BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
C. Perilaku Informasi
1. Aktivitas Kebutuhan Informasi
Tidak ada yang tak membutuhkan informasi, termasuk artis yang menjadi anggota DPR. Tentunya kebutuhan saat menjadi artis sangat jauh berbeda dengan kebutuhan anggota DPR. Walaupun sama-sama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
Menurut Kuhlthau dalam Saraszwave, munculnya kesenjangan dalam diri seseorang tersebut akhirnya mendorong orang untuk mencari informasi guna mengatasi permasalahan yang dihadapinya.34
Kebutuhan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan kekurangan atau keinginan sesuatu, atau keinginan perwujudan tindakan tertentu. Istilah kebutuhan hampir sama dengan istilah keinginan, permintaan dan keperluan.
- Kebutuhan apa yang seseorang harus miliki, - Keinginan apa yang seseorang ingin miliki, - Permintaan apa yang seseorang minta,
- Keperluan mencakup kebutuhan, keinginan dan tuntutan.35
34
[Saraszwave]. “Pengaruh Five Traits Personality dengan Perilaku Penemuan Informasi Individu,”
artikel diakses pada 16 Desember 2010 dari
http://saraszwave.wordpress.com/2009/05/09/pengaruh-five-traits-personality-dengan-perilaku-penemuan-informasi-individu/ 35
Yulianah. Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling Kota Administrasi
Green seperti yang dikutip oleh Laloo, menemukan unsur yang jelas untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan atau tuntutan, yaitu tidak pentingnya kesadaran pribadi akan kebutuhan. Kebanyakan orang seringkali membutuhkan sesuatu tanpa menyadari kebutuhannya itu sendiri. Adanya banyak keinginan dalam benak seseorang/sekelompok orang, tetapi sesungguhnya tidak semua keinginan tersebut merupakan kebutuhan yang menjadi permintaan dan keperluan yang harus dipenuhi.36
Wersig mengajukan suatu teori yang menyatakan bahwa kebutuhan informasi didorong oleh apa yang dinamakan sebagai problematik situation, yaitu suatu situasi yang terjadi pada manusia yang dirasakan tidak memadai untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam hidupnya. Situasi yang tidak memadai ini menyebabkan seseorang merasa harus memperoleh masukan (input) dari sumber-sumber di luar dirinya (external resources). Sementara itu, Belkin mengajukan suatu istilah anomalous state of knowledge sebagai penyebab dari terdorongnya orang untuk mencari informasi. Menurut Belkin, jika seseorang datang ke suatu sistem informasi untuk meminta informasi, maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut merasa bahwa tingkat pengetahuannya (state of knowledge) tidak cukup untuk menghadapi suatu situasi tertentu pada saat itu. Telah terjadi anomali atau
36
Yulianah. Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling Kota Administrasi.
ketidakpastian dalam diri orang tersebut. Untuk menghilangkan anomali ini, orang tersebut mencari informasi yang dapat menghilangkan ketidakpastiannya.37
Stevenson menyebutkan kebutuhan informasi adalah keinginan dari sebuah kelompok pemakaian informasi pada subjek-subjek tertentu.38 Sementara itu, dalam konteks ilmu informasi, kebutuhan informasi diartikan sebagai sesuatu yang lambat laun muncul dari kesadaran yang samar-samar mengenai sesuatu yang hilang dan pada tahap berikutnya menjadi keinginan untuk mengetahui tempat informasi yang akan memberikan kontribusi pada pemahaman akan makna.39
Banyak kebutuhan yang bisa dikemukakan, sebagaimana diusulkan oleh Katz, Gurevitch dan Haas yang dikutip oleh Yusuf, yaitu sebagai berikut:
a. Kebutuhan kognitif (cognitive needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Disamping itu, kebutuhan ini juga dapat memberikan kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.
37
Putu Laxman Pendit. Makna informasi: potensi dan tantangan (Jakarta: Kesaint Blanc, 1992), h. 75-76.
38
Janet Stevenson, Dictionary of library and information management (Teddington, Midlesex: Peter Collin, 1997), h. 71.
39
Kuhlthau, Carol C, “Inside the searching process: information seeking from the user’s perspective,”
b. Kebutuhan afektif (affective needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik, sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. c. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs), yaitu
kebutuhan yang sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.
d. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs), yaitu kebutuhan yang dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.
e. Kebutuhan berkhayal (escapist needs), yaitu kebutuhan individu dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan diri, melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion).40
Lebih lanjut Katz, Gurevitch dan Haas juga menemukan dalam penelitiannya bahwa orang yang tingkat pendidikannya tinggi lebih banyak mempunyai kebutuhan dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Ini berarti bahwa orang yang mempunyai tingkat pendidikan relatif tinggi, seperti guru, dosen dan peneliti, misalnya, lebih banyak mempunyai kebutuhan akan
40
sesuatu yang bisa memuaskannya, dan lebih banyak mempunyai tujuan yang berkaitan dengan permasalahan kehidupannya daripada orang-orang pada umumnya.41
Sementara itu, Wilson dalam Wijayanti menjelaskan bahwa kebutuhan akan informasi seseorang didorong oleh kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis, afektif dan kognitif. Ketiga kategori kebutuhan manusia menurut Wilson dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis meliputi : makan, minum, tempat tinggal dan lain sebagainya.
b. Kebutuhan emosional atau afeksi, seperti : kebutuhan untuk mendominasi, kebutuhan untuk mencapai cita-cita.
c. Kebutuhan kognitif, seperti : kebutuhan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan tertentu.42
Kebutuhan informasi seseorang tergantung pada pekerjaan, apa tujuan mereka menggunakan informasi, usia, kecakapan, kedudukan professional dan karakteristik lainnya.43 Senada dengan Atherton, panen juga menyatakan bahwa faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan
41
Pawit M. Yusuf, Pedoman mencari sumber informasi Ibid. h. 4. 42
Lucky Wijayanti, Perilaku pencarian informasi staf pengajar Fakultas Sastra UI dalam melakukan
penelitian (Depok: [Tesis PSIP-PPFSUI], 2001). 43
pemakai, termasuk kegiatan profesi, pekerjaan atau subjek yang diamati, kebiasaan dan lingkungan pekerjaan.44
Sementara itu, Chen dan Hernon serta Latham dalam Mangindaan menjelaskan secara lebih rinci, bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi adalah : a. Karakteristik pemakai : pengalaman; usia; latar belakang pendidikan dan cara berpikir, b. Faktor minat seseorang, c. Faktor pekerjaan dan profesi, d. Faktor koleksi, e. Faktor kesukaran dan sistem pelayanan informasi; akses terhadap layanan informasi dan variasi sumber informasi yang ada di lingkungan pemakai informasi.45
Menurut Hanson, kebutuhan informasinya berhubungan dengan kegiatan penting yang harus dilakukannya46 adalah:
a. Keeping up to date, yaitu untuk tetap mengikuti perkembangan terbaru dalam bidangnya.
b. Retrospective searching, yaitu untuk melakukan penelusuran surut.
Ini menunjukkan bahwa ada beberapa kegiatan penting yang perlu dilakukan oleh anggota dewan. Dalam kegiatan yang dilakukan tersebut, anggota dewan membutuhkan informasi dengan kegiatannya sebagai legislatif yang sedang dilakukannya.
44
Paulina Pannen, A study in information seeking and use behaviors of resident students and non resident student in Indonesia tertiary education ([S.l]: [Disertasi the School of Education at Syracuse University], 1990), h. 33.
45
Christina Mangindaan dkk., Perilaku informasi dosen dalam proses penelitian [laporan penelitian], (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 28.
46
Kebutuhan informasi menurut Cronin yang dikutip oleh Meyer, dapat dibagi menjadi 3 kategori47, sebagai berikut:
1. Kebutuhan informasi yang diekspresikan adalah kebutuhan informasi yang diutarakan oleh pemakai informasi.
2. Kebutuhan informasi yang tidak diekspresikan adalah kebutuhan informasi yang disadari namun tidak disampaikan oleh pemakai informasi. 3. Kebutuhan informasi yang tidak disadari. Hal yang akan dapat menjadikan seseorang tidak menyadari bahwa dirinya memerlukan informasi adalah karena orang tersebut tidak mengetahui bahwa ada sumber-sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan yang orang hadapi atau memang orang tersebut tidak mengetahui ruang lingkup yang sesungguhnya dari persoalan yang dihadapi.