• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas, Pertumbuhan Investasi dan Dividend Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.6 Hasil Analisis Data Per Subsektor Manufaktur .1. Uji Secara Parsial (Uji t)

4.2.1. Pengaruh Cash Position, Kebijakan Hutang, Firm Size, Profitabilitas, Pertumbuhan Investasi dan Dividend Payout Ratio pada Sektor dan Subsektor Manufaktur

Pengujian secara serempak pada sektor dan subsektor manufaktur menunjukkan bahwa variabel cash position (X1), kebijakan hutang (X2), firm size (X3), profitabilitas (X4) dan pertumbuhan investasi (X5) berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (Y). Hal ini berarti cash position, kebijakan hutang, firm size, profitabilitas dan pertumbuhan investasi dalam menentukan naik atau turunnya dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian dan teori yang telah dikemukakan. Dengan demikian pihak manajemen perusahaan harus mempertimbangkan kondisi likuiditas, kondisi

leverage, ukuran perusahaan, kondisi profitabilitas dan perubahan investasi pada perusahaan saat akan menentukan besarnya jumlah dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham.

Pada sektor manufaktur dan subsektor industri barang konsumsi menunjukkan hasil analisis regresi berganda memperlihatkan cash position (X1), firm size (X3) dan profitabilitas

(X4) mempunyai koefisien regresi positif terhadap dividend payout ratio (Y) yang artinya hubungan variabel bebas searah terhadap variabel terikat, hal ini berarti setiap peningkatan nilai variabel bebas akan dapat meningkatkan nilai variabel terikat dan sebaliknya setiap penurunan nilai variabel bebas akan dapat menurunkan nilai variabel terikat. Sedangkan untuk variabel kebijakan hutang (X2) dan pertumbuhan investasi (X5) memiliki koefisien regresi negatif terhadap dividen payout ratio (Y) yang artinya hubungan variabel bebas berlawanan arah terhadap variabel terikat, hal ini berarti setiap peningkatan nilai variabel bebas akan dapat menurunkan nilai variabel terikat dan sebaliknya setiap penurunan nilai variabel bebas akan dapat meningkatkan nilai variabel terikat.

Pada subsektor industri dasar kimia dan subsektor aneka industri menunjukkan hasil analisis regresi berganda memperlihatkan cash position (X1), firm size (X3) dan pertumbuhan investasi (X5) mempunyai koefisien regresi positif terhadap dividend payout ratio (Y) yang artinya hubungan variabel bebas searah terhadap variabel terikat, hal ini berarti setiap peningkatan nilai variabel bebas akan dapat meningkatkan nilai variabel terikat dan sebaliknya setiap penurunan nilai variabel bebas akan dapat menurunkan nilai variabel terikat. Sedangkan untuk variabel kebijakan hutang (X2) dan profitabilitas (X2) memiliki koefisien regresi negatif terhadap dividend payout ratio (Y) yang artinya hubungan variabel bebas berlawanan arah terhadap variabel terikat, hal ini berarti setiap peningkatan nilai variabel bebas akan dapat menurunkan nilai variabel terikat dan sebaliknya setiap penurunan nilai variabel bebas akan dapat meningkatkan nilai variabel terikat.

Hasil uji secara parsial menunjukkan variabel cash position berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan teori yang telah dikemukakan, maka perusahaan harus mempertimbangkan cash position perusahaan pada saat menentukan kebijakan pembayaran dividen setiap tahunnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian dan teori yang telah dikemukakan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Nasution (2004). Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Levy dan Sarnat, 1990: 417-418). Pihak manajemen harus dapat mengelola kondisi likuiditasnya agar dana yang dimiliki sesuai dengan tingkat kebutuhan perusahaan dan pastinya pada saat jatuh tempo pembagian dividen perusahaan harus memiliki jumlah kas yang sesuai untuk pembagian dividen kepada pemegang saham.

Hasil uji secara parsial menunjukkan variabel kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian dan teori

yang telah dikemukakan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Liono, Mudji Utami dan Liliana Inggrit Wijaya (2009) yang menyatakan variabel kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Kebijakan hutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima karena kewajiban membayar hutang lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Jika beban hutang semakin tinggi maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah sehingga kebijakan hutang mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout ratio (Sutrisno, 2001:5). Dengan demikian perusahaan seharusnya dapat menurunkan nilai kebijakan hutang perusahaannya sehingga semakin menurunnya jumlah hutang yang dimiliki perusahaan maka akan mengurangi beban bunga yang harus dibayarkan sehingga laba bersih yang dibagikan sebagai dividen kepada para investor sebagai pemegang saham dapat ditingkatkan pembayarannya.

Hasil uji secara parsial menunjukkan variabel firm size berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian dan teori yang telah dikemukakan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004) dan Imran (2011). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2009) yang menyatakan perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik mampu membayar dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif. Perusahaan besar yang dianggap telah mencapai tahap kedewasaan merupakan suatu gambaran bahwa perusahaan tersebut relatif lebih

stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi perusahaan yang stabil biasanya dapat memprediksi jumlah keuntungan di tahun-tahun mendatang karena tingkat kepastian laba sangat tinggi. Dengan demikian semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan dapat menghasilkan laba yang lebih besar sehingga dapat membagikan dividen dalam jumlah yang lebih besar juga (Levy dan Sarnat, 1990 : 418). Dengan demikian ukuran perusahaan akan menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam memutuskan kebijakan pembayaran dividen perusahaan.

Hasil uji secara parsial menunjukkan variabel profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian dan teori

Information Content or Signalling Hypothesis, Modigliani-Miller menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang baik pada masa yang akan datang. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Imran (2011) yang menyatakan variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

dividend payout ratio. Pihak manajemen dalam menetapkan kebijakan pembayaran dividen harus memperhatikan nilai profitabilitas. Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh laba secara keseluruhan selama periode tertentu.

Profitabilitas juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Semakin tinggi nilai profitabilitas maka akan semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari sisi penggunaan asset sehingga dengan peningkatan profitabilitas tersebut maka akan semakin besar juga nilai dividend payout ratio yang dibayarkan kepada para investor sebagai pemegang saham.

Hasil uji secara parsial menunjukkan variabel pertumbuhan investasi berpengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian dan

teori yang telah dikemukakan. Manajer perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan asset lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dengan jumlah yang tinggi sehingga laba yang akan dibagikan sebagai dividen juga akan rendah. Menurut residual teori, perusahaan akan membayar dividen jika hanya memiliki kesempatan investasi yang menguntungkan sehingga terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan investasi dengan pembayran dividen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Peter Green dan Michael Pogue (1993) yang menyatakan variabel pertumbuhan investasi berpengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio. Semakin besar pertumbuhan investasi maka akan semakin kecil juga jumlah pembayaran dividen kepada pemegang saham. Peningkatan nilai pertumbuhan investasi akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima karena sebagian laba akan digunakan untuk investasi. Jika pertumbuhan investasi semakin tinggi maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah sehingga pertumbuhan investasi mempunyai hubungan negatif dengan dividend payout ratio

BAB V