• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

Meningkatnya penyakit degeneratif seperti kanker, penurunan sistem imun, disfungsi hati, disfungsi otak dan katarak disebabkan karena kekurangan antioksidan, hal ini menyebabkan terjadinya kondisi stress oksidatif, yaitu suatu kondisi dimana antioksidan yang ada di dalam tubuh tidak mampu menetralisir peningkatan konsentrasi radikal bebas, sehingga berdampak pada kerusakan komponen sel seperti DNA, lipid, dan protein (Ames et al. 1993; Chen et al. 1996; Valko et al. 2004). Oleh karena itu, tubuh membutuhkan asupan antioksidan yang berasal dari luar, menurut Peter et al. (2007) asupan harian antioksidan yang dibutuhkan oleh tubuh berkisar antara 20 – 1000 mg hari-1. Umumnya pemenuhan kebutuhan antioksidan tubuh menggunakan buah, sayuran dan minuman dengan jumlah vitamin C, E, dan -karotin yang bervariasi (Mullie et al. 2007), ditambah dengan beberapa antioksidan sintetik. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa penggunaan antioksidan sintetik akan memberikan efek buruk bagi kesehatan dan bersifat toksik (Chen et al. 1992; Kahl dan Kappus 1993). Oleh karena itu, antioksidan alami menjadi salah satu alternatif yang sangat dibutuhkan.

Flavonoid merupakan salah satu antioksidan alami yang dibutuhkan oleh tubuh, menurut Heim et al. (2002) kebutuhan flavonoid tubuh setiap harinya mencapai 23 mg hari-1. Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan telah banyak diteliti (Rice-Evan et al. 1996; Pourmorad et al. 2006 Procházková et al. 2011). Flavonoid memiliki kemampuan mengubah atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Zuhra 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pine et al. (2011) menunjukkan bahwa daun gedi (Abelmoschus manihot L. Medik) memiliki kandungan flavonoid yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 23-41%, hal ini menunjukkan bahwa daun gedi memiliki potensi sebagai sumber antioksidan. Potensi daun gedi sebagai sumber antioksidan telah diketahui dalam penelitian Pine et al. (2011) dimana aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun gedi meningkat sejalan dengan meningkatnya konsentrasi total flavonoid, aktivitas antioksidan tertinggi dihasilkan dari daerah palu dengan nilai IC50 sebesar 575 µg ml-1

Besarnya kandungan flavonoid dalam daun gedi mendorong untuk dilakukan suatu usaha optimalisasi potensi tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan optimasi proses ekstraksi daun gedi. Terdapat beberapa teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa aktif dari bahan alam, di antaranya adalah metode maserasi, Soxhlet, refluks, dan distilasi (Veličković 2007). Namun, banyak bahan alam yang tidak stabil secara termal dan dapat terdegradasi selama proses ekstraksi seperti pada ekstraksi Soxhlet. Metode ekstraksi dengan maserasi merupakan salah satu metode yang sesuai untuk mengekstrak senyawa aktif, namun metode maserasi konvensional membutuhkan waktu yang lama (Pine et al. 2011). Untuk itu, perlu dikembangkan metode

19 ekstraksi baru dengan maseri dinamis yang bertujuan untuk meningkatkan proses ekstraksi lebih efektif dan efisien, serta mampu mengurangi degradasi bahan aktif selama proses ekstraksi. Efektivitas ekstraksi sangat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah waktu ekstraksi, suhu ekstraksi, jenis pelarut dan kecepatan pengadukan. Berdasarkan pada beberapa faktor tersebut, dalam penelitian ini dilakukan optimasi proses ekstraksi daun gedi untuk mendapatkan total flavonoid yang paling optimal sehingga dapat dikembangkan dalam skala komersial.

Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Agro Kimia Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya, mulai bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Desember 2014.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan antara lain daun tanaman gedi yang telah berumur lebih dari 3 bulan, aquades, etanol 96%, NaOH, DPPH (1,1-Diphenyl-2- picryl hydrazyl) , NaNO2, AlCl2 (Merck), standar quercetin (Sigma Aldrich).

Alat yang digunakan adalah labu Erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, kondensor, magnetic stirrer, timbangan analitik GR 200 (AND), vacuum evaporator tipe RV 10D (IKA), Hotplate/stirrer HP220, pompa vacuum jenis CVC 3000 Vacuubrand, spektrofotometer UV/Vis Plus (Bio Rad). Software Design Expert Ver. 9 versi trial.

Persiapan contoh

Daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tanaman gedi yang berumur 3 bulan, dan bagian yang diambil adalah daun yang berwarna hijau tua. Daun yang akan diekstrak dikeringkan hingga mendapatkan kadar air yang relatif rendah (< 10%), kemudian daun gedi kering digiling hingga berukuran 40 mesh. Karakterisasi Serbuk Daun Gedi

Karakterisasi serbuk daun gedi dilakukan untuk memastikan bahwa komponen yang terdapat dalam daun gedi, tidak mengalami perubahan yang signifikan. Parameter yang dikarakterisasi diantaranya adalah kadar air, kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol serta total flavonoid. Prosedur analisis kadar air, kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol dilakukan sesuai dengan prosedur analisis simplisia pada Lampiran 1.

Ekstraksi Flavonoid Daun Gedi

Proses esktrasi senyawa flavonoid glikosida yang berasal dari daun gedi dilakukan dengan menggunakan Erlenmeyer yang berukuran 1 liter dan diletakkan di atas digital hot plate magnetic stirrer, pelarut yang digunakan adalah etanol 96%. Sebanyak 50 g simplisia daun gedi dimasukkan kedalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan 500 ml etanol 96%. Perbandingan antara simplisia daun gedi dengan pelarut sebesar 1 : 10 g ml-1. Kondisi operasi divariasikan pada suhu 30 hingga 40 oC, kecepatan pengadukan antara 200 rpm hingga 400 rpm, dan

20

Rancangan Percobaan Dengan Central Composite Design (CCD)

Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan Central Composite Design (CCD), dimana metode ini akan membantu dalam menyelidiki pengaruh linear, kuadrat dan interaksi antar faktor dari proses ekstraksi daun gedi (Chow dan Liu 1995). CCD terdiri dari 20 run percobaan dengan 6 ulangan pada titik pusat (centre point). Adapun matrik faktor dan taraf dalam rancangan central composite design disusun seperti pada Tabel 6.

Tabel 6 Matrik faktor dan taraf dalam rancangan central composite design ekstrak daun gedi Run X1 suhu (oC) X2 Kecepatan Pengadukan (rpm) X3 Waktu (jam) 1 30 200 3 2 40 200 3 3 30 400 3 4 40 400 3 5 30 200 6 6 40 200 6 7 30 400 6 8 40 400 6 9 26,59 300 4,5 10 43,41 300 4,5 11 35 131.82 4,5 12 35 468.18 4,5 13 35 300 1,98 14 35 300 7,02 15 35 300 4,5 16 35 300 4,5 17 35 300 4,5 18 35 300 4,5 19 35 300 4,5 20 35 300 4,5

Analisis regresi dan keragaman dilakukan dengan menggunakan software Design Expert Ver. 9.0. Trial. Setiap respon dari proses ekstraksi digunakan untuk mengembangkan sebuah model matematis yang berkorelasi dengan flavonoid total menurut persamaan polinomial berikut (Montgomery et al. 2012) :

∑ ∑ ∑ ∑

21 y adalah hasil perkiraan respon yang diinginkan (flavonoid total ), xi, xj mewakili peubah-peubah yang meliputi suhu ekstraksi, lama waktu ekstraksi dan kecepatan pengadukan, O merupakan koefisien model, i adalah pengaruh linier peubah

terhadap respon, ij pengaruh interaksi antar peubah terhadap respon, ii adalah pengaruh kuadratik peubah terhadap respon dan adalah derajat error

Penentuan Flavonoid Total Ekstrak Daun Gedi

Penentuan kadar flavonoid total dengan menggunakan metode yang digunakan oleh Wan et al. (2014) dan telah dijelaskan dalam Bab 2 .

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Gedi

Aktivitas antioksidan ekstrak daun gedi ditentukan dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Locatelli et al. (2004) dan telah dijelaskan dalam Bab 2

Hasil Dan Pembahasan Karakteristik Serbuk Daun Gedi

Simplisia daun gedi dikarakterisasi terhadap kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan kandungan flavonoid total sebelum dilakukan proses ekstraksi. Kadar air merupakan parameter fisikokimia yang berhubungan langsung dengan stabilitas senyawa aktif bahan herbal selama proses penyimpanan. Kadar air yang berlebihan akan memudahkan pertumbuhan mikroba yang akan menghidrolisis senyawa aktif (Czech et al. 2001; List dan Smith 1984) sehingga bahan tersebut cepat mengalami kerusakan. Disisi lain, bahan herbal yang terlalu kering ( kadar air < 5%) akan menyebabkan struktur sel menjadi lebih sulit untuk diekstraksi (Souza et al. 2007).

Sebelum dilakukan proses ekstraksi daun gedi, serbuk daun gedi dikarakteriasi ulang untuk memastikan kualitas daun gedi. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa kadar air serbuk daun gedi adalah 8,1 ± 0,5 % bk. Hal ini menunjukkan bahwa serbuk daun gedi masih berada dalam batas yang ditetapkan yaitu sebesar 6-14 % bk untuk bahan herbal yang disimpan dalam kondisi tidak kedap udara (List dan Smith 1984; Souza et al. 2007).

Tabel 7. Hasil karakterisasi serbuk daun gedi

Parameter Nilai

Kadar Air (% bk) 8,1 ± 0,50

Kadar sari larut air (% bk) 9,1 ± 0,08 Kadar sari larut etanol (% bk) 17,87 ± 0,60 Total flavonoid (mg/g) 56,2 ± 0,09

Pada pengujian parameter sari larut air, rendemen ekstrak serbuk daun gedi memiliki nilai yang lebih rendah 9,1 ± 0,08 % bk jika dibandingkan dengan kadar sari larut etanol (17,87 ± 0,6 % bk). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan senyawa aktif yang bersifat semi polar dari daun gedi proporsinya lebih banyak dibandingkan dengan senyawa aktif yang bersifat polar, sehingga penggunaan etanol sebagai pelarut semi polar dalam proses ekstraksi daun gedi adalah tepat.

22

ekstrak daun gedi dengan pelarut air lebih tinggi (9,50 ± 0,3 % bk), jika dibandingkan dengan pelarut etanol 70 % (8,31 ± 0,3% bk). Konsentrasi etanol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rendemen ekstrak, hasil penelitian Mandey et al. (2014) menunjukkan bahwa pada ekstraksi daun gedi dengan pelarut etanol 96% mendapatkan rendemen ekstrak sebesar 15%.

Kadar flavonoid total serbuk daun gedi sebelum dilakukan ekstraksi adalah 56,2 ± 0,09 mg g-1 bahan setara quercetin. Jika dibandingkan dengan kadar flavonoid total sebelumnya (37,29 ± 04 mg g-1), maka kadar flavonoid total ektsrak daun gedi telah mengalami degradasi, diduga disebabkan karena proses ekstraksi. Menurut Biesaga (2011) salah satu faktor yang mempengaruhi degradasi flavonoid adalah lama waktu ekstraksi dan struktur kimia dalam sistem, metode maserasi yang dilakukan lebih dari 24 jam berpotensi untuk mendegradasi kandungan flavonoid dalam bahan.

Pembentukan Model Persamaan Ekstraksi Daun Gedi

Ekstrasi flavonoid dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, mulai dari metode konvensional hingga metode baru diantaranya adalah ekstraksi CO2 superkritis (Wang et al. 2008), gelombang mikro (Routray dan Orsat 2012) dan ekstraksi fluida superkritis (Bimakr et al. 2011). Sampai saat ini, metode yang digunakan untuk melakukan ekstraksi senyawa aktif didominasi oleh metode konvensional, karena metode ini dianggap merupakan metode yang sederhana dan aplikatif (Grigonis et al. 2005). Gupta et al. (2013) menyatakan bahwa metode maserasi merupakan metode yang paling sederhana dan tidak membutuhkan suhu ekstraksi yang tinggi sehingga senyawa flavonoid glikosida yang terdapat dalam bahan tidak banyak mengalami kerusakan. Namun kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan pelarut yang relatif banyak (Bimakr et al. 2011). Untuk mengoptimalkan proses ekstraksi daun gedi, metode yang digunakan adalah metode maserasi dinamis. Faktor yang berpengaruh pada proses ekstraksi dengan maserasi dinamis menurut Xu et al. (2013) adalah waktu ekstraksi, suhu ekstraksi, komposisi pelarut dan rasio padatan terlarut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini faktor yang dioptimalkan adalah waktu ekstraksi, kecepatan pengadukan dan lama waktu ekstraksi.

Berdasarkan pada hasil penelitian (Tabel 8), flavonoid total yang didapatkan berkisar antara 48,66 – 55,40 mg g-1. Analisis dengan menggunakan regresi berganda menghasilkan persamaan orde dua sebagai berikut :

Total Flavonoid = 55.138 -0.229X1+ 0.430X2 + 1.273X3 - 1.553X12 - 1.465X22 -

0.829X32

Penentuan tingkat signifikansi dan kesesuaian model dilakukan dengan menggunakan analisis ANOVA (Tabel 9). Berdasarkan pada Tabel 9 terlihat bahwa nilai F dari model adalah sebesar 19,79 dan P-value sangat kecil (< 0,0001), hal ini menunjukkan bahwa model memiliki tingkat signifikansi yang tinggi dan hanya 0,01% peluang dari model mengalami penyimpangan. Nilai koefisien determinasi (R2) merupakan proporsi dari ketidakpastian dari model, hasil dari analisis menunjukkan bahwa nilai dari R2 sebesar 0,9013, kondisi ini menunjukkan bahwa model dapat diterima. Menurut Xu et al. (2013) dan Le et al. (2010) model optimasi yang dapat diterima adalah model yang memiliki R2 > 0,75

23 Tabel 8 Matrik faktor dan taraf dalam optimasi dengan central composite design

dan hasil flavonoid total

No X1 X2 X3 Flavonoid Total (mg g-1) 1 0 0 0 55,40 2 -1 -1 -1 48,66 3 0 0 0 55,06 4 0 1.68 0 51,78 5 0 0 0 55,23 6 1.68 0 0 49,25 7 -1.68 0 0 52,90 8 0 0 0 54,77 9 1 -1 -1 49,55 10 1 1 1 53,69 11 0 0 0 54,95 12 1 -1 1 52,19 13 0 -1.68 0 50,86 14 -1 1 -1 49,71 15 0 0 1.68 54,71 16 -1 -1 1 51,69 17 0 0 0 55,31 18 -1 1 1 52,69 19 0 0 -1.68 51,52 20 1 1 -1 50,32

Variabel yang sangat signifikan terhadap hasil flavonoid total adalah variable linear X3(waktu) dan variable kuadratik X12, X22 karena memiliki P-value < 0,0001.Variabel yang memiliki pengaruh signifikan adalah variable kuadratik X32 dan variabel yang tidak berpengaruh terhadap hasil ekstraksi flavonoid total adalah variabel linear X1(Suhu), X2(kecepatan pengadukan) dan variabel interaksi antara X1X2, X1X3, X2X3. Berdasarkan pada hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi respons flavonoid total pada proses ekstraksi daun gedi adalah sebagai berikut : waktu ekstraksi > kecepatan pengadukan > suhu ekstraksi.

Metode maserasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk dalam metode maserasi dinamis (Costa-Machado et al. 2013). Pada maserasi dinamis, terdapat waktu minimum yang digunakan oleh pelarut untuk mengembangkan jaringan tumbuhan dan melarutkan senyawa aktif didalamnya sehingga mencapai keseimbangaan tertentu untuk dapat larut dalam pelarut etanol (Pompeu et al. 2009). Lama ekstraksi antara 3-6 jam diduga merupakan waktu yang tepat bagi tercapainya keseimbangan antara pelarut dengan senyawa aktif yang terdapat pada daun gedi, sehingga rentang antara 3-6 jam berpengaruh terhadap rendemen total flavonoid yang dihasilkan.

24

Tabel 9 Hasil analisis ANOVA ekstraksi flavonoid daun gedi

Sum of Mean F P-value

Source Squares Df Square Value Prob > F

Model 89.66 6 14.94 19.79 < 0.0001 Signifikan

X1-Suhu 0.71 1 0.71 0.94 0.3488

X2-Rpm 2.52 1 2.52 3.34 0.0908

X3-Waktu 22.13 1 22.13 29.3 0.0001

X1X2 6.43E-03 1 6.43E-03 6.59E-03 0.9369 X1X3 1.38E-06 1 1.38E-06 1.42E-06 0.9991

X2X3 0.059 1 0.059 0.06 0.8107

X12 34.74 1 34.74 46 < 0.0001

X22 30.94 1 30.94 40.98 < 0.0001

X32 9.91 1 9.91 13.12 0.0031

Residual 9.82 13 0.76

Lack of Fit 9.54 8 1.19 21.14 0.0019 signifikan

Pure Error 0.28 5 0.056

Cor Total 99.48 19

Analisis Respon Permukaaan

Respon permukaan tiga dimensi dan dua dimensi dari fungsi regresi ditampilkan seperti pada Gambar 4. Berdasarkan pada Gambar 4a dan 4b, terlihat bahwa variabel bebas (kecepatan pengadukan dan suhu ekstraksi) pada level rendah dan tinggi akan menghasilkan total flavonoid yang rendah, kondisi tersebut menunjukkan bahwa interaksi antara kecepatan pengadukan dan suhu ekstraksi berpengaruh terhadap total flavonoid yang dihasilkan. Kecepatan pengadukan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses ekstraksi, hal ini berkaitan dengan perpindahan massa konvektif dari bahan yang diekstrak kepada pelarut (List dan Schmidt 1989). Pada maserasi statis perpindahan massa dari bahan ke pelarut hanya ditentukan oleh kecepatan difusi dan koefisien osmosis antara lapisan tipis daun gedi dengan pelarut (List dan Schmidt 1989). Sedangkan pada maserasi dinamis, kecepatan pengadukan menyebabkan terjadinya peningkatan pengaruh konvektif sehingga menurunkan tegangan permukaan bahan untuk menuju keseimbangan dengan pelarut etanol (Jacques et al. 2007).

Hal yang sama juga terjadi ketika variabel bebas yang nilainya tetap adalah kecepatan pengadukan, berdasarkan pada Gambar 4c dan 4d terlihat bahwa semakin meningkatnya suhu dan waktu ekstraksi akan memberikan pengaruh peningkatan dan penurunan total flavonoid, sehingga dapat disimpulkan bahwa variable bebas suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh terhadap total flavonoid yang dihasilkan. Pada saat variabel bebas suhu ekstraksi tetap (Gambar 4e dan 4f), total flavonoid juga mengalami peningkatan dan penurunan hasil, hal ini mengindikasikan bahwa variabel bebas lama waktu ekstraksi dan kecepatan pengadukan berpengaruh terhadap total flavonoid yang dihasilkan.

25

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 4 Respon permukaan tiga dimensi dan dua dimensi yang menunjukkan perbedaan pengaruh pada beberapa variabel bebas

Optimasi dan Verifikasi

Hasil optimasi dengan menggunakan software Design Expert Ver. 9 Trial menunjukkan bahwa kondisi optimal yang direkomendasikan pada proses ekstraksi flavonoid total daun gedi adalah waktu ekstraksi 4,83 jam, suhu ekstraksi 34,33 oC dan kecepatan pengadukan 322 rpm. Kondisi ini diprediksi akan mendapatkan total flavonoid sebesar 55,41 mg g-1.

Reliabilitas dari model kemudian dilakukan validasi kembali pada kondisi optimum, dimana waktu ekstraksi dilakukan selama 4 jam 50 menit, suhu ekstraksi 34 ± 2oC dan kecepatan pengadukan 322 rpm. Hasil ekstraksi

26

tersebut mengindikasikan bahwa tingkat akurasi model, sangat akurat mencapai 96% dan nilai tersebut masih berada dibawah standar margin error sebesar 5%.

Berdasarkan pada hasil analisis respon permukaan baik tiga maupun dua dimensi menunjukkan bahwa total flavonoid yang dihasilkan dalam proses ekstraksi dengan metode maserasi sangat dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, kecepatan pengadukan dan suhu ekstraksi. Hal ini sesuai dengan yang telah ditemukan pada analisis dengan menggunakan ANOVA.

Berdasarkan pada kondisi tersebut, teknik ekstraksi dengan maserasi dinamis memiliki prospek untuk dikembangkan lebih lanjut dalam skala yang lebih besar, karena teknik maserasi ini merupakan teknis ekstraksi yang sederhana dan user friendly (Sithisarn et al. 2006; Vongsak et al. 2013). Beberapa ekstraksi yang lebih modern seperti ekstraksi dengan menggunakan microwave (Hayat et al. 2009), ekstraksi dengan menggunakan tekanan tinggi (Xi et al. 2011) dan ekstraksi dengan menggunakan karbondioksida superkritis (Bimakr et al. 2011) memang memberikan beberapa keuntungan diantaranya adalah meningkatkan penetrasi pelarut terhadap bahan, menurunkan suhu dan dapat mempersingkat waktu, namun teknik ini masih membutuhkan peralatan khusus sebelum dilakukan ekstraksi, hal ini menyebabkan biaya yang lebih mahal dan tidak dapat diadopsi oleh industri skala usaha kecil menengah (UKM) (Vongsak et al., 2013).

Aktivitas Antioksidan Daun Gedi

Hasil uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun gedi hasil validasi memiliki nilai IC50 sebesar 383,49 ppm, jika dibandingkan dengan hasil ekstraksi daun gedi yang dilakukan oleh Pine et al.(2011), dimana nilai IC50 sebesar 575 µg ml-1, maka hasil penelitian ini memiliki nilai IC50 yang lebih baik. Meskipun demikian, nilai IC50 ekstrak etanol daun gedi masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan nilai IC50 quercetin, hasil analisis menunjukkan bahwa nilai IC50 quercetin sebesar 3,12 µg ml-1 (Lampiran 4).

Simpulan

Ekstraksi daun gedi yang optimal dengan menggunakan metode maserasi didapatkan pada kondisi proses waktu ekstraksi 4,83 jam, suhu ekstraksi 34,33 oC dan kecepatan pengadukan 322 rpm dengan total flavonoid yang dihasilkan sebesar 55,41 mg g-1. Faktor yang paling berpengaruh pada proses ekstraksi ini adalah waktu ekstraksi > kecepatan pengadukan > suhu ekstraksi. Nilai IC50 aktivitas antioksidan ekstrak daun gedi hasil validasi sebesar 383,49 µg ml-1.

Saran

Optimasi yang dilakukan pada penelitian ini hanya dilakukan pada total flavonoid. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih lanjut tentang rendemen ekstrak daun gedi yang dihasilkan sehingga diperoleh informasi yang lebih komprehensip. Metode maserasi dinamis merupakan metode ekstraksi yang paling sederhana, untuk meningkatkan efektivitas proses ekstraksi dapat dilakukan dengan pre- treatment serbuk daun gedi. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas proses maserasi. Flavonoid total ekstrak daun gedi memiliki aktivitas antioksidan yang masih rendah, sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut agar flavonoid ekstrak daun gedi memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik.

27

5

PRODUKSI NANOEMULSI EKSTRAK DAUN GEDI

(Abelmoschus manihot L. Medik) DENGAN TEKNIK

Dokumen terkait