• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Aktifitas Fisik Remaja di SMA Kelas XI & XII Cahaya Medan dengan Kepadatan Tulang 2013

Coeffcients I Sig B Error Std. Beta

5.2. Hubungan antara Aktifitas Fisik Remaja di SMA Kelas XI & XII Cahaya Medan dengan Kepadatan Tulang 2013

Aktivitas fisik remaja Sekolah Menengah Atas Cahaya Medan, dengan intensitas, durasinya dalam per minggu dengan persentase dalam tingkat ringan kurang dari 600 Mets/minggu sebesar (75,4%) tergolong kurang.Uji Korelasi Product Moment dari Pearson yakni hasil nilai r= ─0.393; p= 0.001, yang berarti semakin ringan aktivitas fisik sehari-hari maka pembentukan massa tulang dan densitas tulang menurun. Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas fisik berhubungan erat dengan penyerapan kalsium usus sehingga mempengaruhi massa tulang dan kekuatan tulang yang keduanya secara langsung berkontribusi terhadap kinerja pergerakan. Menurut Roux dan Orcel (2000), sel osteoklas dalam tulang berperan dalam penyerapan tulang

penyelidikan pada manusia dan tikus ditemukan bahwa beraktivitas fisik merangsang penyerapan kalsium dalam usus halus, namun mekanisme yang mendasari tetap kontroversial. Di sisi lain penelitian Charoenphandhu (2007), penurunan penyerapan dalam usus halus sebagian dengan mengurangi tingkat serum dihydroxyvitamin (D3) salah satu hormon utama yang mengatur kalsium dan ekspresi transporter kalsium beberapa “gen” Penelitian tentang pengaruh aktivitas fisik terhadap mekanisme penyerapan kalsium akan sangat membantu para ilmuan olahraga dan dokter untuk merancang suplemen kalsium yang tepat. Efektivits homeostatis kalsim adalah penting untuk sebagian besar proses biologi, termasuk metabolisme tulang, pembekuan darah, transduksi sinyal hormonal dan fungsi neuromuscular. Oleh karena itu, kalsium menjadi zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Penelitian Nadesul (2006), menyatakan bahwa “orang dewasa membutuhkan 1000 mg kalsium setiap harinya”. Kebutuhan kalsium dipengaruhi oleh total nutrisi unsur Zn (seng), Mg (magnesium), dan Chr (chromium). Namun pada kenyataannya, menurut Charoenphandhu (2007), manusia dewasa di Indonesia setiap hari menelan sekitar 500-1200 mg kalsium, 30% dari yang diserap di usus kecil dengan mekanisme yang dikendalikan terutama oleh hormon calcitropic, yaitu D3, 125 dihydroxy vitamin (1,25 – (OH) 2D3) dan hormon (PTH)”. Untuk menjaga keseimbangan kalsium, ginjal harus mengekskresikan jumlah kalsium yang sama dengan usus kecil menyerap. Tulang tidak hanya melayani struktural fungsi tetapi juga menyediakan sistem pertukaran kalsium untuk penyesuaian menit ke menit tingkat kalsium dalam plasma dan ECF (1,2). Selama beraktivitas fisik, perubahan dalam metabolisme

kalsium tergantung pada itensitas aktivitas fisik. Menurut Huang, dkk (2003), menyatakan bahwa pergerakan ketahanan meningkatkan kepadatan mineral tulang (BMD), kekuatan tulang dan tingkat pembentukan tulang. Dengan demikian, pergerakan ketahanan moderat tampaknya untuk mendorong kalsium positif keseimbangan dan memiliki efek yang menguntungkan pada metabolism tulang. Selain itu, kombinasi moderat dampak aktivitas fisik dan asupan kalsium yang cukup dapat meningkatkan kekuatan tulang selama masa kanak-kanak.

Menariknya cara-cara aktivitas fisik seperti berjalan dapat mempengaruhi metabolisme kalsium tulang dalam cara yang berbeda. Kepadatan mineral tulang (BMD) tibialis pada tikus jantan berjalan lebih tinggi dibandingkan dengan tikus berenang. Pada kondisi patologis tertentu misalnya: osteoporosis, daya tahan berenang mungkin memiliki manfaat lebih besar dari pada berjalan untuk meningkatkn bone mass density.

Kebutuhan kalsium akan meningkat pada remaja yang tingkat aktivitasnya cukup dengan jenis aktivitas olahraga yang yang dapat meningkatkan densitas tulang, seperti basket, sepak bola, lari, jalan kaki jogging, futsal, pimpong dan lain. Dengan meningkatnya aktivitas fisik olahraga diharapkan asupan kalsium juga juga akan meningkat, sehingga kebutuhnanya dapat terenuhi. Selain itu, tingkat aktivitas fisik seseorang berpengaruh baik terhadap absorpsi kalsium, stres fisik dan mental cenderung menurunkan absorbs kalsium dalam usus halus dan meningkatkan ekskresi kalsium dalam urin (Almatsier, 2002). Dalam penelitian ini ditemukan antara hubungan asupan kalsium, aktifitas fisik, jenis bahan kalsium utama sumber susu dan

olahanya, frekuensi bahan pangan tinggi kalsium dan rendah kalsium, frekuensi bahan pangan pembantu absorpsi dan penghambat absorpsi kalsium terhadap 65 remaja umur 15-18 tahun. Hasil menunjukkan bahwa variabel asupan kalsium, frekuensi mengkonsumsi bahan pangan pembantu absorpsi dan penghambat absorpsi sreta kebiasaan minum susu semuanya faktor tersebut, saling mempengaruhi terhadap pencapaian peak bone massa yang maksimal, Aktivitas yang teratur selama 30 menit dalam 2 atau 3 kali/minggu berhubungan positif terhadap densitas mineral tulang terutama pada tulang femur.

Penelitian Recker et,al., dalam Groff dan Groper (2000), membuktikan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan penambahan kepadatan tulang spinal. Aktivitas fisik dan konsumsi jumlah kalsium pada kesehatan tulang bersifat saling berhubungan, aktivitas fisik akan memiliki dampak positif pada kepadatan tulang, jika asupan kalsium lebih dari 1000 mg/hari (IFIC Review, 2002). Pembentukan tulang yang sehat dan kuat akan lebih baik jika dipengaruhi oleh aktivitas yang teratur, dibandingkan jika hanya mengkonsumsi kalsium saja (Lloyd, 2004).

Aktifitas fisik seperti olahraga yang dianjurkan adalah yang melibatkan sebagian besar otot tubuh, latihan kontraksi otot yang dinamis maupun statis, latihan dengan tanpa beban, dilakukan dilur ruangan atau alam terbuka dengan tujuan cukup sinar matahari, serta latihan yang terbebani berat badan dan gravitasi (Rahayu, 2009). Aktifitas fisik yang terbebani berat badan dan membuat tubuh bekerja melawan garvitasi, yaitu berjalan. gerak jalan, jogging, tennis, menari, naik turun tangga, angkat beban (Eustice, 2006). Dimana tujuan aktifitas terseburt untuk meningkatkan

sirkulasi darah pada tulang, meningkatkan hormon estrogen dan testosterone yang penting dalam pemeliharaan tulang, meningkatkan pengendapan serat kolagen dan mineral di dalam matrik tulang sehingga menimbulkan massa pembentukan tulang (Rahayu, 2009). Aktifitas fisik tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kepadatan tulang pada remaja, Penelitian lain menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif yang dsangat kuat antara aktifitas fisik dengan tingkat sedang hingga berat dengan kepadatan tulang.

6.1. Kesimpulan

Bahwa remaja Sekolah Menengah Atas Swasta Cahaya Medan memiliki kepadatan tulang normal 67,7%, dan senabyak 32,3% mengalami osteopenia, Koefisiensi determinasi kepadatan tulang dari Pola konsumsi kalsium (jenis sumber utama kalsium susu dan olahanya serta frekuensi bahan kalsium tinggi dan rendah, bahan zat pembantu dan penghambat dan aktifitas fisik bersama-sama memeliki hubungan signifikan positif yang sangat kuat (adjusted R²= 0,985; p =0,000²), Sebaliknya jumlah asupan kalsium dan aktifitas fisik memiliki hubungan signifikan kekuatan negatif sangat lemah., Adjusted R² 98,5% kepadatan tulang determinasinya pola konsumsi kalsium (frekuensi konsumsi bahan zat pembantu dan penghambat penyerapan kalsium, jenis sumber utama kalsium susu dan olahannya), dan aktivitas fisik dan sisanya 1,5% di sebab lain seperti asupan fluorida, natrium, magnesium,fosfor, kurang sinar matahari.

Kepadatan tulang 0,121 + 2,39 (jenis sumber utama kalsium susu dan olahannya), yang artinya peningkatan frekuensi minum susu 2,39 kali perhari, akan meningkatkan mineral kalsium dalam tulang sebanyak 0,892 gram (0,121 cm²), Sedangkan kepadatan tulang 0,121+ 4,59 ( konsumsi bahan zat pembantu penyerapan kalsium) , yang artinya jika frekuensi 4,59 perhari akan meningkatkan kadar mineral kalsium dalam 0.892 gram (0,121 cm²), kepadatan tulang,.Sebaliknya jika seseorang

frekuensi lebih dari 4,59 kali perhari bahan zat penghambat penyerapan akan mengakibatkan penurunan kadar mineral kalsium dalam tulang sebanyak 0,892 gram (0,121 cm²), kepadatan tulang.

6.2. Saran

1. Para remaja agar menerapkan pedoman gizi seimbang yaitu lebih memperhatikan asupan peanekaragaman makanan sumber bergizi berimbang untuk memperolah asupan kalsium dari beraneka makanan, Selain itu asupan vitamin D dan mineral dari makanan pun akan terpenuhi. Meningkatkan konsumsi kalsium dengan gerakan membiasakan minum susu, sayuran dan buah serta melakukan aktivitas fisik olahraga yang menimbulkan kekuatan tulang (weinghh bearing exercise) seperti; basket, bola voli, sepak bola, lari, jalan kaki) atau gerakan kompleks seperti aerobic, jogjing, berjalan dan lain-lain dengan durasi 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu. secara teratur, terjadwal dan tepat serta benar.

2. Kepada Perguruan Cahaya Medan

Hendaknya dapat berperan aktif dalam membudayakan aktifitas fisik penyuluhan secara berkala kepada siswa terutama dalam peningkatan aktivitas fisik seperti olahraga secara rutin dan teratur dalam upaya meningkatkan pembentukan massa kepadatan tulang.

3. Kepada tenaga peneliti kesehatan perlu dilakukan penelitian lanjut studi eksperemen pemberian asupan kalsium pada dalam pencengahan penyakit osteopenia.

4. Kepada tenaga kesehatan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan Baru agar, lebih meningkatkan pelayanan program Usaha Kesehatan dalam memberikan KIE tentang pedoman umum gizi seimbang pada remaja.

Almatsier. S., 2004. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Gramedia, Jakarta.Pustaka Utama. Anderson M. JJB, 2008. Nutrition and bone health; In; Mahan K, Escontt, Stunp S,

Editors. Krause, S food, nutrition and diet therapy 12 th edition. Phidelpia Saurders.

Astawan, 2009. Kalsium Keperluan dan Ketersediaan, http//ic, pd dokter, com, bone. Attwood C R, 2003, Milk and Bone Densty, Http;// nww. MSU, EDU/- Milkeuh/ MVH

(13 Nopember 2013)

Bess, DH. Osteoporosis.In, Maurise ES. Moshe S A Catharine R, Benjamin C. Robert JC, Editors, 2006. Modern Nutrition in Heaith and Disease, 10 th, ed. Phidelpia Lippincott Williams and Williams.

Carol & Ricard Eustice, 2006. High Peak Bone Density ReducesOsteoporosis Risk Laser in Life

Charoenphadhu, Marataphil, physical Activity and evercise, affect international calcium absorption, A. Reserpective Review, journal of sprint scenci and theology. vol. No. 1.

Debar, A. 2008. Health Pland Based Lifestyle Intervention Increases bone minerals density in adolecent Girls. Youth- Arch Pediatrick Adolecent Med: 160 ; 1260; 1276

Depertemen Gizi dan Kesehatan Masyrakat FKUI. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. PT, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Dewi Cakrawati Mustika NH. 2012. Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan. Alfabeta, CV, cet; kedua. Bandung.

Du, XQ . 2008, Milk Comsumption and Bone Mineral Content in Chinese Adolescenst Grils Bone.

Felicia Cosman, MD. Osteoporosis, 2012. Panduan Lengkap Agar Tulang Tetap Sehat. Garnedia ed 2, Jakarta.

Fikawati, dkk. 2005. Konsumsi Kalsium pada Remaja, Gizi dan Kesehatan Masyarakat Depertemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta PT Raja Grafindo Persada.

Gibson. RS, and Barbara C long. 2005. Principle and Nutritional assesment 2 th ed. New York; Osford University Press.

G. Maslouf, MH. Ganage. Yared. J. Ezzedine, B. Larijani, S. Badawi, Racheet al, 2007. Midleeast and north Africa consencus un osteoporosis Muskuloskeletal Neuronal Interact

Groff, J L and Gropper S,S, 2000, Advanced Nutrition and Human Metabolisme United Wadsworth State. Thomsom Learning.

Gopalan, C. 2003. Nutrition research in sourtheast Asia. New Delhi; WHO;. Guthrie H.A. 1998. Introduction to Nutrition, St, Louis, Mosby, Coll Publ Ed 6. Hasye, A. Roza. 2008. Faktor-faktor yang berhubungan dengan osteopenia pada

mahasiswa/I Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Fakultas Universitas Indonesia Depok. Jakarta.

Henaey, RP. 2000. calcium in modern Nurtion in Health and disease, New York; Lippincot Williams and Wilkins, 9 th ed ;

Hendrich, J. 2003. Calcium and your Bones. World wide web http;//health, yahoo,com/health/centers/bone health/104-207-208 html diakses tanggal 3 juli 2012

Massey Lk, Whiting SJ, 1993. Caffem, urinary calcium, calcium metabolism and bone. J Nurt

Meilnikow, J; 2005 Healthy Bone Versus Bone Wekned by Osteoporosis, Word ide web, http;/health, msn.com/pop Up .aspx, Diakses tanggal 1 augustus 2011 Muhilal, dkk.

IFIC. Review, 2002. Pysical Activity, nutrition and Bone Health Kalkwarf H J, J. C Khoury & B, P. Lampier, 2003. Milk intake daring childhood and adolecent. adultbone density, and osteoporotic fractures ln US. women, Am .J. Cli. nuts.

Soekarno M G, Kartono D , 2007. AKG mineral: Kalsium dan Acuan Label Gizi, Proseding. Widyakarya Nasional Padan dan Gizi VIII, 17-19 Mei. LiIPI, Jakarta

Shrof M, and Paii, B; 2000, Osteoporosis, the battle against Britttel bones Jewings Magazine India

Katz D.L, 2000, Nutrition in Clinical Practice, New York : Lipponcot Williams and Wiilkins..

Kalkwarf HJ, Khoury Jc, Lanphear Bp, Milk Intake during Childhood and adolescence adult bone density, and osteopootic factures in US women, Am J Clin Nutr 2003.

Kenney MA, McCoy JH, Kirby AL, Carter A. Clark AJ, Disney GW et al, Nutritions supllied by food groups in diets of teenaged girsl, J Am siet Assoc 1986.. Kretchmer; Developmental Nutrition, Allyn and Bacon, A Viacom Company 160

Goald Streets Needham Heinghts. M, A 02194 – 2310

Khomsan A, 2002, Pangan dan Gizi untuk Kesahatan, Jurusan Gizi dan Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian , IPB Bogor.

Khonsan A, 2004, Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup, Gramedia Jakarta. Muhaimin; Osteoporosis, http// seksi, buletin, com/ index, phb. Diakses

Maulana, Sophian ; Gambaran komsumsi energy, Karbohidrat, Protein, Lemak,Kalsium Vitamin K, D Fosfor, Jakarta PT Grafindo Pustaka 2008 Mann J et, Trussel AS. 2002, Essentials of Human Nutrition, Oxford University

Press, New York

Lloyd t , Petit MA, Lin HM, Beek TJ Lifestyle factors and the development of bone mss and bone strength in young women, J pediatr 2004

PERSAGI, 2005 Dasar Komposisi Bahan Makanan, Jakarta.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Depertemen Kesehatan RI dan PT Fontera Brends Indonesia 2005, Prevalensi Osteoporosis dan osteopenia, Pusdiklat dan Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes RI dan PT Brands Indonesia Bogor.

Soekatrii. Moesjanti, dan kartono, Djoko Angka Kecukupan Mineral; Kalsium, fosfor, magnesium, proseding Wijayakarya Pangan dan Gizi 2004 , Jakarta, Lipi, 2004.

Sarah H G, Theresia NG, Eric DN, David R C. Editor, osteoporosis, 2008. Cinical Guidelines for preventive diagnosis. and menagemant, New York ; Springers Publishing Company

Sankaran, B, 2000, Osteopenia, Clinical radiological . Histological asesmentt and Exsperimental Study,

W.M./Bloomfield, S A Little K D. Nelson M E and Yingling R, 2008. Pyysical Activity and Health Bone Medicine and science M. Sportand exercaise, Sudgido Sastroeswono, 2002, Dasar= dasar metodelogi penelitian klinis, Edisi

Kedua, Jakarta CV sagung seto Jakarta,

Shroff M, and Paii B , 2000, Osteoporosis. The battle against Brittle Bones Jewing Megaz ene, India.

Siemenda , C W. Christian, William,Norton,and Jhonson, 1999, Genetic Determent of Bone Mass in Adulst Women; A Reevaluation of the Twin Model and potential important of gene interaction on Heritabiity Estmates, J, Bone miner, Rs, 6.

Word. J. Clarke R, dan Linden R, 2007 et.al, Glance: Fisiologi. Erlangga Medical Series, Jakarta 2012

World Health Organization, 2008. Health Benefits of Physical Activity, http/www.who,int [ diunduh Oktober 2012] 

 

WHO, Adolescent nutrition; a neglected dimension. WHO, 2003, Available at: http:/www, who int/ nut/ado.hmt, Accessed May 18,2004.

Zitmann A, Sabatschus, O,Jantson S, Platen P, Danz A,Stahle P.Eviencepe, 2002. Anacute Rise of Intestinal Ca absoruption to exercise, Eve, J ,Nurt.

Lampiran : Hasil Uji Statistik 1. Analisis Univariat

Jumlah Asupan Kalsium

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Baik,Jika>1000 mg 13 20.0 20.0 20.0

Kurang,jika < 100 mg/hari 52 80.0 80.0 100.0

Total 65 100.0 100.0

Konsumsi Bahan Pangan Kalsium Tinggi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Baik,jika >2x/hr 43 66.2 66.2 66.2

Kurang,jika Tidak ada,< 2

x/hr 22 33.8 33.8 100.0

Total 65 100.0 100.0

Konsumsi Bahan Makan Kalsium Rendah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Jarang,Jika >2x/hari 43 66.2 66.2 66.2

Sering,jika >2x2/hr 22 33.8 33.8 100.0

Konsumsi bahan Zat Pembantu Penyerapan Kalsium

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Baik,Jika sering>2x/hari 44 67.7 67.7 67.7

Kurang,jika Tidak

pernah,<2x/hr 21 32.3 32.3 100.0

Total 65 100.0 100.0

Konsumsi Bahan Zat Penghambat Penyerapan kalsium Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Baik,jika,tidak komsusmsi

,1x/hr 45 69.2 69.2 69.2

buruk,jika sering >1x/hari 20 30.8 30.8 100.0

Total 65 100.0 100.0

Jenis Sumber Utama Kalsium Susu dan Olahanya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Baik,jika minum susu,>2

Jenis bm Kalsium 43 66.2 66.2 66.2

Kurang,jika minum susu,< 2

Jenis BM Kalsium 22 33.8 33.8 100.0

Aktvitas Fisik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Ya,Jika >600-3000 Mets/mgg 16 24.6 24.6 24.6

Tidak,Jika < 600

Mets/minggu 49 75.4 75.4 100.0

Total 65 100.0 100.0

Kepadatan Tulang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Normal,jika T.score >-2 SD 45 69.2 69.2 69.2

Osteopenia,jika T Score < -2

SD 20 30.8 30.8 100.0

Lampiran : Analisis Bivariat

Jumlah Asupan Kalsium * Kepadatan Tulang Asupan

Kalsium Kepadatan Tulang Spearman's rho Asupan Kalsium Correlation Coefficient 1.000 .167

Sig. (2-tailed) . .185

N 65 65

Kepadatan Tulang Correlation Coefficient .167 1.000

Sig. (2-tailed) .185 .

N 65 65

 

Konsumsi Bahan Pangan Kalsium Tinggi * Kepadatan Tulang

Kepadatan Tulang Responden Faktor Konsumsi Bahan Makan Kalsium Tinggi Spearman's rho Kepadatan Tulang

Responden Correlation Coefficient 1.000 .932

Sig. (2-tailed) . .000

N 65 65

Faktor Konsumsi Bahan

Makan Kalsium Tinggi Correlation Coefficient .932 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

Konsumsi Bahan Pangan Kalsium Rendah * Kepadatan Tulang. Kepadatan Tulang Konsumsi Bahan Pangan Kalsium Rendah Spearman's rho Kepadatan Tulang Correlation Coefficient 1.000 .932

Sig. (2-tailed) . .000

N 65 65

Konsumsi Bahan Pangan

Kalsium Rendah Correlation Coefficient .932 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 65 65

Konsumsi Bahan Zat Pembantu Penyerapan Kalsium * Kepadatan Tulang

Kepadatan Tulang Konsumsi Pembantu Absorbsi Kalsium Responden Spearman's rho Kepadatan Tulang Correlation Coefficient 1.000 .965**

Sig. (2-tailed) . .000

N 65 65

Pembantu Absorbsi

Kalsium Responden Correlation Coefficient .965

** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 65 65

Konsumsi Bahan Zat Penghambat Penyerapan Kalsium Kepadatan Tulang Kepadatan Tulang Responden Penghambat Absorbsi kalsium KResponden Kepadatan Tulang Responden Pearson Correlation 1 .928**

Sig. (2-tailed) .000

N 65 65

Penghambat Absorbsi kalsium

KResponden Pearson Correlation .928

** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 65 65

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Jenis Sumber Utama Kalsium Susu dan Olahanya * Kepadatan Tulang Kepadatan Tulang Responden Jenis Utama Kalsium Susu Responden Spearman's rho Kepadatan Tulang

Responden Correlation Coefficient 1.000 .932

Sig. (2-tailed) . .000

N 65 65

Jenis Utama Kalsium Susu

Responden Correlation Coefficient .932 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

Aktivitas Fisik * Kepadatan Tulang

Kepadatan Tulang

Responden Aktfitas Fisik Responden Kepadatan Tulang Responden Pearson Correlation 1 -.393**

Sig. (2-tailed) .001

N 65 65

Aktfitas Fisik Responden Pearson Correlation -.393** 1 Sig. (2-tailed) .001

N 65 65

Lampiran : Risiko Osteopenia Kepadatan Tulang

Kepadatan Tulang * Jumlah Asupan Kalsium Asupan Kalsium Baik,Jika>1000

mg Kurang,jika < 100 mg/hari Total Kepadatan Tulang Normal,jika T.score >-2 SD 11 34 45

Osteopenia,jika T Score <

-2 SD 2 18 20

Total 13 52 65

Kepadatan Tulang Responden * Konsumsi Bahan Makan Kalsium Tinggi Faktor Konsumsi Bahan Makan

Kalsium Tinggi Baik,jika >2x/hr Kurang,jika Tidak ada,< 2 x/hr Total Kepadatan Tulang

Responden Normal,jika T.score >-2 SD 43 2 45 Osteopenia,jika T Score <

-2 SD 0 20 20

Total 43 22 65

Kepadatan Tulang * Konsumsi Bahan Pangan Kalsium Rendah Konsumsi Bahan Pangan

Kalsium Rendah Jarang,Jika

Kepadatan Tulang Normal,jika T.score >-2 SD 43 2 45 Osteopenia,jika T Score <

-2 SD 0 20 20

Total 43 22 65

Kepadatan Tulang * Konsumsi Bahan Zat Pembantu Penyerapan Kalsium Pembantu Absorbsi Kalsium

Baik,Jika sering>2x/hari Kurang,jika Tidak pernah,<2x/hr Total Kepadatan Tulang

Responden Normal,jika T.score >-2 SD 44 1 45 Osteopenia,jika T Score <

-2 SD 0 20 20

Total 44 21 65

Kepadatan Tulang* Konsumsi Bahan Zat Penghambat Penyerapan kalsium

Konsumsi Bahan Zat Penghambat Penyerapan kalsium

Baik,jika,tidak komsusmsi

,1x/hr buruk,jika sering >1x/hari Total Kepadatan Tulang Normal,jika T.score >-2 SD 44 1 45

Osteopenia,jika T Score < -2 SD 1 19 20 Total 45 20 65      

Kepadatan Tulang * Jenis Sumber Utama Kalsium Susu dan Olahanya Jenis Sumber Utama Kalsium

Susu Dan olahannya.

Baik,jika minum susu,>2 Jenis bm Kalsium Kurang,jika minum susu,< 2 Jenis BM Kalsium Total Kepadatan Tulang Normal,jika T.score >-2 SD 43 2 45

Osteopenia,jika T Score <

-2 SD 0 20 20

Total 43 22 65

Kepadatan Tulang * Aktvitas Fisik Aktfitas Fisik

Ya,Jika

>600-3000 Mets/mgg Tidak,Jika < 600 Mets/minggu Total Kepadatan Tulang Normal,jika T.score >-2 SD 6 39 45

Osteopenia,jika T Score < -2 SD 10 10 20 Total 16 49 65