5

Mencucipakaian 1,3 Menyapu lantai 1,4

Tiduran 0,1 Berenang 3,5 kg/jam 7,9

Mengupas kentang 0,6 Mengetik cepat 1,0

Main ping pong 4,4 berjalan 3km/jam 2,0

Menulis 0,4 Berjalan 6,8 km/jam 3,4

Mengecat kursi 1,5 Berjalan 10 km/jam 9,3

Penelitian Zeitterman (2002), menunjukkan tulang mengalami perkembangan antara umur 13 tahun dan 15 tahun. Aktivitas fisik berpengaruh pada kesehatan khususnya pada masa remaja dimana pada usia remaja tersebut kegiatan aktivitas fisik olahraga memiliki banyak peranan dalam kesehatan di usia remaja beberapa diantaranya yang membuktikan bahwa aktivitas fisik olahraga berperan dalam kesehatan remaja adalah ; (1) menjadikan pertumbuhan pembentukan massa tulang yang kuat. Menurut penelitian Kour dan Crusell (2008), bahwa aktivitas fisik olahraga akan bekerja lebih baik dalam pembentukan tulang sehat dan kuat dibandingkan konsumsi kalsium saja oleh karena itu aktivitas fisik lebih penting dibandingkan hanya minum susu untuk menghindari osteopenia, (2) meningkatkan kekuatan tulang dengan melaksanakan aktivitas fisik benich press membutuhkan kontraksi isometrik dan otot bagian tulang belakang yang berguna untuk mengurangi resiko cedera. Iklan di televisi yang menyebutkan cara mudah untuk mendapatkan kepadatan tulang membuat sebagian orang memilih cara instan tersebut pada hal kegiatannya adalah yang dijual lebih penting dari cara instan.

Aktivitas fisik yang dipergunakan untuk meningkatkan kepadatan tulang dengan jenis aktivitas fisik olahraga yang ringan misalnya; jalan kaki, bersepeda, lari dan senam lantai, dengan aktivitas fisik berjalan aktif dengan membawa beban antara lain: jogging, angkat besi, barbel, bulu tangkis, tennis meja serta naik turun tangga dimana waktu kegiatan aktivitas olahraga ini dilaksanakan pada pagi hari, karena sinar matahari pagi baik untuk sentesis vitamin D yang diperlukan dalam membantu

absorbsi kalsium dengan durasi melakukan aktivitas olahraga senam rutin 30 menit sampai dengan 1 jam selama 3-5 kali per minggu (Charoenphandhu, 2007).

Kebutuhan kalsium akan meningkat pada orang yang tingkat aktivitas fisik olahraganya cukup dengan meningkatkan densitas tulang seperti; basket, sepak bola, lari, jalan kaki, dan lain meningkatnya aktivitas fisik olahraga diharapkan konsumsi kalsium juga akan meningkat sehingga kebutuhan kalsiumnya dapat terpenuhi selain itu tingkat aktivitas fisik seseorang berpengaruh baik terhadap absorpsi kalsium strees fisik dan mental cenderung menurunkan absorpsi kalsium dalam usus halus dan akan meningkatkan ekskresi kalsium dalam urin (Almatsier, 2000). Manfaat Aktivitas fisik tidak hanya menguatkan otot-otot, olahraga yang teratur serta cukup porsinya menguatkan tulang juga penting untuk memelihara keutuhan semua bentuk sendi-sendi seumur hidup oleh karena itu haruslah hati-hati meningkatkan aktikvitas fisik dalam memelihara agar tidak terjadi cedera atau gangguan-gangguan sendi-sendinya.

Penelitian Winarno (2002), membuktikan bahwa tulang dan sendi remaja harus selalu mendapat pembebanan secara terus menerus dan aktivitas fisik agar tulang selalu tetap kuat dan aktif. Dalen dan Olsen (2004), menyatakan bahwa pada pria remaja yang penggemar lintas alam didapati perbedaan yang mencolok pada kaki (20%) dan pada ujung tulang-tulang pinggannya (10%) dari pada mereka yang tidak beraktivitas fisik olahraga lintas alam massa tulangnya lebih padat. Aktivitas fisik mempengaruhi terhadap penyerapan kalsium di dalam usus, pembentukan massa tulang dan kekuatan tulang yang keduanya secara langsung berkontribusi. Menurut Roux and Orcel (2000), sel osteoblast dalam tulang berperan dalam penyerapan

tulang. Selama aktivitas fisik perubahan metabolisme kalsium tergantung pada intensitas aktivitas fisik. Menurut Huang (2003), menyatakan bahwa aktivitas fisik ketahanan meningkatkan kepadatan mineral tulang peak bone massa kekuatan tulang dan tingkat pembentukan tulang dengan demikian aktivitas fisik ketahanan moderat dampaknya untuk mendorong kalsium positif keseimbangan dan memiliki efek yang menguntungkan pada metabolisme tulang. Selain itu, kombinasi moderat dampak aktivitas fisik olahraga dan asupan kalsium yang cukup dapat meningkatkan kekuatan tulang selama anak-anak meskipun penyerapan kalsium ditingkat usus kemungkinan dimediasi oleh peningkatan dalam serum 1,25 (OH)2. D3 tingkat olahraga juga dapat merangsang penyerapan kalsium dengan mengubah motilitas usus dan permeabilitas epitel, namun efek dari berat dan isometrik aktivitas fisik olahraga pada transportasi kalsium usus belum pernah dilaporkan, mekanisme molekuler penyerapan kalsium ditingkatkan melalui aktivitas fisik olahraga belum diketahui. Di sisi lain, menurut Charoenphan (2007), immobilisasi oleh denervasi siatik bilateral pada tikus betina menyebabkan penurunan penyerapan kalsium di duodenum terutama komponen aktif dimana pasien lumpuh didalam tinja kalsium dan fosfor meningkat mungkin oleh penurunan dalam penyerapan usus dari unsur-unsur kimia.

2.4.1. Pengukuran Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat diukur menggunakan kuesioner yang disebut APARQ (Adolessenci Physical Activity Recall Questionnaire), remaja menuliskan jenis, frekuensi dan durasi aktivitas yang biasa dilakukan selama satu minggu, selanjutnya aktivitas dinilai dua aktivitas pasif dan aktif, dikatakan aktif apabila berpartisipasi

dalam aktivitas berat, paling sedikit 3 kali seminggu untuk maksimal 30 menit perhari, dikatakan kurang aktif jika remaja hanya melakukan aktivitas sedang sedikit 3 jam perhari dalam satu minggu (Booth, 2006). Skor aktivitas diperoleh berdasarkan jenis aktivitas fisik dikalikan frekwensi dan akurasi aktivitas fisik yang dilakukan selama 7 hari. Aktivitas fisik berdasrkan tingkat: ringan (25% dari jenis aktivitas fisik), sedang (60% digunakan dari jenis aktivitas fisik dalam per hari), berat (≥ 75% waktu yang dipergunakan untuk aktivitas fisik (Gutric, 1989). Aktivitas fisik dapat dinilai dalam total pengeluaran energi yang berkaitan dengan hasil dari pengkajian yang didapat rangkuman frekuensi, durasi dan intensitas dan volume aktivitas dapat ditentukan kuantitasnya dengan satuan MET (Metabolik Energi Turnovere)-perhari atau perminggu yaitu, intensitas semua aktivitas yang dinyatakan dengan ekuivalen MET dikalikan dengan waktu bagi semua aktivitas. Klasifikasi aktivitas fisik antara lain: ringan; <600 MET perminggu, sedang 600-3000 MET perminggu, Berat: >3000 MET perminggu (Gibney et al., 2009).