ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, KEBIJAKAN HUTANG, FIRM SIZE, PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN INVESTASI TERHADAP
DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA SEKTOR DAN SUBSEKTOR MANUFAKTUR DI BEI
TESIS
Oleh
CLARA DANICA
117019007/ IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
S E K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA N
ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, KEBIJAKAN HUTANG, FIRM SIZE, PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN INVESTASI TERHADAP
DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA SEKTOR DAN SUBSEKTOR MANUFAKTUR DI BEI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
CLARA DANICA
117019007/ IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:
”Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi terhadap Dividen Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI”
adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga
sebelumnya. Sumber–sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar
dan jelas.
Medan, April 2013
Yang membuat pernyataan
Clara Danica
117019007
THE ANALYSIS OF THE IMPACT OF CASH POSITION, LOAN POLICY, FIRM SIZE, PROFITABILITY AND THE GROWTH OF INVESTMENT ON DEVIDEND PAYOUT RATIO IN THE MANUFACTURE SECTOR AND SUBSECTOR IN THE INDONESIAN
STOCK EXCHANGE (BEI) ABSTRACT
The manufacturing company is a industrial sector give big contribution to the economic growth of Indonesia’s economic growth. The problem was faced that many manufacturing company which was registered in the Indonesian Stock Exchange which did not pay for the dividend continuously. This matter connected with cash position, loan policy, firm size, profitability and the growth of investment from those manufacturing company.
The research question was: How does cash position, loan policy, firm size, profitability and investation growth impact dividend payout ratio on manufacturing sector and subsector registered in Indonesian Stock Exchange simultaneously and partially.
This quantitative, descriptive study employee the theory Financial Management related to Dividend Payout Policy and Financial Ratio. The population of this study
At the level significance α = 5%, the results of this study simultaneously showed that cash position, loan policy, firm size, profitability and the growth of investment had influence on the dividend payout ratio of manufacturing sector and subsector in the Indonesian Stock Exchange.
was 134 manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange and 26 manufacturing companies were selected as the samples for this study based on criteria determined in this research. The data analysis obtained were analyzed theory multiple Linear Regression Analysis by using dummy variable.
At the level of significance α = 5% the result of study partially showed that on manufacturing sector and subsector of consumption good industry, cash position, firm size, and profitability had significant influence on the dividend payout ratio. While the variable of loan policy and investment growth did not have any significant influence on dividend payout ratio. Partially the result of study on basic chemical industry and multi various industry subsectors showed that cash position, firm size, and investment growth had a significant influence on the dividend payout ratio. While loan policy and profitability did not have significant influence on the dividend payout ratio.
The implication of this study was if the investor expected steady dividend level, they ought to do investment on consumption good subsector industry by considering; cash position ratio, firm size, profitability and investment growth.
Keywords: Cash Position, Loan Policy, Firm Size, Profitability, Investment Growth, Dividend Payout Ratio, Dummy.
ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, KEBIJAKAN HUTANG, FIRM SIZE, PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN INVESTASI TERHADAP
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA SEKTOR DAN SUBSEKTOR MANUFAKTUR DI BEI
ABSTRAK
Perusahaan manufaktur merupakan sektor industri yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa banyak jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tidak membayar dividen secara terus menerus. Hal ini berkaitan dengan cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasidari perusahaan manufaktur tersebut.
Rumusan masalah dalam penelitian ini : Bagaimana pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap dividend payout ratio pada sektor dan subsektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Keuangan yang berkaitan dengan Kebijakan Pembayaran Dividen dan Rasio Keuangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah 134 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 perusahaan manufaktur sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan variabel dummy.
Pada tingkat signifikansi α = 5%, menunjukkan bahwa hasil penelitian secara simultan cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada sektor dan subsektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian secara parsial pada sektor manufaktur dan subsektor industri barang konsumsi menunjukkan bahwa cash position, firm size dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
dividend payout ratio. Sedangkan variabel kebijakan hutang dan pertumbuhan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian secara parsial pada subsektor industri dasar kimia dan aneka industri menunjukkan bahwa cash position, firm size
dan pertumbuhan investasi berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan variabel kebijakan hutang dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.
Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa apabila investor ingin memperoleh pembayaran dividen yang stabil maka sebaiknya lebih memilih subsektor industri barang konsumsi dengan memperhatikan nilai dari variabel yang mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen, yaitu: cash position, kebijakan hutang dan profitabilitas.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dengan semangat berkat dan rahmat dari-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang,
Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan Investasi Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI”.
Penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril dan materil. Untuk itu dalam kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M. Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA., selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Khaira Amalia F, MBA, Ak., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 6. Bapak Dr Parapat Gultom, MSIE., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 7. Bapak Prof Dr Amrin Fauzi., selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan pengarahan
dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
8. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME., selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan pengarahan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
9. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, M,Ec., selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan pengarahan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
11.Seluruh Staff Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yaitu: Kak Juli, Bang Galih, Kak Dori, Kak Yusna, Bang Ari. 12.Kedua orang tua penulis: Mafda Rio Sipayung dan Syahnah Fransisca Purba serta kedua adik
penulis: Dafrosa Megawati dan Daniel Hugo yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
13.Deus Levolt Sihombing yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyusun tesis ini hingga selesai.
14.Rekan-rekan mahasiswa MIM 2011 kelas paralel angkatan XXI, yaitu: Devi, Mela, Gloria, Ainun, Glori, Iwani, Nirma, Sri Dirmayanti, Dewi, Adventris, Yuni, Noperindo, Amri, Ilham, Aulia, Rizal, Maulizar, Fahmi, Jona, Edi, Kusnandar, Saiful, Iwan, Wiliam, Saduriman, Adil, Syahputra, Lukman, Rudy, Hendra, Manson, Hadi.
15.Sahabat Kamsaw: Devona Reginaldis, Maria Rosa Anggraini, Caroline Imaculatta.
Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, namun diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bagi perkembangan penulisan dalam bidang Ilmu Manajemen Keuangan. Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi rekan mahasiswa lainnya.
Medan, April 2013
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Clara Danica, lahir di Jakarta pada tanggal 08 Juni 1987. Anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Mafda Rio Sipayung dan Syahnah Fransisca Purba.
Pendidikan di mulai dari Sekolah Dasar Negeri Jatirahayu II Bekasi tamat dan lulus tahun 1999, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Swasta Trisakti 1 Medan, tamat dan lulus tahun 2002. Selanjutnya meneruskan Pendidikan ke Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 5 Medan, tamat dan lulus pada tahun 2005. Tahun 2005 melanjutkan ke jenjang pendidikan Strata 1 Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas Sumatera Utara, tamat dan lulus tahun 2009. Tahun 2011 mengikuti pendidikan di Program Studi S-2 Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Sejak Juni 2010 sampai saat ini bekerja di PT Bank Sumut Cabang Utama Medan dan saat ini menempati posisi sebagai analis kredit.
Medan, April 2013
Clara Danica
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Jumlah Sektor Manufaktur yang Membagikan Dividen Periode
4.32 Hasil Uji F Subsektor Industri Dasar dan Kimia ... 94
4.33 Hasil Uji F Subsektor Aneka Industri ... 95
4.34 Hasil Uji F Subsektor Industri Barang Konsumsi... 95
4.35 Koefisien Determinasi Subsektor Industri Dasar dan Kimia ... 96
4.36 Koefisien Determinasi Subsektor Aneka Industri ... 97
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ... 41 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas Sektor Manufaktur ... 77 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Subsektor Industri Dasar dan Kimia... 87 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas Subsektor Aneka Industri ... 88 4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas Subsektor Industri Barang Konsumsi... 88
THE ANALYSIS OF THE IMPACT OF CASH POSITION, LOAN POLICY, FIRM SIZE, PROFITABILITY AND THE GROWTH OF INVESTMENT ON DEVIDEND PAYOUT RATIO IN THE MANUFACTURE SECTOR AND SUBSECTOR IN THE INDONESIAN
STOCK EXCHANGE (BEI) ABSTRACT
The manufacturing company is a industrial sector give big contribution to the economic growth of Indonesia’s economic growth. The problem was faced that many manufacturing company which was registered in the Indonesian Stock Exchange which did not pay for the dividend continuously. This matter connected with cash position, loan policy, firm size, profitability and the growth of investment from those manufacturing company.
The research question was: How does cash position, loan policy, firm size, profitability and investation growth impact dividend payout ratio on manufacturing sector and subsector registered in Indonesian Stock Exchange simultaneously and partially.
This quantitative, descriptive study employee the theory Financial Management related to Dividend Payout Policy and Financial Ratio. The population of this study
At the level significance α = 5%, the results of this study simultaneously showed that cash position, loan policy, firm size, profitability and the growth of investment had influence on the dividend payout ratio of manufacturing sector and subsector in the Indonesian Stock Exchange.
was 134 manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange and 26 manufacturing companies were selected as the samples for this study based on criteria determined in this research. The data analysis obtained were analyzed theory multiple Linear Regression Analysis by using dummy variable.
At the level of significance α = 5% the result of study partially showed that on manufacturing sector and subsector of consumption good industry, cash position, firm size, and profitability had significant influence on the dividend payout ratio. While the variable of loan policy and investment growth did not have any significant influence on dividend payout ratio. Partially the result of study on basic chemical industry and multi various industry subsectors showed that cash position, firm size, and investment growth had a significant influence on the dividend payout ratio. While loan policy and profitability did not have significant influence on the dividend payout ratio.
The implication of this study was if the investor expected steady dividend level, they ought to do investment on consumption good subsector industry by considering; cash position ratio, firm size, profitability and investment growth.
Keywords: Cash Position, Loan Policy, Firm Size, Profitability, Investment Growth, Dividend Payout Ratio, Dummy.
ANALISIS PENGARUH CASH POSITION, KEBIJAKAN HUTANG, FIRM SIZE, PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN INVESTASI TERHADAP
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA SEKTOR DAN SUBSEKTOR MANUFAKTUR DI BEI
ABSTRAK
Perusahaan manufaktur merupakan sektor industri yang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa banyak jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang tidak membayar dividen secara terus menerus. Hal ini berkaitan dengan cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasidari perusahaan manufaktur tersebut.
Rumusan masalah dalam penelitian ini : Bagaimana pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap dividend payout ratio pada sektor dan subsektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Keuangan yang berkaitan dengan Kebijakan Pembayaran Dividen dan Rasio Keuangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah 134 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 perusahaan manufaktur sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan variabel dummy.
Pada tingkat signifikansi α = 5%, menunjukkan bahwa hasil penelitian secara simultan cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi berpengaruh terhadap dividend payout ratio pada sektor dan subsektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian secara parsial pada sektor manufaktur dan subsektor industri barang konsumsi menunjukkan bahwa cash position, firm size dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
dividend payout ratio. Sedangkan variabel kebijakan hutang dan pertumbuhan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian secara parsial pada subsektor industri dasar kimia dan aneka industri menunjukkan bahwa cash position, firm size
dan pertumbuhan investasi berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan variabel kebijakan hutang dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.
Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa apabila investor ingin memperoleh pembayaran dividen yang stabil maka sebaiknya lebih memilih subsektor industri barang konsumsi dengan memperhatikan nilai dari variabel yang mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen, yaitu: cash position, kebijakan hutang dan profitabilitas.
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor
lebih menyukai untuk mendapatkan tingkat pengembalian investasinya semakin tinggi dari
waktu ke waktu. Tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen tidak mudah
diprediksi. Hal itu disebabkan kebijakan dividen adalah kebijakan yang menimbulkan dilema
bagi pihak manajemen perusahaan.
Kebijakan dividen dianalogikan sebagai puzzle karena kebijakan dividen merupakan teka
teki yang sulit dijelaskan dan selalu menimbulkan tanda tanya bagi investor, kreditor dan
kalangan akademisi. Penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai dividen merupakan
keputusan finansial yang sulit bagi pihak manajemen. Perusahaan mengahadapi masalah dalam
hal alokasi laba yang mereka peroleh. Pihak manajemen harus membuat keputusan yang tepat
dalam menentukan besarnya laba yang akan didistribusikan kepada pemegang saham dan yang
akan dipertahankan sebagai reinvestasi untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan
selanjutnya.
Pihak manajemen harus mampu membuat keputusan yang tepat untuk mengalokasi
sejumlah laba yang telah diperoleh oleh perusahaan karena bila keputusan dalam alokasi tersebut
salah maka akan menimbulkan masalah keagenan. Laba ditahan dapat digunakan sebagai sumber
pembiayaan internal. Namun jika laba yang ditahan semakin tinggi berarti pembayaran dividen
akan semakin kecil dan begitu sebaliknya. Masalah keagenan juga potensial mengurangi
keputusan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Alasannya karena pihak manajemen
untuk mengurangi masalah keagenan tersebut. Oleh karena itu, pihak manajemen harus mampu
untuk memprediksi kebijakan dividen perusahaan.
Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil
karena dengan kestabilitasan dividen akan meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap
perusahaan. Para pemegang saham yang tidak bersedia mengambil resiko tinggi (risk aversion)
tentu akan memilih dividen daripada capital gain. Para pemegang saham seperti ini biasanya
termasuk golongan investor jangka pendek dan sangat cermat mempertimbangkan kemana
dananya akan diinvestasikan. Investor seperti ini tidak berniat untuk mengambil resiko demi
capital gain pada masa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan the bird in the hand theory yang
dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner yang menyatakan bahwa pembayaran
dividen mengurangi ketidakpastian dan resiko (Atmaja, 2008: 287). Dividen sekarang lebih
menguntungkan dibandingkan dengan saldo laba kerena ada kemungkinan bahwa nantinya saldo
tersebut tidak menjadi dividen pada masa yang akan datang.
Sumber dana untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan berasal dari sumber dana
internal yang berbiaya murah dan sumber dana eksternal yang relatif lebih mahal yang berupa
pinjaman dari kreditur. Dalam teori pecking order yang dikemukakan oleh Myers (Breley,
Richard A. and Stewart C. Myers, 2001: 492-493), perusahaan mempunyai kecenderungan untuk
menentukan pemilihan sumber pendanaan yaitu internal equity terlebih dahulu kemudian baru
menggunakan hutang dan ekuitas yang diperoleh dari stock issues. Apabila internal equity
dianggap tidak mencukupi maka kemudian baru menggunakan external equity. Hal ini
dikarenakan sumber dana internal lebih murah daripada menggunakan dana eksternal.
Kebijakan pembayaran dividen tergambar pada Dividend Payout Rationya (rasio
tunai. Kondisi likuiditas yang tergambar melalui rasio cash position (posisi kas), kebijakan
hutang yang tergambar melalui Debt to Equty Ratio, firm size (ukuran perusahaan) tergambar
melalui log natural jumlah aktiva setiap tahunnya, profitabilitas tergambar melalui rasio return
on assets (laba terhadap aktiva) dan pertumbuhan investasi tergambar melalui perubahan total
assets pada tahun ini dan tahun sebelumnya.
Perusahaan yang membagi dividen akan membutuhkan dana perusahaan secara tunai
yang cukup besar. Oleh karena itu, pihak manajemen akan melihat kondisi likuiditas perusahaan
untuk membagikan dividen secara tunai. Dalam penelitian ini, posisi likuiditas perusahaan
terlihat dari cash position. Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar maka semakin besar
posisi kas maka akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004) bahwa cash position memiliki
pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Namun penelitian yang dilakukan oleh Imran (2011) bahwa variabel cash tidak
memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada sektor engineering di Pakistan.
Kebijakan hutang diproksikan dengan rasio debt to equity ratio yang mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh
beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin
besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan
semakin besar pula jumlah kewajibannya. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan
perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga debt to equity ratio
mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout ratio. Berdasarkan penelitian yang
memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan yang makanan dan minuman
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Namun penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004) bahwa
debt to equity ratio tidak memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Ukuran perusahaan (size) berhubungan dengan fleksibilitas dan kemanpuan untuk
mendapatkan dana dan mendapatkan laba dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga akan
memungkinkan bagi perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham dalam
jumlah yang besar. Perusahaan yang memiliki asset besar cenderung untuk membayar dividen
dalam jumlah yang besar untuk menjaga reputasi di kalangan investor. Dengan demikian
perusahaan besar tersebut tidak memerlukan laba ditahan yang cukup besar untuk membiayai
investasi perusahaannya pada masa yang akan datang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Nasution (2004) bahwa firm size memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada
perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Namun penelitian yang dilakukan oleh
Puspita (2009) bahwa firm size tidak memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa
yang akan datang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Perusahaan
yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan
modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Profitabilitas
diproksikan dengan return on assets menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam
total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi return on assets maka
oleh Imran (2011) bahwa profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada
sektor engineering di Pakistan . Namun penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004) bahwa
profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Pertumbuhan investasi juga mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Jika
pertumbuhan investasi yang dilakukan besar maka jumlah dividen yang akan dibagikan akan
kecil. Perusahaan dengan perkembangan cepat membutuhkan lebih besar dana untuk melakukan
investasi. Kebutuhan dana pertama kali dipenuhi dari internal equity sehingga akan
memungkinkan sebagian besar laba akan dialokasikan ke retained earning yang menyebabkan
pembayaran dividen kecil. Perusahaan mempunyai kecenderungan untuk menentukan pemilihan
sumber pendanaan yaitu internal equity terlebih dahulu kemudian baru menggunakan hutang dan
ekuitas yang diperoleh dari stock issues. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Green,
Peter and Michael Pogue (1993) bahwa investasi memiliki pengaruh terhadap pembayaran
dividen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Irlandia. Namun penelitian yang dilakukan
oleh Liono, Mudji Utami dan Liliana Inggrit Wijaya (2009) bahwa investasi tidak memiliki
pengaruh terhadap pembayaran dividen pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek
Indonesia. Besarnya pertumbuhan investasi yang dilakukan dapat diukur dari perubahan jumlah
asset tahun ini dan tahun sebelumnya.
Perusahaan yang terdaftar di BEI tidak semuanya membagikan dividen kepada para
pemegang sahamnya, baik itu dalam bentuk dividen tunai maupun dividen saham. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya pertimbangan-pertimbangan perusahaan dalam membuat keputusan
ketetapan dan aturan yang menetapkan besar kecilnya pembayaran dividen yang tepat kepada
pemegang saham dengan jumlah yang efektif.
Sektor manufaktur merupakan jumlah sektor yang paling banyak yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) bila dibandingkan sektor lain. Hal itu menunjukkan bahwa peran sektor
industri manufaktur dalam perekonomian di Indonesia menempati posisi dominan. Selain itu
sektor manufaktur juga merupakan sektor yang paling banyak membagikan dividen kepada para
pemegang sahamnya selama kurun periode 2008-2011 dibandingkan sektor lain yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Selama periode 2008-2011, ada sebanyak 26 perusahaan
manufaktur yang membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Hal ini dapat dilihat
Tabel 1.1
Jumlah Emiten yang Terdaftar di BEI yang Membagi Dividen Periode 2008-2011
Emiten yang Terdaftar di BEI
Jumlah Perusahaan BEI Persentase Perusahaan
2. Transportasi dan Infrastruktur 22 4
3. Keuangan 11 5
4. Perdagangan, Jasa dan Investasi 66 3
Jumlah 193 7
TOTAL 352 41 100.00%
Sumber:
Dari Tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa sektor manufaktur yang paling banyak membagikan
dividen secara berturut-turut selama periode 2008-2011, yaitu sebanyak 26 perusahan (70%).
Dan secara berturut adalah sektor penghasil bahan baku dan sektor jasa yang membagikan
dividen secara berturut-turut selama periode 2008-2011 ada sebanyak 7 perusahaan (17%) dan 5
perusahaan (13%).
Perkembangan perusahaan manufaktur setiap tahun meningkat dari pertumbuhan internal
perusahaan. Selama periode 2008-2011, jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
Tabel 1.2
Jumlah Sektor dan Subsektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008, 2009, 2010 dan 2011
Subsektor Manufaktur Jumlah Perusahaan yang Terdaftar di BEI
2008 2009 2010 2011
Industri Dasar dan Kimia 53 57 60 61
Aneka Industri 40 40 40 40
Industri Barang Konsumsi 30 31 32 33
TOTAL 123 128 132 134
Sumber:
Sektor manufakur terdiri dari beberapa sub-sub sektor, antara lain: subsektor industri
dasar dan kimia, subsektor aneka industri dan subsektor industri barang konsumsi. Dari ketiga
subsektor manufaktur tersebut, subsektor industri barang konsumsi merupakan subsektor yang
paling banyak membagikan dividen secara berturut-turut kepada para pemegang sahamnya
selama kurun periode 2008-2011, yaitu ada sebanyak 12 emiten. Sedangkan untuk subsektor
industri dasar dan kimia serta subsektor aneka industri hanya ada 9 dan 8 emiten saja. Hal
terlihat pada Tabel 1.3 berikut:
Tabel 1.3
Jumlah Sektor dan Subsektor Manufaktur Yang Membagikan Dividen Periode 2008-2011
Subsektor Manufaktur Jumlah Perusahaan yang Membagikan Dividen
2008 2009 2010 2011 2008-2011
Industri Dasar dan Kimia 19 25 28 25 6
Aneka Industri 10 13 13 17 8
Industri Barang Konsumsi 15 13 17 20 12
TOTAL 44 51 58 62 26
Grafik 1.1
Jumlah Sektor dan Subsektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008, 2009, 2010 dan 2011
Sumber
Grafik 1.2
Jumlah Sektor dan Subsektor Manufaktur di BEI yang Membagikan Dividen Periode 2008, 2009, 2010 dan 2011
Sumber
Dari Grafik 1.1 dapat kita lihat bahwa jumlah subsektor industri dasar dan kimia
merupakan subsektor yang jumlah emitennya paling banyak selama periode penelitian tahun
2008-2011 dibandingkan oleh subsektor manufaktur lainnya, yaitu subsektor aneka industri dan
subsektor industri barang konsumsi.
Dari Grafik 1.2 kita lihat bahwa pada tahun 2008 subsektor aneka industri adalah
subsektor yang paling sedikit membagikan dividen, yaitu 10 emiten sedangkan subsektor industri
dasar dan kimia adalah yang paling banyak membagikan dividen, yaitu 19 emiten. Pada tahun
paling sedikit membagikan dividen, yaitu 13 emiten sedangkan subsektor industri dasar dan
kimia adalah yang paling banyak membagikan dividen, yaitu 25 emiten. Pada tahun 2010
subsektor aneka industri adalah subsektor yang paling sedikit membagikan dividen, yaitu 13
emiten sedangkan subsektor industri dasar dan kimia adalah yang paling banyak membagikan
dividen, yaitu 28 emiten. Pada tahun 2011 subsektor aneka industri adalah subsektor yang paling
sedikit membagikan dividen, yaitu 17 emiten sedangkan subsektor industri dasar dan kimia
adalah yang paling banyak membagikan dividen, yaitu 25 emiten. Subsektor industri dasar dan
kimia merupaka subsektor yang paling banyak membagikan dividen setiap tahunnya (2008,
2009, 2010 dan 2011) namun subsektor industri barang konsumsi adalah subsektor yang paling
konsekuen dalam membagikan dividen secara berturut-turut selama periode penelitian, yaitu
2008-2011.
Dalam tulisan laporan Bank Dunia yang berjudul: ’’
Industri manufaktur adalah sektor yang paling dominan yang memberikan kontribusi
sangat besar terhadap pertumbuhan sektor industri di Indonesia. Kontribusi terbesar
Mempercepat Laju: Revitalisasi
Pertumbuhan di Sektor Manufaktur Indonesia’’ yang diluncurkan oleh kepala perwakilan Bank
Dunia di Indonesia, Stefan Koeberle menyatakan bahwa sektor manufaktur merupakan
pendorong utama pertumbuhan berkualitas, cepat dan stabil bagi perekonomian secara
keseluruhan. Sektor ini dinilai lebih tahan terhadap volatilitas harga di pasar internasional
sehingga semakin besar kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
maka akan semakin stabil perekonomian suatu negara (Antara News, 10 Oktober 2012).
Produk
Domestik Bruto (PDB) sejak tahun 1980 adalah berasal dari industri manufaktur. Bahkan pada
periode 1980-1995, sektor industri manufaktur mampu mengubah status Indonesia menjadi
Menurut Kementrian Perindustrian dan Perdagangan terdapat 9 sektor yang memberikan
kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), antara lain :
Tabel 1.4
(1) sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) sektor pertambangan dan
penggalian, (3) sektor industri pengolahan, yang terdiri dari sektor migas dan non migas
(manufaktur), (4) sektor listrik, gas dan air bersih, (5) sektor konstruksi, (6) sektor perdagangan,
hotel dan restoran, (7) sektor pengangkutan dan komunikasi, (8) sektor keuangan, real estate dan
jasa perusahaan, (9) sektor jasa-jasa. Pada sektor industri pengolahan, sektor industri non migas
(manufaktur) merupakan sektor yang lebih banyak memberikan kontribusi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB). Hal ini dapat kita lihat pada tabel 1.4 berikut :
Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap Produk Domestik Bruto Periode 2008-2011
(PDB) Indonesia
Tahun Sektor Indutri Sektor Lainnya
Non Migas Migas
2008 23.01 4.80 72.19
2009 22.62 3.75 73.63
2010 21.55 3.27 75.18
2011 29.05 3.85 67.10
Sumber : www.kemenperin.go.id
Pertumbuhan internal perusahaan terlihat melalui kinerja keuangan dan prospek
perusahaan pada masa yang akan datang. Kondisi perusahaan yang terus berkembang dan
semakin maju tercermin dari semakin baiknya kinerja keuangan yang dimiliki oleh perusahaan
dan akan berdampak pada tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
Perusahaan manufaktur dalam menjalankan operasionalnya mempunyai tujuan
menghasilkan laba yang berkesinambungan. Perusahaan manufaktur yang mampu menghasilkan
pemegang saham. Bagi perusahaan manufaktur, kebijakan pembayaran dividen merupakan salah
satu keputusan penting yang dipertimbangkan karena berkaitan dengan kepentingan investor
sebagai pemegang saham dan perusahaan. Dengan adanya pembagian dividen maka dapat
meningkatkan keyakinan kepada pemegang saham terhadap prospek perkembangan perusahaan
pada masa yang akan datang.
Investor sebagai pemilik modal tentunya mengharapkan perusahaan untuk dapat memberi
laba dalam bentuk dividen yang meningkat setiap tahunnya. Perusahaan harus melakukan
evaluasi kinerja keuangan perusahaan untuk dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan
sehingga kinerja perusahaannya semakin meningkat dan dapat memberikan kepercayaan kepada
para investornya dalam menanamkan modalnya di perusahaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul :
”Analisis Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas dan Pertumbuhan
Investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur terdaftar di
BEI”.
1. 2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh cash position , kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan
pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada sektor Manufaktur yang
terdaftar di BEI secara simultan dan parsial?
2. Bagaimana pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan
pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada subsektor Industri Dasar
3. Bagaimana pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan
pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada subsektor Aneka Industri yang
terdaftar di BEI secara simultan dan parsial?
4. Bagaimana pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan
pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada subsektor Industri Barang
Konsumsi yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial?
1. 3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size,
profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada sektor
Manufaktur yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial
2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size,
profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada Subsektor
Industri Dasar Kimia yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial
3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size,
profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend Payout Ratio pada Subsektor
Aneka Industri yang terdaftar di BEI secara simultan dan parsial
4. Mengetahui dan menganalisis pengaruh cash position, kebijakan hutang, firm size,
profitabilitas dan pertumbuhan investasi terhadap Dividend payout ratio pada Subsektor
1. 4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yaitu
sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan secara umum
untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dan memperhatikan kondisi likuiditas,
leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan keputusan perusahaan dalam melakukan
investasi dalam menentukan kebijakan pembayaran dividen kepada para pemegang saham.
2. Sebagai bahan kajian ilmu dan menambah referensi penelitian bagi Program Studi Magister
Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Sebagai peningkatan pemahaman dan menambah wawasan kepada peneliti dalam bidang
manajemen keuangan khususnya analisis rasio keuangan dalam kaitannya dengan kebijakan
pembayaran dividen.
4. Sebagai bahan referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan
penelitian pada masa yang akan datang demi mengembangkan ilmu pengetahuan baik secara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pembayaran dividend payout ratio. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 investment dan Financial Decision
mempengaruhi dalam pembayaran dividen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Irlandia. Keputusan dividen akan muncul yang akan diambil dengan mengacu pada faktor eksogen stabilitas dividen, namun pertimbangan lainnya juga dipengaruhi oleh Investment dan
Financial Decision. Hasil ini mendukung argumen bahwa perusahaan Irlandia
Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:
Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend payout ratio.
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
menunjukkan variabel Cash Position (CP), Firm Size dan Growth yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan Profitability tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:
Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Growth dan Market to Book Value
(MTBV) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio Liono,
Financial Leverage memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Dividen sedangkan Investasi tidak memiliki pengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Puspita
Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:
Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
menunjukkan bahwa variabel Cash Ratio, Return on Assets (ROA) dan Growth mempunyai pengaruh secara signifikan positif terhadap Dividend payout ratio (DPR). Sedangkan Size,Debt to Total Assets (DTA) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Kadir (2010) Analisis Faktor-Faktor
Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:
Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) menunjukkan bahwa hanya variabel Current Ratio (CR) yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel bebas lainnya, yaitu Return on Investment (ROI), Debt to Equity Ratio (DER) dan Assets Turnover mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:
Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
Dilakukan Uji F dan Uji t, hasilnya adalah sebagai berikut:
Hasil Uji Serempak (Uji F) menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) pada sektor manufaktur dan subsektor industri barang konsumsi menunjukkan bahwa variabel Cash Position, Firm Size dan Profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Kebijakan Hutangdan
Pertumbuhan Investasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) pada subsektor industri dasar kimia dan subsektor aneka industri menunjukkan bahwa variabel Cash Position, Firm Size dan Pertumbuhan Investasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan variabel Kebijakan Hutangdan Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
2. 2. Dividen
2.2.1 Pengertian Dividen
Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama dimana pemilik
dan investor akan menentukan nilai saham. Dividen tunai adalah sumber aliran kas untuk
pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan
datang. Laba ditahan merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai dividen karena
merupakan bentuk pembiayaan intern (Sundjaja dan Barlian, 2002: 332).
Mathur (1988: 279) menyatakan “Dividend, in the normal use of the word, refer to that
portion of retained earnings that is paid to stockholders. Dividend policy refers to the policy of
guidelines that management uses in establishing the portion of retained earnings that is to be
to shareholders of a corporation out of earnings”. Keown, Scott, Martin and Petty (1999: 581)
menyatakan ’’A firm’s dividend policy include two basic components. First, the dividend payout
ratio indicates. The amount of dividend paid relative to the company’s earnings. The second
component is the stability of the devidends over time’’. Kemudian Tampubolon (2005: 183)
berpendapat pendapatan korporasi yang dibagikan kepada pemegang saham disebut sebagai
dividen.
Keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham dapat berupa capital gain dan
dividen. Capital gain adalah perolehan keuntungan dari selisih lebih antara harga jual dengan
harga beli saham sedangkan dividen merupakan pendapatan yang diterima pemegang saham
secara periodik dari sebagian laba bersih yang disisihkan oleh perusahaan. Dividen juga
merupakan sebagai harapan bagi para investor, artinya pada titik tertentu para investor
mengharapkan adanya pembagian laba dari laba yang diperoleh perusahaan.
Pembayaran dividen tunai kepada pemegang saham perusahaan diputuskan oleh dewan
direksi perusahaan. Direksi umumnya mengadakan pertemuan yang membahas tentang dividen
setiap kuartal atau setengah tahunan melalui mengevaluasi posisi keuntungan periode lalu dan
menentukan posisi yang akan datang, menentukan jumlah dividen yang harus dibayar dan
menentukan tanggal-tanggal yang berkaitan dengan dividen tunai.
2.2.2 Pembayaran Dividen
Kebijakan dividen mencakup keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam
perusahaan. Salah satu komponen penting dalam kebijakan dividen adalah dividend payout ratio
yang menunjukkan jumlah dividen per saham (dividen per share) relatif terhadap pendapatan per
after tax) yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Menurut Sartono (2001: 281): ”Kebijakan
dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan
investasi pada masa datang”.
Gitosudarmo dan Basri (2002: 227) berpendapat bahwa politik dividen berpengaruh baik
pada jangka panjang maupun bagian yang dibagikan kepada pemegang saham maka dalam hal
ini terdapat 2 (dua) pendekatan dalam membahas masalah dividen:
1. Sebagai kebijaksanaan pembelanjaan jangka panjang
Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang diperoleh oleh
perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang. Pengumuman atas pembagian
laba sebagai dividen berarti pengurangan terhadap sumber dana jangka panjang yang dapat
dipergunakan untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha. Oleh karena itu
pembagian dividen akan berakibat penekanan terhadap perkembangan usaha ataupun
paksaan terhadap pencairan dana ekstern. Apabila perusahaan memiliki suatu rencana
pengembangan usaha yang cukup menggembirakan pada masa depan maka perlu dipupuk
sumber dana dari dalam perusahaan tersebut. Di samping itu apabila atas dasar pertimbangan
biaya kapital yang rendah dituntut untuk membentuk struktur kapital yang dikehendaki
diperbesarnya sumber dana modal sendiri.
2. Sebagai kebijaksanaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan
Dalam pendekatan ini berpandangan bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh karena itu maka manajer
didambakan oleh seorang investor dalam mengeluarkan uangnya untuk membeli saham
tersebut.
Menurut Tampubolon (2005: 185) ada beberapa kebijakan dividen yang dapat dilakukan
antara lain sebagai berikut:
1. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend per Share Policy)
Kebijaksanaan dividen yang stabil biasanya dilakukan korporasi yang mempunyai tingkat
risiko yang rendah. Walaupun dalam satu tahun korporasi menunjukkan kerugian dan tidak
memperoleh profit dividen, karena sudah menjadi suatu kebijaksanaan, maka dividen harus
tetap dipertahankan untuk dibayar, demi mempertahankan atau menghilangkan konotasi
negatif, baik terhadap investor yang sekarang maupun yang akan datang.
2. Rasio Konstan Pembayaran Dividen (Constant Dividend Pay Out Ratio)
Dengan kebijaksanaan seperti ini, suatu persentasi yang tetap dari pendapatan akan
dibayarkan sebagai dividen. Oleh karena net income selalu berbeda-beda, maka dividen yang
akan dibayarkan akan berbeda pula dengan pendekatan ini.
3. Kebijaksanaan Secara Kompromi (A Compromise Policy)
Kompromi adalah salah satu pendekatan yang terbaik di dalam menentukan kebijaksanaan
dividen. Dalam menentukan suatu kebijaksanaan, dapat ditentukan suatu cara untuk
mendapatkan jalan keluar yang sama–sama menguntungkan, baik kepada pemegang saham
maupun bagi manajemen korporasi.
4. Kebijaksanaan Dividen Secara Residu (Residual Dividend Policy)
Di dalam kesempatan investasi suatu korporasi yang tidak stabil, korporasi menginginkan
untuk mempertimbangkan suatu kebijaksanaan yang berfluktuasi. Dengan kebijaksanaan
kesempatan investasi dalam tahun tertentu. Dividen yang dibayarkan menunjukkan jumlah
residu (residual amount) dari pendapatan setelah kebutuhan investasi korporasi dapat
dipenuhi.
Brigham dan Houston (2001: 198) menyatakan bahwa ada tiga teori kebijakan dividen
dari preferensi investor, yaitu : teori ketidakrelevanan dividen, teori ”bird in the hand theory ”
dan teori preferensi pajak.
1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan
dividen ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa
nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba
dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata–mata pada pendapatan
yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara
dividen dan laba yang ditahan. Dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan
untuk dipersoalkan.
2. Teori ”bird in the hand theory”
Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih
menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan
dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen, risikonya lebih kecil. Miller dan
Modigliani (MM) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Linther sebagai kekeliruan
”bird in the hand theory” karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor
merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari
dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat
risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya.
3. Teori Preferensi Pajak
Teori preferensi pajak (tax preference theory) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gain maka para investor lebih
menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak.
Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu benar maka
perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus dibagikan.
2. Jika perusahaan menganut bird in the hand theory maka perusahaan harus membagi seluruh
EAT (Earning After Tax) dalam bentuk dividen.
3. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka perusahaan harus
menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain dividend payout ratio=0%.
Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 230) ada beberapa kebijaksanaan dividen yang
dapat dilakukan yaitu:
1. Stable Dividend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Stabil)
Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang
tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi besarnya dividen yang
2. Fluctuating Dividend Policy (Kebijaksanaan Pembayaran Dividen yang Berfluktuasi)
Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat
keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya
dividen yang dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka
besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah atau dapat dikatakan besarnya selalu
proporsional dengan tingkat keuntungannya.
3. Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy
Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil
atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang
dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih
mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya
didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya
tidak sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif.
Menurut Green, Peter dan Michael Pogue (1993: 69) menyatakan ada beberapa
kebijaksanaan dividen yang dapat dilakukan yaitu:
1. A residual dividend policy, ie the level of dividend payments is determined by investment and
financing policies, such that if there is a surplus of funds after the implementation of
investment and financing policies, dividend will be paid.
2. An independent dividend policy, ie the desired payment is selected and either investment or
financing policies, or both are adjusted. Clearly if this is the case, dividend will be
3. A simultaneous dividend poliicy, ie the dividend decision is neither totally residual or totally
independent, rather consideration is given to both exogenous factors and to investment and
financing policies.
2.2.3 Alasan yang Mempengaruhi Rasio Pembayaran Dividen
Ada beberapa alasan yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain (Sundjaja dan
Barlian, 2002: 339) :
1. Peraturan hukum
a. Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba
tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.
b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal dengan melarang pembayaran
dividen yang berasal dari modal.
c. Peraturan mengenai tak mampu bayar artinya perusahaan boleh tidak membayar
dividen jika tidak mampu.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen.
Oleh karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar maka semakin besar posisi
kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen.
3. Membayar pinjaman
Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk
pembayaran lainnya maka perusahaan dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo
atau perusahaan dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman. Jika
4. Kontrak pinjaman
Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali
membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.
5. Pengembangan aktiva
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan semakin besar kebutuhannya untuk membiayai
pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan di kemudian
hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan.
6. Tingkat pengembalian
Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang
dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan
maupun tempat lain.
7. Stabilitas keuntungan
Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan
bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka perusahaan seperti itu kemungkinan
besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan presentasi yang
lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.
Kemudian Levy dan Sarnat (1990: 417-418) berpendapat faktor – faktor yang
mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen adalah:
1. Floatation and Transaction Costs
In practice retained earnings and new issues are not perfect substitutes. This is a
consideration that may favor the use of retained earnings. Another factor that may favor the
increase their investment in the firm will prefer to forego cash dividend, thereby increasing
the investment in the firm, without the need to pay commissions on share purchases.
2. Control
In order to ensure control, some firms operate under a self-imposed constraint that limits the
amount of external financing which can be used. Such consideration are prevalent among
closely held or family-held firms. New issues of common stock dilute control, while after a
point further increases in debt become undesirabel or even impossible.
3. Informational Content of Dividend
In the real world, relevant information regarding a firm’s dividend can be (and probably)
important purveyors of information to investors. Informational content of dividend is
changes in the dividend rate that affect investors’ expectations regarding a firm’s future
prospects.
4. Cash Position
A firm’s cash position is another important factor that influences long-run dividend policy.
Clearly a cash dividend requires that the needed cash balance be on hand, so liquidity can
also be a factor affecting the dividend decision. A rapidly expanding and very profitable firm
is often plagued by chronic shortages of cash. Such a firm usually prefers to set a relatively
low dividend payout ratio and to plow back most of its earnings into financing further
growth. The firm could, of course, turn to the capital market for funds. However, the
uncertainty caused by rapid expansion often leads to the establishment of a “safe” dividend
policy - that is, one that can be maintained should the rate of growth in earnings decline in
5. Stability of Earnings
In general, the greater the risk of larger fluctuations in future earnings, the greater
probability that the firm will adopt a policy of setting a relatively low dividend payout ratio.
6. Legal Constraints
There may at times be a legal constraint against declaring cash dividend. Similarly,
dividend can be paid only out of earnings; they are usually not permitted if they reduce the
firm’s paid in capital.
Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 232) dividend payout ratio adalah perbandingan
antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan
dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para
investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil
laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para
pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin kuat”. Menurut
Gitosudarmo dan Basri (2002: 232) besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh
beberapa faktor:
1. Faktor likuiditas
Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividend payout ratio dan sebaliknya semakin
rendah likuiditas akan menurunkan dividend payout ratio.
2. Kebutuhan dana untuk melunasi utang
Semakin besar dana untuk melunasi utang baik maupun untuk obligasi hipotek dalam tahun
tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividend payout ratio
3. Tingkat ekspansi yang direncanakan
Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi
dividend payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktivitas.
4. Faktor pengawasan
Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawas cenderung akan
memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio dan
sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividend payout ratio.
5. Ketentuan–ketentuan dari Pemerintah
Ketentuan–ketentuan tersebut dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba perusahaan
maupun pembayaran dividen.
6. Pajak kekayaan/ penghasilan dari pemegang saham
Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividend
payout ratio lebih tinggi dibanding apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena
pajak.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio harus dipertimbangkan oleh
manajer keuangan. Menurut Sartono (2001: 292) ada beberapa faktor yang sesungguhnya terjadi
dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakan dividen sebagai berikut:
1. Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan, aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal pada masa
pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan
harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbagan utama dalam banyak kebijakan dividen,
karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan
memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya.
3. Kemampuan meminjam
Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam
dana jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan
meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Kemampuan meminjam yang lebih besar,
fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.
4. Keadaan pemegang saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui
dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika
hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh
capital gain, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout ratio yang rendah.
Dengan dividend payout ratio yang rendah dapat diperkirakan apakah perusahaan akan
menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable.
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio
yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan
perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif.
Halim (2007: 97) berpendapat bahwa manajer keuangan perlu memperhatikan faktor–faktor
yang mempengaruhi kebjiakan dividen meliputi (a) posisi likuiditas; (b) kebutuhan pelunasan
hutang; (c) pembatasan dalam perjanjian hutang; (d) tingkat ekspansi aset; (e) tingkat laba; (f)
stabilitas laba; (g) akses ke pasar modal; (h) kendali perusahaan; (i) kemampuan meminjam.
Keown, Scott, Martin and Petty (1999 : 482) ’’three basic views about dividend are: ”
1. Dividend policy is irrelevant
2. High dividend increase stock value, this view says dividend are more certain than capital
gains, has been called the bird in the hand theory. The belief that dividend income income
has a higher value to the investor than does capital gains income because dividend are more
certain than capital gains
3. Low dividend increase stock value
Pernyataan menurut Keown, Scott, Martin and Petty adalah bahwa ada tiga pendapat
mendasar tentang dividen. Pendapat pertama yaitu ’’dividen adalah tidak relevan’’. Pendapat ini
dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (MM) yang berpendapat bahwa pembayaran dividen
tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham dan nilai perusahaan ditentukan oleh
earning power dari asset perusahaan. Pendapat kedua yaitu ’’dividen yang tinggi akan
meningkatkan nilai saham’’. Pendapat ini menyatakan bahwa investor lebih merasa aman untuk
memperoleh pendapatan berupa dividen daripada menunggu capital gain. Pendapat ini sesuai
nilai saham’’. Pendapat tersebut berarti perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio
yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya
modal dan memaksimumkan nilai perusahaan.
Menurut Tampubolon (2005: 186) kebijaksanaan dividen dari suatu korporasi merupakan
fungsi dari beberapa faktor. Faktor–faktor yang mempengaruhi kebijaksanaan dividen tersebut
antara lain adalah:
1. Tingkat pertumbuhan korporasi (company growth rate)
2. Keterikatan dalam rapat (restrictive convenant)
3. Profitabilitas (profitability)
4. Stabilitas laba (earning stability)
5. Kontrol perbaikan (maintenance control)
6. Memahami pengungkit keuangan (degree of financial leverage)
7. Kemampuan untuk kondisi keuangan eksternal (ability to finance externally)
8. Keadaan tak terduga (uncertainity)
9. Ukuran dan umur korporasi (age and size)
Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (1999: 586): ”Dividends are more predictable
than capital gains ; management can control dividend. Investors are less certain of receiving
income form capital gains than from dividend”. Karena adanya investor yang cenderung risk
averse, mereka memilih untuk menerima sesuatu yang pasti, yaitu dividen. Hal ini dikenal
dengan bird in the hand theory atau dengan kata lain mereka lebih memilih satu burung yang
sudah pasti ditangan dibandingkan dua burung di udara.
Menurut Breley, Richard A. and Stewart C. Myers (2001: 464-465): ”What does the
Lintner conducted a classic series of interviews with corporate managers about their dividend
policies. His description of how dividend are determined can be summarized in four stylized
facts” :
1. Firm have long-run target dividend payout ratio. This ratio is the fraction of earnings paid
out as dividend.
2. Managers focus more on dividend changes than on absolute levels. Thus paying a $2.00
dividend is an important financial decision if last year’s dividend was $1.00, but it’s no big
deal if last year’s dividend was $2.00.
3. Dividend changes follow shifts in long run, sustainable levels of earning rather than
short-run changes in earnings. Managers are unlikely to change dividend payouts in response to
temporary variation in earnings. Instead, they ”smoth” dividend.
4. Managers are reluctant to make dividend change that might have to be reserved. They are
particularly worried about having to rescind a dividend increase.
2. 3. Rasio Keuangan
2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan
Perusahaan menggunakan rasio keuangan untuk mengevaluasi kinerja keuangan
perusahaan setiap periode perusahaan. Rasio keuangan membantu menganalisis kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan serta membantu mengidentifikasi penggunaan sumber daya
yang dimiliki untuk memaksimalkan investasi yang dilakukan.
Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan. Muslich (2003: 44) menyatakan bahwa informasi yang didasarkan pada
analisis keuangan mencakup penilaian keadaan keuangan perusahaan saat lampau, saat sekarang