• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi kebutuhan informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi kebutuhan informasi"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI

ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS

DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan

Disusun Oleh :

HERI FERDIANSYAH

NIM : 106025001050

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI

ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS

DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan

Disusun Oleh :

HERI FERDIANSYAH

NIM : 106025001050

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)
(5)
(6)

Untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang menginginkan anaknya

memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga tidak seperti mereka,

untuk almarhum Bapak Drs. Rizal Saiful-Haq, MA.

semoga keinginan beliau akan skripsi ini sudah penulis penuhi

dan

untuk orang-orang yang mau memajukan Pendidikan Ilmu Perpustakaan

Serta

(7)

Think Right, Do Right, better Right.

Because

(8)

i HERI FERDIANSYAH

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencarian informasinya dan hambatan yang terjadi dalam proses pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis. Penelitian menggunakan metode kualitatif dimana data diperoleh melalui kajian pustaka, observasi, dan wawancara yang dilakukan penulis dengan informan yang memahami objek penelitian penulis. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kebutuhan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis adalah informasi tentang sosial budaya, ekonomi, perkembangan politik terkini dan isu-isu nasional lainnya. Serta informasi-informasi lainnya yang mendukung fungsi-fungsi anggota dewan sesuai masing-masing komisinya. Pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis ini dilakukan dengan mengandalkan staf ahli masing-masing anggota DPR RI yang berjumlah 2 orang dan 1 orang staf/asisten pribadi. Ada juga yang mengandalkan staf ahli komisi, sedangkan untuk pencarian langsung ke perpustakaan menemukan lebih dari 1 anggota DPR RI dari kalangan artis dan belum ada satupun anggota DPR RI dari kalangan artis yang mencari informasi ke bidang analisis.Tujuan penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis yang berhubungan dengan bahan pertimbangan dalam melaksanakan 3 fungsi DPR (Pengawasan kebijakan pemerintah, bersama-sama pemerintah membuat anggaran dan membuat undang-undang). Penggunaan informasi lebih kepada media elektronik (salah satunya internet), media massa (salah satunya koran), dan literatur (perpustakaan). Hambatan yang dialami para anggota DPR RI dari kalangan artis pada saat melakukan strategi aktivitas pencarian informasi umumnya berhubungan dengan waktu untuk menggali informasi secara mendalam, tapi hal itu dapat diatasi dengan baik melalui pengalaman-pengalaman sebelumnya.

(9)

ii

ميح رلا نمح رلا ها مسب

Alhamdulillah, penulis memuji kepada Allah SWT, meminta pertolongan

kepada-Nya, memohon ampunan-Nya dari segala kekhilafan, serta berlindung

kepada-Nya dari segala kejahatan. Penulis bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan

Muhammad adalah utusan-Nya, semoga shalawat dan salam senantiasa

tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta sahabatnya.

Dialah (Allah SWT) yang senantiasa memberikan kekuatan dan jalan

keluar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini mengambarkan

beberapa perilaku sebagian anggota DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi

kebutuhan informasinya dengan 3 (tiga) tugas utamamya: membuat undang –

undang, pengawasan terhadap kebijakan pemerintah dan membuat anggaran untuk

dijalankan pemerintah. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari

kata “sempurna”. Oleh karena itu, kritik dan saran akan penulis terima dengan

lapang dada demi menambah pengetahuan penulis.

Akhirnya, dalam situasi dan kondisi apapun mudah-mudahan penulis tidak

terlena dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah penulis

persembahkan. Terima kasih…

Jakarta, September 2013

(10)

iii

Sepenuhnya penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang

dimiliki penulis. Oleh karena itu, lewat ini penulis ingin menyampaikan rasa

terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang dengan kuasa-Nya telah kun fayakun skripsi ini.

2. Ayahanda tercinta Sarino dan Ibunda tersayang Karni yang selalu

mendo’akan penulis dalam menuntut ilmu. Bagi mereka berdua semoga Allah

senantiasa melindungi dan meridhoi, baik di dunia sampai di akhirat kelak.

3. Bapak Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Almarhum Drs. Rizal Saiful-Haq, MA., selaku mantan Ketua Jurusan

Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah mengajarkan materi-materi ilmu perpustakaan dan

memilihkan materi skripsi ini.

5. Bapak Pungki Purnomo, MLIS., selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

banyak membantu penulis.

6. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Ilmu

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sekaligus sebagai pembimbing akademik dan pembimbing Skripsi yang telah

(11)

iv

Perpustakaan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.

8. Para anggota DPR RI beserta staf Ahli, khususnya anggota dewan komisi

VIII Fraksi Partai Demokrat Ibu Inggrid Maria Palupi Kansil, S.Sos. serta

stafnya Ibu Indira dan anggota dewan Komisi IX Fraksi Partai Persatuan

Pembangunan Ibu Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si. serta stafnya Ibu Dita

yang telah meluangkan waktunya untuk di wawancara.

9. Lek anto dan Lek Ikhsan yang telah dengan tulus memberikan dukungan

materi dan spiritual.

10. Teman-teman KSR; Ibeh dan angkatan PRG lainnya, Syaiban dan angkatan

BGN lainnya, Feri dan angkatan MDL lainnya, Sonan dan angkatan ARF

lainnya, Fitri dan angkatan ACS lainnya, Nia dan angkatan CJS, Fadil dan

angkatan GCN lainnya serta Vivi dan angkatan LDS lainnya yang selalu

mendukung dan membantu penulis.

11. My best friends, Atenk, Gele, Husni, Ramdani, Qwil, Ipoy, Adit, TB, Opie,

Ika, Arul, Abidin, Rizki, Rahayu, Winda, dan Meta Ariani Putri, serta

teman-teman seperjuangan lainnya yang saling memotivasi serta teman-teman-teman-teman IPI

semua angkatan yang selalu kompak dalam segala sesuatunya.

12. Rental computer Alicia dan Fotocopy Veron yang telah mencetak dan

memperbanyak materi dan skripsi penulis.

13. Seluruh saudara, Dosen dan rekan-rekan penulis serta semua pihak yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya kepada

(12)

v

ibadah dan mendapat balasan yang berlipat ganda. Demikian juga semoga dengan

(13)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Informasi ... 16

B. Lembaga, Pekerja dan Pengguna Informasi ... 20

1. Lembaga Informasi ... 20

2. Pekerja Informasi... 24

(14)

vii

C. Perilaku Informasi ... 28

1. Aktivitas Kebutuhan Informasi ... 33

2. Aktivitas Pencarian Informasi ... 39

3. Hambatan dalam Pencarian Informasi ... 46

4. Aktivitas Penggunaan Informasi ... 49

D. Penelitian Sebelumnya ... 51

BAB III GAMBARAN UMUM A. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ... 52

1. Sejarah Singkat DPR RI ... 52

2. Tugas Pokok DPR RI ... 53

a. Tugas dan Wewenang... 53

b. Tugas DPR dan Anggota DPR RI ... 55

3. Alat Kelengkapan DPR ... 56

4. Komisi dan Subkomisi ... 56

5. Anggota DPR RI dari kalangan Artis ... 60

B. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi ... 62

1. Informasi Umum P3DI ... 62

a. Sejarah Singkat P3DI ... 62

b. Visi dan Misi ... 63

c. Jenis Pelayanan ... 63

d. Yang Berhak Menerima Layanan ... 65

(15)

viii

2. Bidang Pengkajian dan Analisa (PAIS) ... 66

a. Bidang Kesejahteraan Sosial ... 66

b. Bidang Politik Dalam Negeri ... 66

c. Bidang Hukum ... 68

d. Bidang Hubungan Internasional ... 70

e. Bidang Ekonomi ... 70

3. Bidang Perpustakaan ... 71

a. Sejarah Singkat ... 71

b. Tugas Pokok dan Fungsi ... 72

c. Struktur Organisasi ... 73

d. Koleksi, Pengguna dan Layanan ... 73

e. Peraturan Tata Tertib Perpustakaan DPR RI ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perilaku Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan Artis ... 80

1. Aktivitas Kebutuhan Informasi ... 80

2. Aktivitas Pencarian Informasi ... 83

3. Aktivitas Penggunaan Informasi ... 89

a. Bidang Pengkajian dan Analisis ... 91

b. Bidang Perpustakaan ... 92

(16)

ix

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 98

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA

(17)

x

1. Tabel 1. Data anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2010-2014 ... 09

2. Tabel 2. Information search Process ( Proses Pencarian Information ) ... 41

3. Tabel 3. Komisi dan Pasangan Kerjanya ( DPR) ………... 55

4. Tabel 4. Data anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2010-2014 ... 59

5. Tabel 5. Informasi yang sedang dibutuhkan .……….…. 83

6. Tabel 6. Tujuan kebutuhan informasi ………...………….…. 84

7. Tabel 7. Pertanyaan apa saja yang muncul dan ingin ditemukan ………... 86

8. Tabel 8. Perasaan saat menemukan dan tidak menemukan informasi ... 88

9. Tabel 9. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi ...…... 89

10. Tabel 10. Penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di P3DI ……….. 90

11. Tabel 11. Saluran dan sumber informasi yang digunakan ……….…... 91

12. Tabel 12. Hambatan dalam pencarian informasi …………...………….…... 93

13. Tabel 13. Hambatan yang membuat berhenti mencari informasi ….….…... 94

(18)

xi

Lampiran 1 : Surat tugas menjadi pembimbing

Lampiran 2 : Surat izin penelitian

Lampiran 3 : Surat izin wawancara

Lampiran 4 : Surat keterangan mahasiswa

Lampiran 5 : Profil anggota DPR RI dari kalangan artis

Lampiran 6 : Foto wawancara

Lampiran 7 : Struktur organisasi Sekjen (Sekretariat Jenderal) DPR RI

Lampiran 8 : Dokumen dari bidang PAIS (Pengkajian dan Analisis)

Lampiran 9 : Dokumen dari bidang Perpustakaan

(19)

1 A. Latar Belakang

Ribuan, jutaan bahkan lebih dari itu berbagai informasi dalam format laporan,

makalah, artikel majalah, buku dan lain-lainnya sudah ada di perpustakaan, pusat

arsip, dokumentasi dan informasi serta internet. Berbagai informasi itu “siap” untuk

didayagunakan (use) dalam memberikan jasa atau layanan bagi pemakai atau

pengguna (user). Informasi tersebut ada yang tersedia secara cuma-cuma maupun

harus dibeli. Terjadinya banjir atau ledakan informasi menyebabkan pemakai

informasi kesulitan dan kadang dibuat bingung oleh penyedia jasa atau pekerja

informasi dalam memilih dan mendapatkan informasi ataupun jasa layanan yang

sesuai dengan kebutuhannya. Tidak jarang informasi yang didapatkannya itu hanya

sampah dari belantaranya hutan atau banjir informasi. Biasanya pemakai menuntut

layanan informasi “siap pakai” yang cepat, tepat, mudah dan murah serta sederhana.

Sutarno Ns. mengatakan layanan yang baik adalah yang bisa memenuhi

kebutuhan pemakai. Salah satu konsep layanannya adalah mekanismenya cepat, tepat,

mudah, murah, sederhana dan berorientasi kepada pemakai. ... Secara singkat adalah

menyusun mekanisme tentang bagaimana cara agar pemakai memperoleh apa yg

mereka butuhkan.1

1

(20)

Layanan perpustakaan atau pusat informasi pada era teknologi informasi,

didominasi oleh media internet. Meskipun demikian, penulis (peneliti) yakin bahwa

masih perlu pemakai menyempatkan diri berkunjung secara fisik ke perpustakaan

atau pusat informasi. Walaupun hanya untuk sekedar bertanya, mendapatkan

referensi/buku, kebutuhan informasi; pendidikan (education); hiburan (entertainment)

dan lainnya.

Kepuasan pemakai pusat informasi dapat dijadikan ”barometer” keberhasilan

suatu pusat informasi. Sehingga pemakai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

suatu sistem informasi. Para ahli informasi berpendapat bahwa pemakai secara tidak

langsung adalah tujuan dari sistem informasi.

Salah satunya Fleming sebagaimana di kutip Ferdi Hidayat secara tegas

mengatakan bahwa pengguna (pemakai) adalah mereka yang menerima manfaat

utama dari suatu sistem informasi yang diciptakan. Suatu pusat informasi dibentuk

dengan tujuan utama untuk memberikan layanan atas kebutuhan informasi

penggunanya. Oleh karena itulah pemahaman mengenai pengguna sangat

diperlukan dalam kaitannya dengan proses interaksi yang terjadi di pusat informasi.2

Dalam kondisi ini Pustakawan, Arsiparis, Dokumentalis dan Pengkaji/Peneliti

serta ahli informasi lainnya, atau disebut juga pekerja informasi perlu memiliki

pengetahuan yang cukup memadai dan dapat saling bekerjasama. Mereka itu

sebaiknya memiliki dan memenuhi sejumlah persyaratan dasar, umum dan khusus,

antara lain: latar belakang pendidikan, pengalaman, wawasan, kemampuan,

2

(21)

keterampilan, kompetensi, dan semangat bekerja atau berusaha, serta mampu

bersaing atau berkompetensi secara sehat. Agar mampu memberikan layanan prima

kepada pemakai.3

Dalam berinteraksi dan bersinergi dengan pemakai, pekerja informasi perlu

mempelajari seluk beluk perilaku pemakainya sebagai wujud dari proses informasi

dan sistem informasi. Diharapkan pekerja informasi mengerti perilaku pencarian

informasi guna memberikan layanan proses informasi dan sistem informasi yang

lebih baik. Sebagaimana pernyataan Chun Wei Choo berikut ini4.

“People actively construct the meaning of information through their thoughts, action, and feelings. Since individuals typically use information to solve a problem, perform a task, or increase understanding, the social setting in which the information is encountered determines

it’s value and salience. … a fuller understanding of information seeking as social behavior

helps us to design better information processes and information systems.”

Agar pekerja informasi berhasil menganalisis perilaku informasi mulai dari

kebutuhan, pencarian dan penggunaan informasi. Sehingga perlu dipikirkan

sebelumnya: siapa pemakai yang dilayaninya dan apa-apa saja yang menjadi

kebutuhan mereka, dan bagaimana pencarian informasinya serta kapan saatnya

informasi itu dibutuhkan?

Pustakawan harus dapat mengidentifikasi kebutuhan, keinginan serta cara

pemenuhan kebutuhan pemakai, meliputi: jenis-jenis informasi apa yang dibutuhkan,

untuk siapa informasi itu disediakan, kapan informasi itu disampaikan, di mana

informasi itu didapatkan dan bagaimana cara informasi itu diperoleh atau disajikan.

Artinya pekerja informasi harus berpikir dari sudut pandang pemakai,

3

Sutarno NS., Mengenal Perpustakaan, Cet. 1. (Jakarta: Jala Permata, 2006), h. 40-42. 4

Choo, Chun Wei. et. all. Web Work: Information Seeking and Knowledge Work on the World Wide

(22)

sehingga memahami apa yang diharapkan pengguna darinya. Ketika pemakai datang

ke pusat informasi, mereka berharap pekerja informasi akan mengambil alih tanggung

jawab pemenuhan harapannya. Sebagai contoh: ketika seorang pemakai datang untuk

mencari informasi “X”, tentu dia menginginkan informasi “X” itu bisa cepat

disajikan, mudah memperolehnya, gratis mendapatkannya, sederhana pengunaan dan

birokrasinya serta dalam berbagai format pilihan (lengkap) penyajian informasinya.

Sehingga informasi yang diinginkannya benar-benar sesuai harapan pemakai.

Pemakai tidak perlu mengetahui bagaimana informasi itu dapat tersedia dalam

cara dan bentuk yang diinginkan (disediakan), tetapi pemakai biasanya hanya perlu

mengetahui bagaimana memperolehnya. Selebihnya pekerja informasilah yang harus

berupaya dalam penyediaan informasi. Namun, hal itu berbeda dengan yang terjadi di

DPR RI khususnya P3DI. Menurut penulis ada keunikan tersendiri dalam penyediaan

informasi yang disajikan oleh pekerja informasi di P3DI. Di Pusat Pengkajian

Pengolahan Data dan informasi (P3DI) ada bagian tersendiri apabila anggota dewan

membutuhkan informasi, maka hal itu bisa ditangani oleh ahli teknologi informasi,

pustakawan, arsiparis dan dokumentalis serta pengkaji “subject spesialist” beberapa

bidang pokok legislator, seperti; politik dalam negeri, hukum, hubungan

international, ekonomi dan kesejahteraan sosial. Tentunya hal ini sudah

dipikirkan/disesuaikan dengan komisi-komisi yang ada di parlemen.

Anggota dewan sebagai “legislator” memiliki tanggung jawab yang cukup

besar dalam membuat suatu undang-undang yang harus dijalankan oleh seluruh

rakyat Indonesia. Sehingga informasi yang dibutuhkan tentunya bukan informasi

(23)

pihak dan perkembangan zaman. Begitu beragamnya masalah menuntut untuk

dibuatkannya Undang-Undang yang dapat diterima semua khalayak.

Keterlibatan artis dalam mencalonkan diri dan terpilih sebagai anggota DPR

RI cenderung semakin semarak setelah memasuki masa reformasi, utamanya

berdasarkan hasil pemilu 2004.5 Bahkan, harapan yang tinggi atas peranan sebagai

vote getter, cenderung lebih kuat dibandingkan sekedar pemahaman hak setiap warga

negara untuk memberikan andil tertentu dalam kehidupan politik.

Persoalannya, terkait adanya pandangan pesimis dari sejumlah kalangan

masyarakat bahwa anggota DPR periode 2009-2014 tidak dapat bekerja maksimal.

Apalagi dengan latar belakangnya sebagai artis “public figur” yang lebih mengarah

pada pencitraan dan/atau popularitas. Karena kurang memahami dunia politik dan

latar belakang yang tidak sesuai dengan kebutuhan untuk menjadi anggota DPR RI.

Oleh karena itu, diperlukan ada penelitian tentang perilaku pencarian informasi.

Dengan penelitian ini, diharapkan siapapun artis yang akan dicalonkan untuk menjadi

DPR RI. Sebaiknya orang-orang yang mempunyai integritas, loyalitas dan sesuai

dengan pengkaderan partai politiknya serta mempunyai keilmuan yang mumpuni.

Dengan adanya analisis perilaku anggota dewan (DPR RI) sebagai salah satu

pemakai pusat informasi, maka diharapkan analisis ini dapat mengetahui perilaku

konsumen jasa khususnya anggota DPR RI dari kalangan artis mengenai kebutuhan

dan pencarian informasi serta penggunaan informasinya. Sekaligus dapat digunakan

dalam evaluasi P3DI dalam memberikan pelayanan.

5

(24)

Dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku

informasi khususnya mengenai pencarian informasi yang dilakukan oleh anggota

DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi kebutuhan informasi yang berhubungan

dengan peningkatan pengetahuan sebagai anggota dewan. Hasil penelitian ini akan

dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul: “PERILAKU PENCARIAN

INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS DALAM

MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar dapat terarah dan tidak terlalu meluas. Penulis membatasi masalah pada

apa dan bagaimana perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan

artis dalam memenuhi kebutuhan informasi dan mengapa hal tersebut dilakukan,

serta hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi di P3DI dalam

pemenuhan kebutuhan informasi; di tinjau dari aspek pemakai.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah tentang

a. Apa dan Bagaimana perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari

kalangan artis, seperti:

1. Apa saja kebutuhan informasinya?

2. Bagaimana strategi pencarian informasinya?

(25)

b. Bagaimana hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi di

P3DI dalam pemenuhan kebutuhan informasi; di tinjau dari aspek

pemakai informasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang

sejelas-jelasnya mengenai:

a. Perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis, seperti

kebutuhan, pencarian dan penggunaan informasinya.

b. Hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi anggota DPR

RI dari kalangan artis dan pekerja informasi di P3DI; khususnya bidang

perpustakaan dan bidang pengkajian dan analisis dalam pemenuhan

kebutuhan informasi.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang perilaku

pencarian informasi khususnya anggota DPR RI dari kalangan artis dilihat

dari; kebutuhannya, pencariannya, hambatan pencariannya dan

(26)

b. Untuk bahan rujukan pekerja informasi, pusat informasi khususnya P3DI,

dan artis-artis selanjutnya yang akan berkecimpung di parlemen/DPR RI,

serta pengguna potensial lainnya.

D. Metode Penelitian

Dalam uraian ini memuat tentang metode dan langkah-langkah penelitian

secara operasional yang menyangkut jenis penelitian, pendekatan penelitian, populasi

dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data. Penjelasannya adalah

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti perlu menggunakan jenis penelitian yang

disebut metode deskriptif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Burhan Bungin

yang menyatakan bahwa “Format penelitian deskriptif kualitatif lebih tepat

apabila digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi

mendalam, seperti permasalahan tingkah laku konsumen suatu produk, …”6

konsumen yang ingin diteliti di sini ialah anggota DPR dari kalangan artis,

sedangkan produknya berupa informasi.

6

(27)

2. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yang disebut

pendekatan kualitatif. Pendekatan ini peneliti pergunakan dengan pertimbangan,

bahwa peneliti ingin memahami perilaku pencarian informasi (perilaku informasi)

dari pemakai khusus. Perilaku informasi merupakan salah satu kajian pemakai

dalam penelitian perpustakaan dan informasi. Secara umum bidang ini memiliki 2

paradigma atau pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi kepada sistem dan

pendekatan yang berorientasi kepada pengguna, namun penelitian ini lebih

mengarah kepada pendekatan yang berorientasi pengguna (paradigma kognitif).

Dengan tokoh-tokoh penelitinya seperti: Wilson, 1981; Dervin dan Nilan, 1986;

Pannen, 1990; Ford, 1990. Pendekatan ini menempatkan sudut pandang pemakai

jasa informasi di perpustakaan maupun di unit informasi lainnya sebagai telaah

penelitian.7

3. Populasi & Informan

Penelitian ini memiliki jumlah populasi berjumlah ± 16 anggota DPR RI

dari kalangan artis periode 2010-20148. Berikut ini nama-namanya, yaitu:

7

Darmono & Yunaldi, “Kajian pemakai informasi: Prospeknya dalam lingkup kepustakawanan di Indonesia,”Vol. 19 No. 1 (1996): h. 28.

8

F. Harianto Santoso, Wajah DPR dan DPD 2009-2014: latar belakang pendidikan dan karier

(28)

No. Nama Keanggotaan Jumlah Suara

Persen BPP* 1. CP. Samiadji Massaid, SE** Partai Demokrat 70.572 47,5 2. Angelina Sondakh, SE, M.Si Partai Demokrat 145.159 74,2 3. Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos Partai Demokrat 33.418 20,3

4. H. Nurul Komar Partai Demokrat 101.170 59,4

5. Theresia E.E. Pardede, S.Sos.*** Partai Demokrat 21.672 11,7

6. Venna Melinda Partai Demokrat 30.650 17,3

7. Nurul Arifin Partai Golkar 122.452 66,4

8. Tantowi Yahya Partai Golkar 209.044 130,7

9. Teti Kadi Partai Golkar 35.882 21,1

10. TB Dedy Suwandi Gumelar PDI Perjuangan 42.659 29,3

11. Rieke Dyah Pitaloka PDI Perjuangan 80.681 43,3

12. Eko Hendro Purnomo, S.Sos PAN 64.176 39,9

13. Primus Yustisio PAN 60.684 30,4

14. Jamal Mirdad Partai Gerinda 34.674 19,7

15. Rachel Mariam Partai Gerinda 25.540 13,7

16. Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si. PPP 17.343 8,9

* Bilangan pembagi pemilih

** Meninggal dunia pada bulan Februari tahun 2011

***Mengundurkan diri pada tahun 2012

Penulis mencari data perilaku pencarian informasi dari beberapa

informan-informan di atas, terhitung dari bulan Maret – April 2012. Dengan

pemilihan ini, peneliti berusaha menemukan hal-hal yang bermakna dan baru,

sedangkan pada kepala bidang, staf ahli dan sekretaris/asisten anggota dewan

adalah informan sekunder yang dapat dimintai pendapat dan informasinya tentang

perilaku pencarian informasi anggota dewan itu sekaligus sebagai verifikator atau

orang yang dapat dijadikan alat verifikasi dari wawancara dengan informan

primer dalam penelitian dan sekaligus sebagai informasi awal tentang siapa saja

(29)

Persyaratan seseorang bisa dijadikan informan adalah bersedia sebagai

informan. Dari 14 jumlah informan yang sudah ditentukan. Mereka yang berasal

dari kalangan artis, peneliti mengambil jumlah informan minimal 2 org dari 14

anggota DPR RI dari kalangan artis yang masih aktif. Dengan asumsi bahwa

informasi yang diperoleh dari beberapa informan tersebut mampu menjawab

pertanyaan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

1) Dokumentasi

Pengumpulan informasinya ini didapat/dilakukan dengan cara

mengumpulkan dan memilah-milah literatur - literatur yang mendukung.

2) Wawancara

Pengumpulan informasi yang dilakukan secara langsung antara

pewawancara (interviewer) dengan pemakai informasi (informan). Metode ini

digunakan untuk menggali informasi yang berupa pendapat, perasaan, sikap,

pandangan, proses berpikir, proses penginderaan yang merupakan tingkah

laku dari hal-hal yang tidak bisa ditangkap dengan metode dokumentasi dan

observasi.

3) Observasi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati kejadian-kejadian/perilaku

yang tampak dengan menyesuaikan fokus dan tujuan penelitian untuk

(30)

Prosedur pengumpulan datanya yaitu data di jaring dari informan yang di

pilih secara acak berdasarkan petunjuk pustakawan/pengkaji informasi dengan

teknik key person dan data dokumentasi serta wawancara untuk mengetahui

informan-informan yang tepat. Setelah itu dilakukan wawancara semi terstruktur

dengan informan-informan itu. Untuk teknik observasi dilakukan bersama-sama

(kolektif) saat metode dokumentasi dan wawancara dilakukan. Secara singkat,

teknik pengumpulan data tersebut digambarkan berikut:

1). Dokumentasi

3). Observasi dilakukan secara kolektif

2). Wawancara semi terstruktur

5. Teknik Analisa Data

Pada bagian analisis data yang diuraikan peneliti adalah proses pelacakan

dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan

dan bahan-bahan lain. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya peneliti

menggunakan analisa data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berikut ini penjelasannya:

a. Analisa data

Menurut Bogdan dan Biklen, analisa data adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milah menjadi satu yang dapat dikelola, mensintesiskan,

(31)

yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang

lain.9

b. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok,

memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya serta

membuang informasi atau data yang tidak diperlukan penulisan.10

c. Penyajian data (display data)

Penyajian data dilakukan secara sistematis dengan mengembangkan

hasil yang telah diperoleh. Sehingga dapat terlihat gambaran

keseluruhan data untuk diambil kesimpulan. Penyajian data dapat

dibuat dalam bentuk grafik, matriks, network atau chart dan tabel.

Dalam penelitian ini penyajian data yang digunakan adalah dalam

bentuk tabel yang bersifat naratif.

d. Penarikan kesimpulan

Data yang telah terkumpul dan terangkum yang disajikan dalam

bentuk narasi, kemudian penulis menganalisa atau menarik

kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dirumuskan pada tahap

awal dan memberikan beberapa saran di BAB selanjutnya.

9

Lexy J. Moleong. Metode penelitian kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 248.

10

(32)

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai

dari Bab I sampai Bab V dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bab ini memuat teori – teori yang berasal dari kajian kepustakaan yang

berkaitan dengan gambaran mendetil mengenai Informasi dan Perilaku Informasi.

BAB III PROFIL DPR RI DAN PUSAT PENGKAJIAN PENGOLAHAN

DATA & INFORMASI (P3DI)

Pada bab ini akan membahas tentang DPR RI, P3DI dan 2 (dua) bidang dari 4

(empat) bidang yang ada di P3DI yaitu; Bidang Perpustakaan dan Bidang Pengkajian

dan Analisa yang diliputi oleh Politik Dalam Negeri, hukum, Hubungan International,

(33)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini meliputi pembahasan analisis hasil penelitian dari perilaku pencarian

informasi anggota DPR RI dari kalangan artis dan hambatan yang dihadapinya

dalam memenuhi kebutuhan informasi di P3DI khususnya bidang pengkajian dan

analisa dan bidang perpustakaan.

BAB V PENUTUP

Bab ini terdiri dari beberapa kesimpulan penulis dari hasil penelitian tentang

apa saja perilaku pencarian informasi (Information Seeking Behavior) Anggota DPR

RI dari kalangan artis periode 2010 – 2014 di P3DI khususnya bidang pengkajian dan

analisa dan bidang perpustakaan. Dan ditutup dengan beberapa saran yang Insya

Allah membangun untuk kemajuan DPR RI. Sehingga beberapa kesimpulan dan

saran ini dapat menjadi pertimbangan serta dapat menambah khazanah perkembangan

(34)

16

Pada bab ini akan diuraikan tentang informasi dan hal-hal lainnya yang

berhubungan dengan informasi, diantaranya: lembaga informasi, pekerja informasi,

dan pengguna. Untuk lembaga informasi tentunya menggambarkan unit-unit yang

berada di P3DI, sedangkan pekerja informasinya juga yang berhubungan dengan

unit-unit yang menaunginya dan penjelasan mengenai pengguna. Dalam bab ini diuraikan

pula mengenai perilaku informasi (information behavior) yang disajikan ke dalam

beberapa kegiatan informasi yaitu aktivitas kebutuhan informasi, aktivitas pencarian

informasi, hambatan dalam pencarian informasi, serta aktivitas penggunaan

informasi.

A. Informasi

Sehari-hari manusia hidup berdampingan dengan informasi, baik anak-anak

sampai orang tua. Informasi itu lahir dari suatu peristiwa yang buruk/baik,

benar/salah, kenyataan/kebohongan, fakta/mitos, penting/tidak penting, lama/baru,

dll. Kelahiran informasi itu ada yang sempat terekam atau musnah tak berjejak.

Terjadinya ledakan informasi ini bersumber dari informasi yang terekam baik yang

diolah maupun dibiarkan begitu saja oleh lembaga informasi dan internet. Namun,

(35)

Seringkali informasi dipandang sebagai “sumber”. kecenderungan ini secara

tidak langsung menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang terletak di

dokumen, sistem informasi atau “artifacts” benda kecerdasan buatan manusia lainnya.

Informasi diasumsikan konstan, tidak berubah. Itu artinya informasi adalah wakil di

dalam “artifacts”. Komplitnya informasi bukan sebagai objek, tetapi hasil dari

tafsiran subjek. Tafsiran itu melalui gagasan, aksi dan perasaan.1

Informasi menurut Gordon B. Davis dalam Soejono Trimo adalah “data yang

telah diproses ke dalam suatu bentuk yang memberikan arti kepada yang

menerimanya dan mengandung nilai-nilai yang benar-benar tampak bagi pengambil

putusan-putusan pada masa kini maupun yang akan datang,”2 sedangkan menurut

George R. Terry “information is meaningful data that conveys usable knowledge.”3

(Informasi adalah data penting yang memberikan pengetahuan yang berguna).

Kedua-duanya mengartikan informasi itu adalah data. Namun, apakah hanya sebatas itu?

Heartsill Young dalam ALA Glossary of Information Science mendefinisikan

informasi adalah semua ide, fakta dan karya-karya imajinatif dari hasil pikiran yang

telah dikomunikasikan, direkam, diterbitkan dan disebarkan secara formal maupun

informal dalam berbagai format.4

1

Chun Wei Choo, et.al. Web work: information seeking and knowledge work on the world Wide Web

(London: Kluwer, 2000), h. 3.

2

Soejono Trimo. Dari Dokumentasi ke Sistem Informasi Manajemen (Bandung : Remaja Karya,

1987), h. 2.

3

George R. Terry. Office Management and Control (Illinois : Homewood, 1962), h. 21. 4

(36)

Dengan mencermati beberapa pengertian informasi tersebut di atas, maka

informasi adalah masukan data (pesan, kabar, keterangan, berita) dengan berbagai

bentuk (cahaya, suara, gambar, isyarat, gerak, tulisan.) dari hasil gagasan, aksi dan

perasaan yang dikomunikasikan mempunyai arti untuk suatu kepentingan. Informasi

ini akan menjadi kearifan manakala diproses melalui berbagai cara dari hasil suatu

peristiwa, sebagaimana rangkaian informasi5 berikut:

Kearifan

Pengetahuan

Informasi

Diproses secara kognisi (akal Pemikiran)

_____________________________________________________________

Berdasarkan data Segmen

Data

Simbol

Peristiwa

5

Sulistyo-Basuki, dkk. Perpustakaan dan Informasi dalam konteks budaya (Depok: Departemen Ilmu

(37)

Informasi ini mencakup 4 kategori (symbol) untuk dikomunikasikan yaitu

numeric (angka), audio (suara), teks (tulisan) dan citra (gambar) dan[/atau] santir

(image).6 Adapula yang menambahkannya dengan Citra/image yang bergerak.

Utamanya fungsi informasi adalah “to increase the knowledge or to reduce

the uncertainty of the users.”7 Di samping untuk meningkatkan pengetahuan atau

pemahaman, Informasi juga dapat digunakan untuk mengurangi

ketidakpastian/ketidaktahuan dari tugas/beban yang dialami makhluk hidup/manusia,

bahkan kadang menambah bingung pemakainya tanpa adanya

pembimbing/konsultan-konsultan/penyedia informasi yang akan menyampaikan nilai

suatu informasi itu. Informasi mempunyai sedikitnya 10 nilai8 yaitu: 1). Kemudahan

dalam memperoleh, 2). sifat luas dan lengkapnya, 3). ketelitian, 4). keluwesan, 5).

objektif, 6). kecocokan, 7). ketepatan waktu, 8). kejelasan, 9). bias tidak dibuktikan,

dan 10). dapat diukur.

Keobjektifan suatu informasi meningkat bila informasi itu tidak bias sehingga

dapat dibuktikan, dan yakin kebenarannya dapat diukur. Informasi harus tepat waktu,

sesuai dengan maksud penggunanya. Informasi juga harus luas dan lengkap, sehingga

pihak-pihak tepat yang menerima dapat dengan mudah memilih yang cocok melalui

ketelitian dan keluwesannya. Yang terpenting dalam memberikan suatu Informasi

haruslah sejelas-jelasnya, yaitu dapat dimengerti oleh penerimanya.

6

Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 3. 7

Aa Kosasih. Jasa Informasi Pada Perpustakaan. Artikel diakses pada 14 Januari 2011 dari aakosasih_library@yahoo.com h. 4

8

(38)

Memahami konsep nilai informasi sangat penting bagi dunia perpustakaan

(lembaga informasi) sebab dengan memahaminya akan bisa diketahui dengan pasti

jenis dan tingkat kebutuhan masyarakat (pemustaka) akan informasi tersebut.9

Dengan ukuran nilai ini dapat dijadikan indikator evaluasi kepuasan

pengguna. Dari hasil identifikasi akan terlihat suatu perbandingan apa yang

dibutuhkan dengan apa yang diperolehnya. Antara harapan sebelumnya dengan

informasi yang dirasakan setelah pemakaian.

B.Lembaga, Pekerja dan Pengguna Informasi

Dalam hubungan sosial biasanya ada interaksi antara manusia satu dengan

yang lainnya. Interaksi ini terjadi karena adanya hubungan timbal balik yang saling

menguntungkan dalam suatu lingkungan. Salah satunya interaksi yang terjadi di

lembaga informasi antara pekerja informasi dan pengguna informasi. Dalam istilah

temu kembali disebut proses interaksi temu kembali antara perantara (lembaga,

manusia dan sistem) dengan pengguna. Berikut ini keterangannya:

1. Lembaga/Unit Informasi

Dari berbagai literatur dan praktiknya lebih banyak nama yang digunakan

untuk lembaga informasi. Namun, sedikitnya ada enam lembaga informasi yang

sering digunakan di Indonesia, khususnya P3DI. Untuk mengetahui lebih jelasnya

tentang badan/lembaga pengelolaan informasi, berikut ini definisinya:

9

(39)

Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, tercetak dan

terekam, secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan

intelektualitas para penggunanya untuk keperluan pendidikan, penelitian, pelestarian,

informasi, dan rekreasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.10 Perpustakaan dibagi

lagi, ada perpustakaan umum, perpustakaan keliling, perpustakaan sekolah,

perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan khusus (seperti, Perpustakaan DPR

RI), serta berkembang pula perpustakaan tempat ibadah, perpustakaan komunitas dan

perpustakaan pribadi atau keluarga serta taman/rumah baca. Biasanya pekerja

informasinya disebut pustakawan.

Pada hakikatnya pekerjaan pustakawan ini menyediakan informasi yang

terdapat dalam berbagai media, jenis dan bentuk. Oleh karena itu, pustakawan disebut

pula sebagai pekerja informasi (information workers). Sebutan lain bagi pustakawan

antara lain ahli dokumentasi (documentalist), ahli informasi (information specialists),

manajer informasi (information managers), manajer pengetahuan (knowledge

managers), pialang informasi (information broker) dan lain sebagainya11.

Pusat/depot arsip adalah (1) tempat (gedung, ruangan, tempat penyimpanan)

di mana bahan kearsipan disimpan. (2) sebuah organisasi atau bagian dari sebuah

organisasi dengan fungsi utama memilih dan mengupayakan agar arsip dapat

digunakan. Ada 2 jenis yaitu (a) collecting archives atau arsip pengumpul, merupakan

10Asrorun Ni’am Shole

h. Perpustakaan jendela peradaban: teks, konteks, dan dinamika pembahasan Undang-undang tentang perpustakaan (Jakarta: eLSAS, 2008), h. 137-138.

11

Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode

(40)

sebuah organisasi yang memiliki fungsi utama pengumpulan rekod berbagai jenis

organisasi, keluarga, dan perorangan. Arsip pengumpul seringkali dikenal sebagai

perpustakaan manuskrip atau depot manuskrip. (b) in-house archives (arsip

ing-griya), merupakan bagian badan korporasi yang bertugas mengumpulkan arsip badan

korporasi. Arsip ing-griya biasanya membatasi materi yang dihasilkan oleh badan

induknya atau badan korporasi yang bersangkutan atau badan atau orang lain yang

erat kaitannya.12 Biasanya pekerja informasinya disebut arsiparis.

Pusat dokumentasi adalah tempat menyimpan dokumen, lazimnya dokumen

yang berbentuk bukan buku, untuk dikelola, diberi anotasi dan indeks dengan tujuan

utama adalah distribusi. Tugas pusat dokumentasi lainnya ialah mempersiapkan

bibliografi.13 Contoh: Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah LIPI, Pusat Dokumentasi

P3DI. Biasanya pekerja informasinya disebut dokumentalis

Pusat analisa informasi adalah pusat yang mengerjakan indeks, sari

karangan atau abstrak, terjemahan, tinjauan literatur (review, sintesa, menilai

informasi, menilai data dalam suatu bidang khusus yang diolah menurut tingkat

keperluan. Contoh: Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI, Centre

for Strategic and International Studies (CSIS).14 Biasanya pekerja informasinya

disebut pengkaji/analisator informasi.

12

Sulistyo-Basuki. Kamus istilah kearsipan (Yogyakarta: Kanisius, 2005), h. 22-23. 13

Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan; 1-6, PUST 2256/2SKS

(Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1996), h. 4.

14

(41)

Pusat informasi adalah suatu pusat yang bertugas memberikan informasi

yang diolah dari sumber lain mengenai suatu bidang khusus. Contoh: Pusat Informasi

Pertanian, Pusat Informasi Pariwisata, Pusat Informasi Penyakit Menular.15 Biasanya

pekerja informasinya disebut spesialis subjek/informasi atau pengamat.

Bank data biasanya berkaitan dengan bidang yang luas, seperti: kedokteran,

tata kota dan sejenisnya. Bank data menggunakan metode yang sistematis untuk

menyarikan data mentah dari kumpulan data serta literatur yang relevan, kemudian

disusun dalam berkas berstruktur, sehingga siap untuk menjawab pertanyaan. Contoh:

Bank Data Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berisi data: sekolah, murid,

lokasi gedung.16 Biasanya pekerja informasinya disebut ahli informasi.

Sesuai dengan perkembangan jaman, maka kepustakawanan pun kemudian

melahirkan praktik-praktik baru di bidang informasi. Walaupun nama yang

digunakan berbeda-beda (pusat dokumentasi, pusat informasi, clearing house, data

bank, pusat data, dsb.), namun pada intinya lembaga-lembaga ini melakukan

pekerjaan yang sama.

15

Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan Ibid. h. 4. 16

(42)

Dalam kaitannya dengan unit informasi ini, Sulistyo-Basuki membedakannya

menjadi tiga jenis kegiatan informasi yang berkaitan17 yaitu:

1. Simpan dan penyediaan dokumen primer, dilakukan antara lain oleh arsip,

perpustakaan, serta pusat pemberitaan.

2. Deskripsi isi dokumen serta penyebarannya, pemberian kode informasi,

beserta sumbernya. Lazim dilakukan oleh dokumentasi.

3. Menjawab pertanyaan dengan memberikan informasi yang tersedia,

evaluasi, dan transformasi informasi. Dilakukan oleh pusat informasi.

Intinya lembaga informasi adalah suatu sistem terpadu dalam bidang penyedia

jasa informasi khusus maupun umum yang bertugas menyimpan, mengolah dan

menyediakan serta menyebarluaskan referensi, baik yang berdiri sendiri maupun

menjadi bagian badan induknya untuk keperluan masyarakat pemakai.

2. Pekerja/Petugas Informasi

Ketersediaan informasi yang sekarang makin banyak dalam segala peristiwa,

menuntut lembaga informasi mengelola melalui pekerja informasinya sesuai dengan

spesialisasi tugasnya agar bisa ditemukan kembali oleh para penggunanya, misalnya:

1. Bibliografer.

2. Pengindeks.

3. Abstraktor

17

(43)

Untuk itulah pekerjaan informasi ada sebagai profesi tunggal mengolah

dokumen dan informasi, namun sangatlah bermacam-macam ciri-ciri khusus dan

kekhasannya sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Sulistyo-Basuki

menamakan pekerjaan dalam bidang informasi yang disebut spesialis informasi.

Adapun beberapa tugasnya secara umum yakni18:

1. Mengolah dokumen dan informasi,

2. Melayani dan memberikan jasa pada pemakai atau nasabah,

3. Memenuhi kebutuhan, dengan bekerja efisien, dengan pikiran teratur dan

metodis serta perasaan berorganisasi dan imaginasi.

Intinya setiap spesialis informasi melakukan tugas yang hampir sama dengan

tugas pokoknya menyediakan informasi kepada pengguna/pemakai sesuai kebutuhan

jenis lembaga informasinya dan/atau lembaga induknya.

3. Pengguna Informasi

Sementara itu berbagai istilah sering disebutkan dalam kaitannya dengan

pengguna unit informasi, namun tidak menutup kemungkinan istilah ini juga

digunakan pada unit informasi lainnya. Adakalanya pengguna sebagai produsen,

nasabah sistem informasi, agen, pialang informasi,19 pemakai, pemustaka, anggota,

pembaca, konsumen, klien, patron, pelanggan, mitra dan bahkan konsultan. Lebih

jelasnya tentang pengguna berikut ini penjabarannya.

18

Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi. Ibid. h. 241. 19

(44)

1. Anggota, yakni mereka yang telah menjadi anggota unit informasi. Pada

masing-masing unit informasi mempunyai aturannya tersendiri siapa saja

yang berhak menjadi anggotanya. Sehingga perlu adanya syarat-syarat yang

harus dipenuhi apabila ingin menjadi anggota.

2. Pembaca, yakni mereka yang menikmati layanan membaca, Sedangkan

Penelusur, yakni mereka yang menikmati layanan penelusuran. Mereka ini

baik anggota maupun bukan anggota yang menggunakan layanan dengan cara

dibaca/menelusur.

3. Konsumen, yakni menganggap pengguna sebagai konsumen jasa yang telah

menggunakan suatu layanan yang tersedia. Dalam hal ini hubungan

perpustakaan/unit informasi dengan penggunanya sudah seperti hubungan

antara penjual dengan pembeli, sedangkan konsumen yang sering

menggunakan suatu layanan yang tersedia disebut pelanggan.

4. Klien, yakni memposisikan pengguna sebagai orang yang harus dilayani

haknya (misalnya pemenuhan kebutuhan informasi). Dalam hal ini hubungan

unit informasi dengan penggunanya sudah seperti hubungan antara seorang

pengacara (ahli hukum) dengan orang yang harus dibela (klien).

5. Patron, yakni lebih kepada orang-orang yang peduli dan ikut menyeponsori

perpustakaan/unit informasi, seperti pemerhati, Pembina dan penyantun.20

20

Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode

(45)

Pengguna dalam kaitannya dengan penggunaan unit informasi dibedakan

menjadi 2, sebagai berikut:

1. Pengguna potensial (potensial users) ialah pengguna yang ditargetkan, dan

seharusnya menjadi pengguna. Jenis pengguna potensial dibedakan lagi, yaitu:

a. Pengguna internal (internal users) ialah pengguna potensial atau yang telah

menjadi anggota perpustakaan [unit informasi].

b. Pengguna eksternal (eksternal users) ialah pengguna perpustakaan [unit

informasi] yang bukan menjadi target layanan.

2. Pengguna aktual (actual users) ialah mereka yang telah menggunakan

perpustakaan [unit informasi], baik pengguna aktual aktif maupun pengguna

aktual pasif. Berikut ini penjelasannya:

a. Pengguna aktual aktif ialah pengguna yang secara teratur (regular) berkunjung

dan memanfaatkan perpustakaan [unit informasi].

b. Pengguna aktual pasif ialah pengguna yang menggunakan perpustakaan [unit

informasi] ketika ada kebutuhan atau mendapatkan tugas baik dari guru, dosen

atau pihak lainnya. 21

Jadi, pengguna memiliki banyak peran tidak hanya menjadi penikmat

informasi yang menerima dan/atau menggunakan informasi, tetapi kini di era

informasi pengguna terkadang pula sebagai penyedia informasi. Hal ini tergantung

dari aktivitas yang sedang ditekuni khususnya pada kegiatan unit informasi. Itulah

sebagian peranan manusia sebagai pengguna yang berhubungan dengan informasi.

21

Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode

(46)

Kenapa peneliti tidak menggunakan istilah pemustaka karena dalam penelitian ini

peneliti tidak hanya membahas tentang perpustakaan, tapi membahas juga mengenai

pusat informasi yang diwakili dengan 5 bidang kajian yang ada di P3DI. Untuk

menyamakan persepsi dan dikaitkan dengan pembahasan selanjutnya peneliti akan

terus menggunakan istilah pengguna dan bukan pemustaka/pemakai.

C.Perilaku Informasi

Perilaku dalam bahasa Inggris disebut dengan behavior yang artinya

kelakuan, tindak tanduk, jalan.22 Sedangkan pemaknaan perilaku dalam bahasa

Indonesia berasal dari 2 suku kata, peri dan laku; peri yang artinya sekeliling, dekat,

melingkup.23 Dan laku artinya perbuatan, tindak tanduk.24

Selama ini ada kata perilaku selalu disingkat menjadi prilaku (tidak

menggunakan huruf “e”). Adapula yang mengatakan/menulis peri laku, peri-laku.

Sesuai pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan untuk tetap

menggunakan kata “perilaku”. Karena kata “peri” sebagai gabungan kata ditulis

serangkai dengan unsur berikutnya “laku”, yang berupa kata dasar25.

22

John M. Echol et al. Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 80. 23

[Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa]. Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang

disempurnakan. (Bandung: Pustaka Setia, 1996), h. 91. 24

Daryanto. Kamus Bahasa Indonesia lengkap (Surabaya: Apollo, t.t.), h. 384. 25

Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa. Ejaan dalam bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen

(47)

Menurut Notoatmodjo perilaku yaitu reaksi psikis seseorang terhadap

lingkungannya yang pada dasarnya dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Bloom

membedakan menjadi 3 macam bentuk perilaku yaitu cognitive, affektive dan

psikomotor. Ahli lain menyebut pengetahuan, sikap dan tindakan. Ki Hajar

Dewantoro menyebutnya: cipta, rasa, karsa atau peri akal, peri rasa dan peri tindak.26

Sedangkan, Chun Wei Choo, Brian Detlor dan Don Turnbull membagi menjadi 3,

yakni cognitive, affective, dan situasional.27

Domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom memiliki pengertian

sebagai berikut:

1. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya.

2. Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.

3. Tindakan atau praktek ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam

bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang

telah dimiliki.28

26

Sukidjo Notoatmodjo. Metodologi pendidikan dan pengajaran (Jakarta: BPKM FKMUI, 1980), h. 9.

27

Chun Wei Choo, et. al. Web work: information seeking and knowledge work on the world wide web (London: Kluwer, 2000), h. 3.

28

(48)

Selain itu, Skinner dalam David S. Gochman juga memaparkan definisi

perilaku sebagai hasil hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respon

(tanggapan).29 Menurut Branca, Perilaku pada manusia dapat dibedakan antara

perilaku yang refleksif dan perilaku yang non-refleksif.

1. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan

terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut, misalnya kedip mata bila

kena sinar.

2. Perilaku yang non-refleksif merupakan perilaku yang dikendalikan atau diatur

oleh pusat kesadaran atau otak. Proses yang terjadi di dalam otak atau pusat

kesadaran ini disebut proses psikologi30

Perilaku yang dibahas pada penelitian ini adalah perilaku psikologi,

khususnya perilaku informasi yang dipelajari dalam ilmu perpustakaan dan/atau

informasi. Pembahasan mengenai perilaku biasanya selalu berdampingan dengan

informasi dan dikaitkan dengan kajian pemakai. Menurut Sulistyo Basuki Kajian

pemakai biasanya memiliki 3 tujuan komprehensif yaitu:

1. Analisis kebutuhan

2. Analisis perilaku informasi

3. Analisis motivasi dan sikap

29

David S. Gochman. Handbook of Health Behavior Research: Relevance for Professionals and Issues

for the Future ([S.l]: Springer, 1997), h. 89-90. 30

(49)

Dijelaskan pula analisis ini menunjukkan bagaimana kebutuhan informasi

dipenuhi. Menjelaskan konteks jasa dan produk yang disajikan, menjelaskan kondisi

yang harus dihadapi, serta menunjukkan tipe persiapan dan/atau pelatihan untuk

pemakai. 31

Perilaku yang dibahas pada penelitian ini adalah perilaku psikologi,

khususnya perilaku informasi yang dipelajari dalam ilmu perpustakaan dan/atau

informasi. Secara umum metode kajian pemakai untuk pengukuran perilaku

merupakan metode psikologi sosial. Alat yang digunakan biasanya adalah kuesioner,

wawancara terstruktur, kumpulan data dari catatan unit peminjaman, observasi

perilaku, kajian terhadap catatan harian yang berkaitan dengan kegiatan informasi

dalam kurun waktu tertentu, analisis dokumen yang dihasilkan oleh pemakai,

dokumen administrasi, wawancara tidak terstruktur, kajian kasus komplek, serta uji

coba terhadap produk baru.32 Maka perilaku informasi dapat diungkap dengan

berbagai metode yang ada, baik secara kuantitatif dan kualitatif, maupun gabungan

keduanya. Namun dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada metode

kualitatif.

Wilson sebagai salah satu tokoh di bidang perilaku informasi menyajikan

beberapa definisi, yaitu:

31

Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 204-205. 32

(50)

Perilaku informasi (information behavior) yang merupakan keseluruhan

perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku

pencarian dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif.

Menonton TV dapat dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunikasi

antar-muka.

Perilaku penemuan informasi (information seeking behavior) merupakan

upaya untuk menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya

kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Perilaku pencarian informasi (information searching behavior) merupakan

perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang ketika

berinteraksi dengan sistem informasi.

Perilaku pengguna informasi (information user behavior) terdiri dari

tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan seseorang ketika

menggabungkan informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan yang sudah

dimiliki sebelumnya. 33

Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan tentang perilaku informasi yang

dibagi-bagi menjadi kegiatan-kegiatan informasi yaitu aktivitas kebutuhan informasi,

aktivitas pencarian informasi, hambatan dalam pencarian informasi, serta aktivitas

penggunaan informasi.

33

(51)

1. Aktivitas Kebutuhan Informasi

Tidak ada yang tak membutuhkan informasi, termasuk artis yang menjadi

anggota DPR. Tentunya kebutuhan saat menjadi artis sangat jauh berbeda dengan

kebutuhan anggota DPR. Walaupun sama-sama untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat banyak.

Menurut Kuhlthau dalam Saraszwave, munculnya kesenjangan dalam diri

seseorang tersebut akhirnya mendorong orang untuk mencari informasi guna

mengatasi permasalahan yang dihadapinya.34

Kebutuhan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan

kekurangan atau keinginan sesuatu, atau keinginan perwujudan tindakan tertentu.

Istilah kebutuhan hampir sama dengan istilah keinginan, permintaan dan

keperluan.

- Kebutuhan apa yang seseorang harus miliki,

- Keinginan apa yang seseorang ingin miliki,

- Permintaan apa yang seseorang minta,

- Keperluan mencakup kebutuhan, keinginan dan tuntutan.35

34

[Saraszwave]. “Pengaruh Five Traits Personality dengan Perilaku Penemuan Informasi Individu,”

artikel diakses pada 16 Desember 2010 dari

http://saraszwave.wordpress.com/2009/05/09/pengaruh-five-traits-personality-dengan-perilaku-penemuan-informasi-individu/

35

Yulianah. Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling Kota Administrasi

(52)

Green seperti yang dikutip oleh Laloo, menemukan unsur yang jelas untuk

membedakan antara kebutuhan dan keinginan atau tuntutan, yaitu tidak

pentingnya kesadaran pribadi akan kebutuhan. Kebanyakan orang seringkali

membutuhkan sesuatu tanpa menyadari kebutuhannya itu sendiri. Adanya banyak

keinginan dalam benak seseorang/sekelompok orang, tetapi sesungguhnya tidak

semua keinginan tersebut merupakan kebutuhan yang menjadi permintaan dan

keperluan yang harus dipenuhi.36

Wersig mengajukan suatu teori yang menyatakan bahwa kebutuhan

informasi didorong oleh apa yang dinamakan sebagai problematik situation, yaitu

suatu situasi yang terjadi pada manusia yang dirasakan tidak memadai untuk

mencapai suatu tujuan tertentu dalam hidupnya. Situasi yang tidak memadai ini

menyebabkan seseorang merasa harus memperoleh masukan (input) dari

sumber-sumber di luar dirinya (external resources). Sementara itu, Belkin mengajukan

suatu istilah anomalous state of knowledge sebagai penyebab dari terdorongnya

orang untuk mencari informasi. Menurut Belkin, jika seseorang datang ke suatu

sistem informasi untuk meminta informasi, maka dapat dipastikan bahwa orang

tersebut merasa bahwa tingkat pengetahuannya (state of knowledge) tidak cukup

untuk menghadapi suatu situasi tertentu pada saat itu. Telah terjadi anomali atau

36

Yulianah. Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling Kota Administrasi.

(53)

ketidakpastian dalam diri orang tersebut. Untuk menghilangkan anomali ini,

orang tersebut mencari informasi yang dapat menghilangkan ketidakpastiannya.37

Stevenson menyebutkan kebutuhan informasi adalah keinginan dari

sebuah kelompok pemakaian informasi pada subjek-subjek tertentu.38 Sementara

itu, dalam konteks ilmu informasi, kebutuhan informasi diartikan sebagai sesuatu

yang lambat laun muncul dari kesadaran yang samar-samar mengenai sesuatu

yang hilang dan pada tahap berikutnya menjadi keinginan untuk mengetahui

tempat informasi yang akan memberikan kontribusi pada pemahaman akan

makna.39

Banyak kebutuhan yang bisa dikemukakan, sebagaimana diusulkan oleh

Katz, Gurevitch dan Haas yang dikutip oleh Yusuf, yaitu sebagai berikut:

a. Kebutuhan kognitif (cognitive needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan erat

dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi,

pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan

ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai

lingkungannya. Disamping itu, kebutuhan ini juga dapat memberikan

kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.

37

Putu Laxman Pendit. Makna informasi: potensi dan tantangan (Jakarta: Kesaint Blanc, 1992), h. 75-76.

38

Janet Stevenson, Dictionary of library and information management (Teddington, Midlesex: Peter Collin, 1997), h. 71.

39

(54)

b. Kebutuhan afektif (affective needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan

dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan dan

pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media, baik media cetak maupun media

elektronik, sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan.

c. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs), yaitu

kebutuhan yang sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas,

kepercayaan, stabilitas dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini

berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

d. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs), yaitu kebutuhan

yang dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman dan

orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk

bergabung atau berkelompok dengan orang lain.

e. Kebutuhan berkhayal (escapist needs), yaitu kebutuhan individu dikaitkan

dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan diri,

melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan

(diversion).40

Lebih lanjut Katz, Gurevitch dan Haas juga menemukan dalam

penelitiannya bahwa orang yang tingkat pendidikannya tinggi lebih banyak

mempunyai kebutuhan dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah.

Ini berarti bahwa orang yang mempunyai tingkat pendidikan relatif tinggi, seperti

guru, dosen dan peneliti, misalnya, lebih banyak mempunyai kebutuhan akan

40

(55)

sesuatu yang bisa memuaskannya, dan lebih banyak mempunyai tujuan yang

berkaitan dengan permasalahan kehidupannya daripada orang-orang pada

umumnya.41

Sementara itu, Wilson dalam Wijayanti menjelaskan bahwa kebutuhan

akan informasi seseorang didorong oleh kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis,

afektif dan kognitif. Ketiga kategori kebutuhan manusia menurut Wilson

dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis meliputi : makan, minum, tempat tinggal dan lain

sebagainya.

b. Kebutuhan emosional atau afeksi, seperti : kebutuhan untuk mendominasi,

kebutuhan untuk mencapai cita-cita.

c. Kebutuhan kognitif, seperti : kebutuhan untuk mempelajari

keterampilan-keterampilan tertentu.42

Kebutuhan informasi seseorang tergantung pada pekerjaan, apa tujuan

mereka menggunakan informasi, usia, kecakapan, kedudukan professional dan

karakteristik lainnya.43 Senada dengan Atherton, panen juga menyatakan bahwa

faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan

41

Pawit M. Yusuf, Pedoman mencari sumber informasi Ibid. h. 4. 42

Lucky Wijayanti, Perilaku pencarian informasi staf pengajar Fakultas Sastra UI dalam melakukan

penelitian (Depok: [Tesis PSIP-PPFSUI], 2001). 43

(56)

pemakai, termasuk kegiatan profesi, pekerjaan atau subjek yang diamati,

kebiasaan dan lingkungan pekerjaan.44

Sementara itu, Chen dan Hernon serta Latham dalam Mangindaan

menjelaskan secara lebih rinci, bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi

kebutuhan informasi adalah : a. Karakteristik pemakai : pengalaman; usia; latar

belakang pendidikan dan cara berpikir, b. Faktor minat seseorang, c. Faktor

pekerjaan dan profesi, d. Faktor koleksi, e. Faktor kesukaran dan sistem

pelayanan informasi; akses terhadap layanan informasi dan variasi sumber

informasi yang ada di lingkungan pemakai informasi.45

Menurut Hanson, kebutuhan informasinya berhubungan dengan kegiatan

penting yang harus dilakukannya46 adalah:

a. Keeping up to date, yaitu untuk tetap mengikuti perkembangan terbaru

dalam bidangnya.

b. Retrospective searching, yaitu untuk melakukan penelusuran surut.

Ini menunjukkan bahwa ada beberapa kegiatan penting yang perlu

dilakukan oleh anggota dewan. Dalam kegiatan yang dilakukan tersebut, anggota

dewan membutuhkan informasi dengan kegiatannya sebagai legislatif yang

sedang dilakukannya.

44

Paulina Pannen, A study in information seeking and use behaviors of resident students and non resident student in Indonesia tertiary education ([S.l]: [Disertasi the School of Education at Syracuse University], 1990), h. 33.

45

Christina Mangindaan dkk., Perilaku informasi dosen dalam proses penelitian [laporan penelitian], (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 28.

46

Gambar

TABEL  ..........................................................................................................
Tabel 2. INFORMATION SEARCH PROCESS (Proses Pencarian Informasi)
tabel tersebut berisi tugas-tugas yang diberikan oleh Kuhltau terhadap responden
GAMBARAN UMUM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: “Apakah elemen ekuitas merek yang terdiri dari kesadaran merek, kesan kualitas,

AJBS menyangkut antara lain: masalah sumber daya manusia, keamanan fisik dan lingkungan, operasional sistem informasi, kontrol akses, dan kejadian-kejadian yang

278 7P0282 Rizkita Kusumaningtyas MTsN Pare Kediri - Seleksi Kompetisi Deltasari. 279 7P0257 Rofif Tyo Zaidan Fajar SMPN

Wanprestasi ini tidaklah bisa dianggap selesai begitu saja dikarenakan sudah dibuatnya polis asuransi yang sudah disepakai oleh kedua belah pihak.Wanprestasi ini

a) Pelayanan retur yang cepat. Retur diakibatkan adanya produk yang rusak atau tidak sesuai harapan kostumer. Dengan hal ini, pembeli mengembalikan/meretur

Dengan menggunakan periode Januari 2011 sampai Januari 2013 dan cara Paired sample t-test untuk data normal diperoleh dengan menggunakan α 0,05 maka hasil bahwa tidak ada

Sorban bagi santri ponpes Nurul Ummah sebenarnya masih sangat jarang penggunaanya, tetapi pada akhir 2015 penggunaan sorban oleh santri ponpes Nurul Ummah