• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DALAM... i. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... ii. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DALAM... i. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... ii. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 7

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 8 1.5 Tujuan Penelitian ... 11 1.5.1 Tujuan umum ... 11 1.5.2 Tujuan khusus ... 11 1.6 Manfaat Penelitian ... 11 1.6.1 Manfaat teoritis ... 11 1.6.2 Manfaat praktis ... 12

(2)

x 1.7 Landasan teoritis ... 12 1.8 Metode Penelitian ... 18 1.8.1 Jenis penelitian ... 18 1.8.2 Jenis pendekatan ... 19 1.8.3 Sifat Penelitian ... 20

1.8.4Data dan sumber data ... 20

1.8.5 Teknik pengumpulan data ... 22

1.8.6 Teknik pengelolaan dan analisis data ... 24

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN ASURANSI DAN WANPRESTASI 2.1 Wanprestasi ... 25

2.1.1 Pengertian wanprestasi ... 25

2.1.2 Bentuk-bentuk wanprestasi ... 27

2.1.3 Akibat hukum wanprestasi ... 29

2.2 PerjanjianAsuransi ... 31

2.2.1 Pengertian perjanjian ... 31

2.2.2 Pengertianperjanjianasuransi ... 33

2.2.3Pengertian asuransi kerugian ... 34

2.2.4Syarat sahnya perjanjian asuransi ... 39

2.2.5Pengertian perusahaan asuransi ... 42

2.2.6Tujuan asuransi ... 43

(3)

xi

2.2.8Hubungan hukum para pihak dalam perjanjian asuransi ... 49

BAB III. PROSES DAN HUBUNGAN PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KERUGIAN PADA PT. JASARAHARJA PUTERA 3.1 Perjanjian Asuransi Kerugian di PT. Jasaraharja Putera ... 51

3.2 Hubungan Para Pihak Dalam Perjanjian Asuransi Kerugian di PT. Jasaraharja Putera ... 54

BAB IV. PENYELESAIAN WANPRESTASI APABILA TERTANGGUNG MELAKUKAN WANPRESTASI TERHADAP POLIS YANG SUDAH DISEPAKATI 4.1 Penyelesaian Wanprestasi yang Dilakukan PT. Jasaraharja Putra jika Terjadi Wanprestasi Terhadap Polis Asuransi... 61

4.2 Akibat Hukum Wanprestasi yang Dilakukan oleh Tertanggung Terhadap Polis Asuransi yang Sudah Disepakati ... 66

BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 70 5.2 Saran-saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA ... 72 DAFTAR INFORMAN ... 75 LAMPIRAN

(4)

xii ABSTRAK

Dewasa ini, manusia dihadapkan olehrisiko-risiko yang mungkin akan terjadi di masa depan. Manusia pasti tidak ingin terjadi sesuatu yang merugikan dirinya, oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang dapat menanggung kerugian yang dialaminya dikemudian hari, oleh karena itu diperlukan asuransi.Asuransi dalam hal ini dikelola oleh perusahaan asuransi.Pembuatan asuransi dalam prakteknya tidaklah bisa dilakukan begitu saja namun harus melalui sebuah perjanjian antara keduabelah pihak yaitu tertanggung dan penanggung. Perjanjian asuransi terutama asuransi kerugian dalam prakteknya terkadang tidak berjalan dengan lancar dikarenakan adanya wanprestasi yang dilakukan oleh pihak tertanggung, oleh sebab itu perlu diketahui bagaimana pelaksanaan asuransi kerugian dan penyelesaian wanprestasi pada perusahaan asuransi kerugian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum empiris, yang dimana hukum dipandang sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati dalam kehidupan nyata. Dalam penelitian ini data dikelompokkan menjadi data primer yakni data yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu pada PT. Jasaraharja Putera, baik dari responden maupun informan, kemudian data sekunder yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan seperti Undang-Undang dan literatur hukum lain yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pelaksanaan perjanjian asuransi pada PT. Jasaraharja Putera diawali dengan pengisian formulir dan disertai data lengkap dari pemilik dan surat keterangan kepemilikan, kemudian dilakukan survey dan dibuatkan polis. Polis menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak, jika tertanggung melakukan wanprestasi maka akan mempengaruhi hak dari PT. Jasaraharja Putera oleh karena itu dilakukan penyelesaian dengan cara musyawarah mufakat yang berakhir pada pembatalan perjanjian dengan syarat tertangung harus membayar 20% dari jumlah premi yang harus dibayarkan.

(5)

xiii ABSTRACT

Today, people are confronted by the risks that might happen in the future. Humans definitely don’t want to involve losses themselves, therefore, needed something to bear the losses they experienced in the future, therefore they need an insurance. Insurance in this case managed by insurance companies. Making insurance in practice it is not able to do so free, but must go through an agreement between the two parties, namely the insured and the insurer. Insurance agreement mainly insurance in practice sometimes does not run smoothly due to the breach of contract committed by the insured party, and therefore need to know how the implementation and completion of breach of contract in insurance on insurance companies

The research method used in this research is the method of empirical legal research, which is where the law is seen as an empirical phenomenon that can be observed in real life. In this study, the data is grouped into primary data that is data obtained directly from the field both from respondents and informants, and secondary data obtained through library research such as the Law and other legal literature related to problems studied.

The results obtained from this study is the implementation of the insurance agreement at PT. Jasaraharja Putera begins with form filling and accompanied by the complete data of the owner and a certificate of ownership, then conducted surveys and made policy. Policy give rise to rights and obligations of the parties, if the insured are in breach of contract then it will affect the rights of PT. Jasaraharja Putera therefore made settlement by way of consensus which ended in cancellation of the agreement on condition insured have to pay 20% of the amount of premiums to be paid.

(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, kebutuhan manusia tidak hanya sebatas kebutuhan primer, sekunder dan tersier saja, akan tetapi manusia juga memerlukan perlindungan agar memiliki rasa aman dalam memenuhi dan menjaga kebutuhannya. Manusia tidak dapat mengetahui apa yang akan terjadi di kemudian hari, sehingga manusia selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan yang memiliki risiko. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang dialami, yang diakibatkan oleh bahaya yang mungkin terjadi, tetapi tidak diketahui lebih dahulu apakah akan terjadi atau kapan akan terjadi.1Risiko ini dapat berupa kecelakaan kendaraan bermotor yang menimbulkan korban jiwa atau korban yang mengalami luka-luka sehingga tidak dapat dihindari kendaraan yang di naikipun mengalami kehancuran atau kerusakan. Kendaraan ini memiliki nilai ekonomis yang ketika hancur atau rusak akan menimbulkan kerugian.

Manusia dalam menghindari risiko kerugian barang yang bernilai ekonomis memerlukan sesuatu yang dapat menjamin bahwa, jika terjadi kecelakaan atau musibah di kemudian hari tidak akan mengalami kerugian sebagaimana mestinya. Salah satu cara untuk menangani risiko tersebut adalah dengan adanya asuransi.

1

Radiks Purba, 1992, Memahami Asuransi Indonesia, Seri Umum No. 10, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, h. 29.

(7)

Risiko tersebut akan dialihkan kepada pihak lain yang mampu mengelola risiko tersebut. Pihak yang dimaksud adalah perusahaan asuransi.

Perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang menjalankan usahanya di bidang asuransi dengan jasa keuangan yang mengelola pengalihan risiko serta memberi perlingungan kepada masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan asuransi dengan memberikan premi, terhadap risiko kerugian yang mungkin terjadi di kemudian hari sebagai pihak penanggung.Premi adalah suatu prestasi dari pihak tertanggung kepada penanggung.Premi ini biasanya ditentukan dalam suatu presentase dari jumlah yang dipertanggungkan, di dalam persentase mana tercermin penilaian resiko dari penanggung. Penilaian atau penghargaan dari penanggung mengenai risiko ini, dapat berbeda-beda dari beberapa penanggung, akan tetapi selalu dikuasai oleh hukum penawaran dan permintaan.2

Pengalihan resiko dari seseorang kepada perusahaan asuransi tidak bisa dilakukan begitu saja.Sebelum dilakukannya pengalihan risiko harus ada perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak, baik hal yang menyangkut mengenai hak-hak dan kewajiban pihak tertanggung maupun penanggung yang menunjukan bahwa kedua belah pihak saling terikat dalam pemenuhan kewajibannya.Perjanjian asuransi merupakan perjanjian timbal balik, dimana dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disebut KUHD) menyatakan pihak tertanggung wajib

2

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1990, Hukum Pertanggungan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, h. 41.

(8)

membayarkan premi kepada penanggung dan penanggung wajib untuk mengganti kerugian yang diderita tertanggung jika terjadi suatu peristiwa yang tidak tentu. Perjanjian asuransi bersifat baku (adhesi) dimana perjanjian tersebut klausul-klausulnya sudah ditetapkan atau dirancang oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini pihak perusahaan asuransi.3Perjanjian Baku lebih tepat disebut dengan kontrak baku, sebab dibuat secara tertulis, disiapkan dengan seragam untuk banyak orang, lazimnya untuk satu proses perjanjian untuk satu prestasi. Pihak yang menyiapkan kontrak baku ini adalah pihak yang lebih kuat yang menyiapkan format dan isi kontrak terlebih dahulu dan pihak yang lain hanya perlu menyetujui prestasi yang ditawarkan tersebut.

Pernjanjian yang sudah ditentukan perusahaan asuransi ini akan diberikan kepada pihak tertanggung untuk dibaca, jika pihak tertanggung tidak setuju dengan isi perjanjian itu maka pihak tertanggung dapat membatalkan keinginannya untuk memakai jasa perusahaan tersebut, namun jika pihak tertanggung menyetujuinya maka pihak tertanggung boleh menandatangani perjanjian tersebut, sehingga ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Perjanjian ini akan menjadi bukti secara tertulis bahwa asuransi telah terjadi. Perjanjian yang sudah disepakati ini disebut dengan polis asuransi.

3

Ketut Artadi dan Nyoman Rai Asmara, 2010, Implementasi Ketentuan-Ketentuan Hukum Perjanjian Kedalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press, Bali, h. 37.

(9)

Kegiatan melakukan perjanjian asuransi yang dilakukan perusahaan asuransi dengan pihak tertanggung terkadang mengalami permasalahan, seperti pihak tertanggung yang melakukan wanprestasi terhadap perjanjian yang sudah disepakati kedua belah pihak dengan tidak membayarkan premi yang seharusnya menjadi prestasi yang diberikan dari tertanggung kepada penanggung.Wanprestasi ini pernah terjadi di perusahaan-perusahaan asuransi seperti perusahaan asuransi kerugian yang dalam penelitian ini diteliti pada perusahaan PT. Jasaraharja Putera Cabang Denpasar.

Ketika polis sudah dibuat dan telah disetujui oleh pihak penanggung dan tertanggung maka pihak tertanggung mempunyai kewajiban yakni membayarkan premi yang telah disepakati dalam polis terhadap barang yang akan diasuransikan oleh pihak tertanggung. Premi dalam asuransi kerugian yang dalam hal ini pada perusahaan asuransi kerugian PT. Jasaraharja Putera dibayarkan satu kali yang berlaku dalam satu tahun dan dapat diperpanjang di tahun berikutnya.Pembayaran premi dalam prakteknya terkadang menimbulkan kendala seperti ketika perjanjian sudah dibuat dan disepakati, pihak tertanggung tidak dapat membayarkan premi yang sudah menjadi kewajiban tertanggung untuk membayarnya sehingga terjadi wanprestasi. Pada awal persetujuan polis, persetujuan ini didasarkan atas dasar kepercayaan antara perusahaan asuransi dan pihak tertanggung dengan menyepakati waktu pembayaran premi setelah polis disepakati, namun dalam prakteknya terjadi keterlambatan dalam pembayaran premi tersebut yang melebihi waktu pembayaran premi yang sudah disepakati kedua belah pihak yang dikarenakan oleh satu dan lain

(10)

hal sehingga pada akhirnya pihak tertanggung memutuskan untuk tidak jadi memakai jasa perusahaan asuransi PT. Jasaraharja Putera.

Dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) dikatakan persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang- undang, berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali oleh kepentingan salah satu pihak saja dan harus disetujui oleh kedua belah pihak atau dikarenakan alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang, dan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Wanprestasi ini tidaklah bisa dianggap selesai begitu saja dikarenakan sudah dibuatnya polis asuransi yang sudah disepakai oleh kedua belah pihak.Wanprestasi ini menimbulkan permasalahan antara kedua belah pihak, baik perusahaan asuransi sebagai pihak penanggung maupun pemegang polis sebagai pihak tertanggung karena jika dilihat dari pihak penanggung, ketentuan-ketentuan sudah disepakati dan tertanggung harus membayar premi sebagai prestasi yang diberikan untuk pelimpahan risiko yang dilakukan oleh tertanggung sesuai dengan yang diperjanjikan, namun disisi lain yakni pihak tertanggung, tidak memilki uang untuk membayar premi tersebut yang dikarenakan oleh satu dan lain hal, seperti contoh anggota keluarga yang mendadak sakit yang menyebabkan dana yang seharusnya dipakai untuk membayar premi dipakai untuk membayar kepentingan lainnya.

Terjadinya wanprestasi dalam hal ini memerlukan suatu penyelesaian mengenai keberlanjutan polis asuransi yang telah disepakati tersebut.Pasal 54 ayat (1)

(11)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian mengatur mengenai cara mengatasi permasalahan jika terjadi sengketa antara perusahaan asuransi dengan pemegang polis atau tertanggung. Pasal ini menyatakan bahwa Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah wajib menjadi anggota lembaga mediasi yang berfungsi melakukan penyelesaian sengketa antara Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah dan Pemegang Polis, Tertanggung, Peserta, atau pihak lain yang berhak memperoleh manfaat asurarsi.Pasal 54 ayat (1) ini memungkinkan untuk penyelesaikan permasalahan ini dengan cara mediasi antara pihak perusahaan dengan pemegang polis atau tertanggung, namun pada prakteknya, jika tertanggung benar-benar tidak mampu untuk membayar premi maka pihak perusahaan asuransilah yang merasa dirugikan atas tindakan wanprestasi ini, sehingga memerlukan penyelesaian lainnya.

Upaya penyelesaian ini sangat perlu dilakukan untuk menjaga kepentingan antara kedua belah pihak supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan, sehingga permasalahan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tidak ada sengketa yang lebih lanjut di kemudian hari. Bedasarkan uraian latar belakang ini, maka saya tertarik membahas masalah ”PENYELESAIAN WANPRESTASITERHADAPPERJANJIAN ASURANSI KERUGIAN PADA PT. JASARAHARJA PUTERA CABANG DENPASAR”.

(12)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian asuransi kerugian pada PT. Jasaraharja Putera?

2. Bagaimanakah penyelesaian wanprestasi yang dilakukan PT. Jasaraharja Putera jika tertanggung tidak membayarkan premi sampai pada tenggang waktu yang disepakati?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah perlu ditentukan guna menghindari adanya pembahasan yang menyimpang dan keluar dari permasalahan sehingga pembahasan bisa diuraikan secara terarah dan sesuai pada pokok-pokok bahasan yang diinginkan. Adapun ruang lingkup masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Yang pertama akan membahas mengenai pelaksanaan perjanjian asuransi kerugian pada PT. Jasaraharja Putera.

2. Yang kedua akan membahas mengenai penyelesaian wanprestasi yang dilakukan PT. Jasaraharja Putera jika tertanggung tidak membayarkan premi sampai pada tenggang waktu yang disepakati.

(13)

1.4 Orisinalitas Penelitian

Bahwa memang benar penelitian ini dibuat oleh penulis sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sebelumnya penulis telah melakukan riset apakah terdapat penelitian dengan judul yang sama atau tidak. Akhirnya penulis menemukan beberapa judul yang sama mengenai perjanjian asuransi.

TABEL

SKRIPSI JUDUL RUMUSAN MASALAH

Wahyu Rishandi (mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah) Tahun 2012.

Akibat Hukum Tentang Tunggakan Pembayaran Premi dalam Perjanjian Asuransi Jiwa di Perusahaan Bumi Asih Cabang Padang Sidimpuan.

1. Kapankah lahirnya perjanjian asuransi antara seorang tertanggung dengan PihakAsuransi Jiwa Bumi Asih Distrik Padang Sidimpuan?

2. Apa akibat hukumannya apabila pihak tertanggung

menghentikan

pembayaran Premi sesuai dengan jumlah

(14)

tercantum dalam polis?

Frits John Patty, Fakultas

Hukum, Universitas Indonesia,Depok, 2012 Penerapan Asuransi Kerugian dalam Penyelesaian Masalah Pencemaran Lingkungan Hidup di Laut Akibat kecelakaan Kapal Sebagai Bentuk Tanggung Jawab Pemilik Kapal

1. Apakah tanggung jawab pemilik kapal

tanker dalam

pencemaran minyak di laut yang bersumber dari hukum nasional

dan hukum

internasional? 2. Bagaimanakah

prosedur perasuransian dapat ditempuh oleh perusahaan pemilik

kapal untuk

menyelesaikan ganti rugi atas pencemaran

(15)

minyak di laut akibat kecelakaan kapal? 3. Apakah penerapan dan

pertanggungan

asuransi kerugian dalam hal terjadinya

kecelakaan kapal

merupakan

penyelesaian yang paling efektif dalam

hal terjadinya

pencemaran

lingkungan hidup di laut ?

Penelitian-penelitian diatas memang sama-sama membahas mengenai perjanjian asuransi, namun disini penulis mengangkat tema dan rumusan masalah yang berbeda.Sehingga penelitian tentang penyelesaian wanprestasi terhadap perjanjian asuransi kerugian pada PT. Jasaraharja Putera Cabang Denpasar belum ada yang meneliti.

(16)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini ada dua yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum dan tujuan khusus tersebut yaitu:

1.5.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian asuransi kerugian pada PT. Jasaraharja Putera.

1.5.2 Tujuan khusus

Tujuan Khusus dari penulisan ini adalah untuk mengetahui penyelesaian wanprestasi yang dilakukan PT. Jasaraharja Putera jika tertanggung tidak membayarkan premi sampai pada tenggang waktu yang disepakati.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran kepada masyarakat yang ingin melakukan kegiatan asuransi terutama asuransi kerugian serta mengetahui prosedur dan hak dan kewajiban sebagai tertanggung dan penanggung dalam perjanjian asuransi kerugian sehingga masyarakat dapat mempertimbangkan dengan baik mengenai konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi. Penelitian ini kiranya dapat juga menyumbangkan pemikiran kepada mahasiswa fakultas hukum khususnya pada hukum bisnis mengenai

(17)

pelaksanaan perjanjian asuransi kerugian dan penyelesaian wanprestasi jika terjadi wanprestasi terhadap perjanjian asuransi.

1.6.2 Manfaat praktis

Secara praktis, penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para masyarakat yang ingin melakukan perjanjian asuransi agar mengetahui bagaimana penyelesaian perusahaan asuransi dalam mengatasi wanprestasi jika suatu hari terjadi penunggakan premi dalam asuransi kerugian.

1.7 Landasan Teoritis

Hukum asuransi dikenal juga dengan istilah hukum pertanggungan.4 Asuransi sudah diatur dalam peraturan perungang-undangan yaitu dalam Pasal 246 KUHD yang menjelaskan mengenai asuransi yaitu:

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, menyatakan bahwa:

Asuransi adalah perjanjianantara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dengan pemegang polis, yang menjadi dasar penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

4

Abdul R. Saliman, 2005, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, h. 181

(18)

a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertangung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.

b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Tujuan asuransi adalah mengalihakan segala risiko yang ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat diharapkan terjadinya itu kepada orang lain yang dilimpahkan risiko itu dengan mengganti kerugian yang diderita tertanggung.5Asuransi juga bisa untuk memperkecil risiko yang harus dihadapi tertanggung apabila terjadi peristiwa yang merugikan tertanggung yang dalam hal ini pihak perusahaan atau perorangan. Dengan kata lain, tujuan hukum dan tujuan ekonominya adalah pembagian risiko atau pemindahan risiko.6 Risiko tersebut akan dialihkan kepada pihak lain yang mampu mengelola risiko tersebut. Pihak yang dimaksud adalah perusahaan asuransi

Jika kita melihat cabang-cabang perusahaan asuransi yang ada di Indonesia, terdapat bentuk-bentuk perusahaan asuransi yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Asuransi kerugian (asuransi umum), yaitu mengenai hak milik, kebakaran, dan lain-lain.

5

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, op.cit, h.4.

6

C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, 2013, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, h. 182.

(19)

2. Asuransi jiwa (life insurance), yaitu menyangkut kematian, sakit, cacat, dan lain-lain.7

Asuransi kerugian adalah pertanggungan yang mengusahakan penggantian sejumlah uang yang disesuaikan atau senilai dengan jumlah kerugian yang diderita.Asuransi jumlah uang dalam hal ini pada umumnya jumlah uang yang diberikan untuk suatu kerugian tersebut yang jumlahnya sudah ditentukan terlebih dahulu apabila peristiwa terjadi.8Pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi memerlukan suatu perjanjian.

Perjanjian sebagaimana didefinisikan oleh ketentuan dalam Pasal 1313 KUH Perdata yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya dengan satu orang atau lebih.Perjanjian seperti yang dikatakan Pasal 1313 KUH Perdata memberikan arti bahwa perjanjian mengikat para pihak secara hukum, untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang sudah tertera pada perjanjian itu.9Suatu perjanjian asuransi dianggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dalam suatu perjanjian yang disebutkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu:

1. Persesuaian kehendak

2. Kecakapan pihak-pihak untuk mengikatkan diri 3. Suatu hal tertentu

7

Abbas Salim, 2012, Asuransi dan Manajemen Risiko, Cetakan ke-10, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 2.

8

C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, op.cit, h. 184.

(20)

4. Sebab yang diperbolehkan.10

Azas-azas yang dipergunakan dalam perjanjian asuransi kerugian adalah sebagai berikut:

a. Azas Konsensualitas

Pada dasarnya azas konsensualitas ini merupakan suatu perjanjian yang dibuat secara lisan antara dua pihak atau lebih yang telah mengikat, dan karenanya telah melahirkan kewajiban bagi salah satu pihak dalam perjanjian tersebut.Azas ini berarti tidak diperlukannya formalitas, namun untuk menjaga kepentingan pihak debitor dalam hal pemenuhan prestasi, maka diadakanlah formalitas, atau dipersyaratkannya adanya suatu tindakan nyata tertentu.Azas konsensualitas ini terdapat pada Pasal 1320 angka 1 KUH Perdata yang menyatakan bahwa syarat sahnya perjanjian yaitu:

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. 2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3) Suatu hal tertentu.

4) Suatu sebab yang halal.11

10

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, op.cit, h. 18.

11

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 34.

(21)

b. Azas Kebebasan Berkontrak

Azas kebebasan berkontrak merupakan azas yang memberikan kebebasan kepada perorangan atau badan hukum untuk membuat suatu perjanjian tanpa adanya kekhilafan, paksaan, atau penipuan, dan ketika sudah terjadinya kontrak maka kontrak tersebut menjadi undang-undang bagi pihak yang membuatnya.Azas kebebasan berkontrak ini diatur dalam Pasal 1320, 1321, dan 1338 KUH Perdata.

c. Asas indemnitas

Kata indemnitas berasal dari bahasa latin yang berarti ganti kerugian. Inti dari asas indemnitas adalah seimbang antara kerugian yang betul-betul diderita tertanggung dengan jumlah ganti kerugiannya12

Dalam suatu perjanjian terdapat prestasi yang dalam prakteknya terkadang tidak berjalan sesuai yang diinginkan sehingga menimbulkan wanprestasi.Wanprestasi adalah tidak dilaksanakannya suatu prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh perjanjian (kontrak) terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam perjanjian (kontrak) yang bersangkutan.13

R. Subekti menyatakan bahwa wanprestasi dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:

1. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilaksanakan

12

Tuti Rastuti, 2011, Aspek Perjanjian Hukum Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, h. 42

13

Agus Yudha Hernoko, 2008, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Laks Bang Mediatama, Yogyakarta, h. 23.

(22)

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikannya (tidak sempurna)

3. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.14

Adanya tindakan wanprestasi menyebabkan timbulnya tanggung jawab kepada salah satu pihak yang menyebabkan wanprestasi itu terjadi oleh karena itu perlu adanya pembahasan mengenai teori tanggung jawab. Hans Kelsen mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pertanggung jawaban adalah bahwa setiap orang bertanggung jawab secara hukum atau suatu perbuatan tertentu atau bahkan ia memikul tanggung jawab hukum sesuai dengan jabatan atau kedudukannya15

Dalam KUHPerdata terdapat beberapa bentuk tanggung jawab yang diatur pada Pasal 1365 sampai 1367 KUHPerdata dimana bentuknya adalah sebagai berikut:16

a. Tanggung jawab atas unsur kesalahan yang disengaja atau dalam hal kelalaian (Pasal 1365 KUHPerdata)

b. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan, khususnya dalam kelalaian (Pasal 1366 KUHPerdata)

c. Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) dalam arti yang sangat terbatas (Pasal 1367 KUHPerdata). Dalam Pasal ini dijelaskan bahwa seseorang tidak hanya bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan oleh

14

R. Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, PT. Intemasa, Jakarta, h.1.

15

Muhammad Ali Safaat, 2006, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, Konstitusi Pers, Jakarta, h.61

16

Munir Fuady, 2002, Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer). PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.3

(23)

perbuatannya sendiri tetapi juga kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah penguasaannya.

Sebagai upaya penyelesaian sengketa atau dalam hal ini wanprestasi pada Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian menyatakan:

Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah wajib menjadi anggota lembaga mediasi yang berfungsi melakukan penyelesaian sengketa antara Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah dan Pemegang Polis, Tertanggung, Peserta, atau pihak lain yang berhak memperoleh manfaat asuransi.

Dalam Pasal ini dimungkinkan untuk melakukan penyelesaian dengan jalan mediasi dengan mewajibkan perusahaan asuransi untuk menjadi anggota mediasi antara perusahaan dan pemegang polis atau tertanggung.

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris yang berarti hukum dikonsepkan atau digunakan sebagai pranata sosial secara riil dikaitkan dengan variable-variabel sosial yang lain atau aspek kemasyarakatan.17 Hukum dalam penelitian empiris ini dipelajari secara law in action, karena mempelajari dan

17

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Edisi I, PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta h. 133.

(24)

meneliti hubungan timbal balik antara hukum dengan lembaga-lembaga sosial yang lain. Studi terhadap law in action ini merupakan studi ilmu sosial yang non discriminal atau tidak selalu berteoritis murni dan bersifat empiris atau perlu adanya pengkajian pelaksanaan di masyarakat.18Penulis menggunakan penelitian empiris dikarenakan wanprestasi terhadap perjanjian asuransi seperti yang dijelaskan diatas terjadi pada perusahaan asuransi kerugian yaitu PT. Jasaraharja Putera Cabang Denpasar sehingga penelitian ini diarahkan kedalam prakteknya dalam masyarakat.

1.8.2 Jenis pendekatan

Jenis pendekatan ini adalah pendekatan fakta (The Fact Approach), yaitu penelitian dengan mengumpulkan fakta-fakta yang terdapat langsung di lapangan yang penulis cari dan amati sendiri secara metodis untuk dijadikan bahan dalam menunjuang penulisan skripsi ini.19Pendekatan fakta ini digunakan untuk mencari fakta yang terjadi dalam masyarakat yang dalam hal ini fakta yang terjadi dalam perusahaan asuransi kerugian PT. Jasaraharja Putera Cabang Denpasar yang di dalamnya terdapat permasalahan wanprestasi yang dilakukan oleh pihak tertanggung.

18

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri, Cetakan keempat, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 34.

19

Bambang Sunggono, 1996, Metodologi Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 43.

(25)

1.8.3 Sifat penelitian

Penelitian hukum empiris yang dilakukan penulis ini ialah bersifat deskriptif, maksud Penelitian deskriptif pada penelitian secara umum, termasuk pula didalamnya penelitian ilmu hukum, bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala,atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara penelitian ini teori-teori, ketentuan peraturan, norma-norma hukum, karya tulis yang dimuat baik dalam literatur maupun jurnal, doktrin, serta laporan penelitian terdahulu sudah mulai ada dan mungkin jumlahnya sudah mulai cukup memadai, sehingga dalam penelitian ini suatu hipotesis boleh ada atau juga boleh tidak ada. Hal tersebut sangat tergantung dari si peneliti, dengan kata lain, keberadaan suatu hipotesis tidak mutlak diperlukan, namun demikian, jika peneliti mencoba merumuskan hipotesis itu akan sangat berguna dan lebih baik karena dapat digunakan sebagai pegangan dalam melangkah lebih jauh dalam penelitian seterusnya. Penelitian deskriptif dapat membentuk teori-teori baru atau dapat memperkuat teori yang sudah ada.

1.8.4Data dan sumber data

(26)

Dalam penelitian hukum empiris data primer bersumber dari penelitian lapangan yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan baik dari responden maupun informan melalui teknik wawancara.Informan bisa diartikan sebagai seorang atau lebih yang memberikan informasi tentang segalah hal yang berkaitan dengan subyek penelitian.20Responden adalah seseorang atau lebih yang memberikan tanggapan atas pertanyaan yang dilakukan peneliti kepadanya lewat daftar pertanyaan.21

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan, yakni digunakan untuk menggali data melalui buku-buku yang terkait dengan permasalahan hukum yang dibahas.22 Data ini terdiri dari 3 bahan hukum yaitu sebagai berikut:

a. Sumber Hukum Primer

Sumber hukum primer merupakan suatu bahan hukum yang bersifat mengikat dan mempunyai otoritas yang terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan. Sumber bahan hukum primer dalam penulisan ini adalah:

20

Ade Saptomo, 2009, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni, Jakarta Trisakti, Jakarta, h. 81

21

Ibid, h. 82

22

(27)

 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian b. Sumber Hukum Sekunder

Sumber hukum sekunder merupakan sumber yang bukan berupa dokumen-dokumen resmi, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

Buku-buku hukum (text book), yang relevan dengan topik yang akan dibahas

 Jurnal-jurnal hukum

 Pendapat para ahli hukum

 Artikel ataupun berita yang diperoleh dari via internet c. Sumber Hukum Tersier

Sumber hukum tersier, yakni sumber hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus besar bahasa Indonesia dan kamus hukum.

1.8.5 Teknik pengumpulan data

(28)

a. Teknik Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam setiap penelitian ilmu hukum, baik dalam penelitian hukum normatif maupun dalam penelitian hukum empiris.Karena meskipun aspeknya berbeda namun keduanya adalah penelitian ilmu hukum yang selalu bertolak dari premis normatif.Studi dokumen dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian yang dalam hal ini bahan-bahan hukum mengenai penyelesasian wanprestasi terhadap perjanjian asuransi kerugian.

b. Teknik Wawancara (interview)

Mengingat sifat dari penelitian ini adalah deskriptif maka akan efektif jika mengumpulkan data melalui wawancara karena wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan penelitian untuk memperoleh jawaban-jawaban dari responden ataupun informan, dalam penelitian ini responden ataupun informan yang diwawancarai adalah Bapak Fadli selaku Kepala Seksi Keuangan dan Administrasi PT. Jasaraharja Putera Cabang Denpasar. Agar hasil wawancara nantinya memiliki nilai validitas dan reabilitas, dalam wawancara peneliti menggunakan alat berupa pedoman wawancara atau interview guide.

(29)

1.8.6 Teknik pengelolaan dan analisis data

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif karena sifat dari penelitian ini adalah deskriptif. Dalam hal ini data yang dikumpulkan adalah data naturalistik yang terdiri atas kata-kata (narasi), data sukar diukur dengan angka, atau berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikasi, hubungan antara variable tidak jelas, sampel lebih bersifat non probabilitas,dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan observasi.

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan fakta (the fact approach). Pendekatan fakta adalah adalah suatu pendekatan yang menelaah kepada fakta – fakta dari pelanggaran hukum yang terjadi. Dalam penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan hukum khususnya mengetahui tanggung jawab pelaku usaha dalam melakukan pemalsuan bahan

Prosedur pengumpulan bahan hukum primer dan sekunder dilakukan dengan mengkualifikasi hukum yang telah ditentukan dalam usulan penelitian, yakni bahan hukum yang

Dalam rangka memperoleh hasil penelitian yang terfokus serta agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka diberikan batas- batas terhadap masalah

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 73 ayat 3 diatur mengenai pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan

Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan permasalahan (isu hukum) yang sedang ditangani 18 , yaitu untuk

Dalam penelitian ini mengkaji tentang kosongnya norma hukum yang ada, sehingga dapat dipakai acuan dalam penemuan hukum baru tentang tidak adanya aturan tentang

Pertimbangan dalam penggunaan jenis penelitian ini dikarenakan obyek kajian yang diteliti menitikberatkan pada hal yang diamati dalam sektor kehidupan bermasyarakat, dalam