• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ada beberapa alasan yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain (Sundjaja dan Barlian, 2002: 339) :

1. Peraturan hukum

a. Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.

b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal.

c. Peraturan mengenai tak mampu bayar artinya perusahaan boleh tidak membayar dividen jika tidak mampu.

2. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Oleh karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

3. Membayar pinjaman

Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembayaran lainnya maka perusahaan dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau perusahaan dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan.

4. Kontrak pinjaman

Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.

5. Pengembangan aktiva

Semakin cepat pertumbuhan perusahaan semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan di kemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan.

6. Tingkat pengembalian

Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun tempat lain.

7. Stabilitas keuntungan

Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka perusahaan seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan presentasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.

Kemudian Levy dan Sarnat (1990: 417-418) berpendapat faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen adalah:

1. Floatation and Transaction Costs

In practice retained earnings and new issues are not perfect substitutes. This is a consideration that may favor the use of retained earnings. Another factor that may favor the use of retained earnings is the existence of transaction costs. Shareholders who want to

increase their investment in the firm will prefer to forego cash dividend, thereby increasing the investment in the firm, without the need to pay commissions on share purchases.

2. Control

In order to ensure control, some firms operate under a self-imposed constraint that limits the amount of external financing which can be used. Such consideration are prevalent among closely held or family-held firms. New issues of common stock dilute control, while after a point further increases in debt become undesirabel or even impossible.

3. Informational Content of Dividend

In the real world, relevant information regarding a firm’s dividend can be (and probably) important purveyors of information to investors. Informational content of dividend is changes in the dividend rate that affect investors’ expectations regarding a firm’s future prospects.

4. Cash Position

A firm’s cash position is another important factor that influences long-run dividend policy. Clearly a cash dividend requires that the needed cash balance be on hand, so liquidity can also be a factor affecting the dividend decision. A rapidly expanding and very profitable firm is often plagued by chronic shortages of cash. Such a firm usually prefers to set a relatively low dividend payout ratio and to plow back most of its earnings into financing further growth. The firm could, of course, turn to the capital market for funds. However, the uncertainty caused by rapid expansion often leads to the establishment of a “safe” dividend policy - that is, one that can be maintained should the rate of growth in earnings decline in the future.

5. Stability of Earnings

In general, the greater the risk of larger fluctuations in future earnings, the greater probability that the firm will adopt a policy of setting a relatively low dividend payout ratio.

6. Legal Constraints

There may at times be a legal constraint against declaring cash dividend. Similarly, dividend can be paid only out of earnings; they are usually not permitted if they reduce the firm’s paid in capital.

Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 232) dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin kuat”. Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 232) besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Faktor likuiditas

Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio.

2. Kebutuhan dana untuk melunasi utang

Semakin besar dana untuk melunasi utang baik maupun untuk obligasi hipotek dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend payout ratio

3. Tingkat ekspansi yang direncanakan

Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi

dividend payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktivitas. 4. Faktor pengawasan

Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawas cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio.

5. Ketentuan–ketentuan dari Pemerintah

Ketentuan–ketentuan tersebut dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.

6. Pajak kekayaan/ penghasilan dari pemegang saham

Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend payout ratio lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio harus dipertimbangkan oleh manajer keuangan. Menurut Sartono (2001: 292) ada beberapa faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan dividen sebagai berikut:

1. Kebutuhan dana perusahaan

Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan, aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal pada masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul)

pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen.

2. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbagan utama dalam banyak kebijakan dividen, karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya.

3. Kemampuan meminjam

Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dana jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.

4. Keadaan pemegang saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh

capital gain, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout ratio yang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable.

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio

yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif.

Halim (2007: 97) berpendapat bahwa manajer keuangan perlu memperhatikan faktor–faktor yang mempengaruhi kebjiakan dividen meliputi (a) posisi likuiditas; (b) kebutuhan pelunasan hutang; (c) pembatasan dalam perjanjian hutang; (d) tingkat ekspansi aset; (e) tingkat laba; (f) stabilitas laba; (g) akses ke pasar modal; (h) kendali perusahaan; (i) kemampuan meminjam.

Keown, Scott, Martin and Petty (1999 : 482) ’’three basic views about dividend are: ” 1. Dividend policy is irrelevant

2. High dividend increase stock value, this view says dividend are more certain than capital gains, has been called the bird in the hand theory. The belief that dividend income income has a higher value to the investor than does capital gains income because dividend are more certain than capital gains

3. Low dividend increase stock value

Pernyataan menurut Keown, Scott, Martin and Petty adalah bahwa ada tiga pendapat mendasar tentang dividen. Pendapat pertama yaitu ’’dividen adalah tidak relevan’’. Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berpendapat bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan ditentukan oleh

earning power dari asset perusahaan. Pendapat kedua yaitu ’’dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai saham’’. Pendapat ini menyatakan bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa dividen daripada menunggu capital gain. Pendapat ini sesuai dengan bird in the hand theory. Pendapat ketiga yaitu ’’dividen yang rendah akan meningkatkan

nilai saham’’. Pendapat tersebut berarti perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio

yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan.

Menurut Tampubolon (2005: 186) kebijaksanaan dividen dari suatu korporasi merupakan fungsi dari beberapa faktor. Faktor–faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan dividen tersebut antara lain adalah:

1. Tingkat pertumbuhan korporasi (company growth rate) 2. Keterikatan dalam rapat (restrictive convenant)

3. Profitabilitas (profitability) 4. Stabilitas laba (earning stability)

5. Kontrol perbaikan (maintenance control)

6. Memahami pengungkit keuangan (degree of financial leverage)

7. Kemampuan untuk kondisi keuangan eksternal (ability to finance externally) 8. Keadaan tak terduga (uncertainity)

9. Ukuran dan umur korporasi (age and size)

Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999: 586): ”Dividends are more predictable than capital gains ; management can control dividend. Investors are less certain of receiving income form capital gains than from dividend”. Karena adanya investor yang cenderung risk averse, mereka memilih untuk menerima sesuatu yang pasti, yaitu dividen. Hal ini dikenal dengan bird in the hand theory atau dengan kata lain mereka lebih memilih satu burung yang sudah pasti ditangan dibandingkan dua burung di udara.

Menurut Breley, Richard A. and Stewart C. Myers (2001: 464-465): ”What does the board of directors think about when it sets the dividend? To help answer this question, John

Lintner conducted a classic series of interviews with corporate managers about their dividend policies. His description of how dividend are determined can be summarized in four stylized facts” :

1. Firm have long-run target dividend payout ratio. This ratio is the fraction of earnings paid out as dividend.

2. Managers focus more on dividend changes than on absolute levels. Thus paying a $2.00 dividend is an important financial decision if last year’s dividend was $1.00, but it’s no big deal if last year’s dividend was $2.00.

3. Dividend changes follow shifts in long run, sustainable levels of earning rather than short-run changes in earnings. Managers are unlikely to change dividend payouts in response to temporary variation in earnings. Instead, they ”smoth” dividend.

4. Managers are reluctant to make dividend change that might have to be reserved. They are particularly worried about having to rescind a dividend increase.

2. 3. Rasio Keuangan