• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.6 Prosedur Penelitian .1 Pengambilan Sampel .1 Pengambilan Sampel

3.6.6 Analisis Kuantitatif .1 Besi

3.6.6.1.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi

Larutan baku besi (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuademineralisata. Dari larutan tersebut (10 µg/mL) dipipet masing-masing 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL; 5,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,1 µg/mL; 0,2 µg/mL; 0,3 µ g/mL; 0,4 µg/mL; 0,5µg/mL, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 248,3 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.6.6.1.2 Penetapan Kadar Besi dalam Kol Segar

Larutan sampel hasil destruksi dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata . Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 248,3 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku besi. Konsentrasi besi dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.

3.6.6.1.3 Penetapan Kadar Besi dalam Kol Rebus

Larutan sampel hasil destruksi dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata. Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 248,3 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku besi. Konsentrasi besi dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.

3.6.6.2 Kalium

3.6.6.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium

Larutan baku kalium (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 2,5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata. Dari larutan tersebut (50 µg/mL) dipipet masing-masing 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL; 5,0 mL; 6,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 2 µg/mL; 3 µg/mL; 4 µg/mL; 5 µg/mL; 6µg/mL, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.6.6.2.2 Penetapan Kadar Kalium dalam Kol Segar

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata (Faktor pengenceran = 100/2 = 50 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.

3.6.6.2.3 Penetapan Kadar Kalium dalam Kol Rebus

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata (Faktor pengenceran = 100/2 = 50 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus

berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.

3.6.6.3 Kalsium

3.6.6.3.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium

Larutan baku kalsium (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 2,5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata. Dari larutan tersebut (50 µg/mL) dipipet masing-masing 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL; 5,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1 µg/mL; 2 µg/mL; 3 µg/mL; 4 µg/mL; 5µg/mL, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.6.6.3.2 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kol Segar

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 4 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata (Faktor pengenceran = 100/4 = 25 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.

3.6.6.3.3 Penetapan Kadar Kalsium dalam Kol Rebus

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 4 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata (Faktor pengenceran = 100/4 = 25 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang

422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.

3.6.6.4 Natrium

3.6.6.4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium

Larutan baku natrium (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 0,5 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata. Dari larutan tersebut (10 µg/mL) dipipet masing-masing 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL; 5,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,2 µg/mL; 0,4 µg/mL; 0,6 µ g/mL; 0,8 µg/mL; 1,0µg/mL, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.6.6.4.2 Penetapan Kadar Natrium dalam Kol Segar

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 40 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua demineralisata (Faktor pengenceran = 100/40 = 2,5 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.

3.6.6.4.3 Penetapan Kadar Natrium dalam Kol Rebus

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 40 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan

akuademineralisata (Faktor pengenceran = 100/40 = 2,5 kali). Lalu diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel dihitung berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.

Kadar besi,kalium, kalsium dan natrium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

Kadar (µg/g)

=

Konsentrasi (µg/mL ) × Volume (mL )×Faktor Pengenceran

Berat Sampel (g)

3.6.7 Analisis Data Secara Statistik

Dokumen terkait