• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

3.6. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

3.6.1. Alat dan Bahan

3.6.1.1. Alat

a. Sphygmomanometer merek OMRON, Model HEM-7203

b. Alat monitor EKG dan saturasi oksigen (GE Dash 4000 Monitor) c. Spuit 5 ml dan spuit 10 ml (Terumo)

d. Laringoskop set (macinthos) e. Pipa endotrakea sesuai ukuran f. Stopwatch Chronograph

g. Alat tulis dan formulir penelitian

3.6.1.2. Bahan

a. Fentanyl 100 µg/ampul (Janssen Cilag)

b. Magnesium sulfat 40% (Otsu-MgSO4 40®, Otsuka Pharmaceuticals Indonesia)

c. Lidokain 2% (Lidokain HCl 20 mg/ml, Bernofarm)

d. Obat-obat emergensi: efedrin 5 mg/ml yang telah disiapkan, sulfas atropin 0,5 mg yang telah disiapkan

e. Midazolam (Sedacum® 0.1%, Dexa Medica)

f. Propofol 1% (Lipuro® 1%, B Braun Medical Indonesia) g. Rocuronium (Roculax®, Kalbe Farma Tbk)

h. D5% 100 ml (Otsu-D5, Otsuka Pharmaceuticals Indonesia) i. Cairan: Ringer laktat

j. Calcium Gluconas (Calcii Gluconas®, Ethica Jakarta-Indonesia)

3.6.2. Cara Kerja

3.6.2.1. Persiapan Pasien dan Obat

a. Penelitian ini terlebih dahulu mendapat persetujuan dari komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara – RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Peneliti kemudian melakukan informed concent kepada pasien pada saat kunjungan prabedah.

c. Kepada pasien dijelaskan tentang rencana tindakan pembiusan umum dan prosedur penelitian yang menggunakan obat yang telah lazim digunakan. d. Randomisasi dilakukan dengan cara blok oleh relawan yang telah dilatih,

masing-masing blok terdiri dari 6 subjek, dengan jumlah kemungkinan kombinasi sekuens sebanyak 5. Kemudian dijatuhkan pena di atas angka random. Angka yang ditunjuk oleh pena tadi merupakan nomor awal untuk menentukan sekuens yang sesuai. Kemudian pilih 4 pasangan angka di bawah dari angka pertama tadi sampai diperoleh jumlah sekuens yang sesuai dengan besarnya sampel. Kemudian sekuens yang diperoleh disusun secara berurutan sesuai dengan nomor amplop.

e. Obat disiapkan oleh relawan (peneliti dan pasien tidak mengetahui komposisi obat yang diberikan), dan relawan tersebut memberikan obat kepada peneliti pada hari pelaksanaan penelitian.

3.6.2.2. Pelaksanaan Penelitian

a. Penelitian ini dilakukan dibawah pengawasan konsultan anastesi yang bertugas pada hari tersebut.

b. Setelah pasien tiba di ruang tunggu kamar bedah, pasien diperiksa ulang terhadap identitas, diagnosa, rencana tindakan pembedahan, akses infus (pastikan telah terpasang infus dengan kateter vena no. 18 G dan threeway, dan pastikan aliran lancar).

c. Kemudian pasien dibawa ke kamar operasi dan diberikan preloading cairan Ringer Laktat 10 ml/kgBB.

d. Setelah preloading, dilakukan pengukuran tekanan darah, tekanan arteri rerata, denyut jantung, dan rate pressure product. (basal/T0).

e. Kelompok A diberikan magnesium sulfat 30 mg/kgBB yang dicampurkan ke dalam D5% 100 ml, kelompok B diberikan D5% sebanyak 100 ml, dan dihabiskan dalam waktu 5 menit. Kemudian dilakukan pengukuran

tekanan darah (TDS, TDD), tekanan arteri rerata (TAR), denyut jantung (DJ), dan rate pressure product (RPP) (T1).

f. Kemudian setelah 5 menit setiap kelompok dipremedikasi dengan midazolam dosis 0.05 mg/kgBB intravena (iv).

g. Setelah 5 menit pemberian midazolam, kemudian setiap kelompok diberikan fentanyl 2 µg/kgBB iv.

h. Dua menit setelah injeksi fentanyl, kemudian kelompok B diberikan lidokain 1.5 mg/kgBB iv dan kelompok A mendapatkan normal salin, dan setelahnya dilakukan pengukuran TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP.(T2) i. Setelah 2 menit pemberian lidokain/normal salin, maka masing-masing

kelompok diinduksi dengan propofol dosis 2 mg/kgBB iv, lalu injeksi rocuronium 1 mg/kgBB iv. Kemudian dilakukan pengukuran TDS, TDD, TAR, DJ, dan RPP.(T3)

j. Laringoskopi dilakukan setelah 1 menit pemberian obat pelumpuh otot dengan menggunakan bilah metal Macintosh nomor 3 atau 4.

k. Intubasi dengan ETT ID 7 Fr untuk perempuan dan ID 7.5 Fr untuk laki-laki.

l. Segera setelah intubasi, cuff ETT diisi dengan udara sampai tidak ada kebocoran pada saat pemberian ventilasi positif.

m. Kedalaman ETT ditentukan dengan mendengar suara napas paru kanan sama dengan paru kiri menggunakan stetoskop, kemudian ETT difiksasi. n. Kemudian dilakukan pengukuran TDS, TDD, TAR, DJ dan RPP pada

menit pertama, ketiga, dan kelima setelah intubasi endotrakea. Lalu dicatat sebagai data T-4, T-5, dan T-6. Selama pencatatan manipulasi bedah tidak dilakukan dan gas inhalasi tidak diberikan.

o. Setelah pengukuran menit kelima, gas inhalasi dapat diberikan dan manipulasi pembedahan dapat dilakukan

p. Bila terjadi tanda-tanda klinis toksisitas berat dari magnesium maka diberikan kalsium glukonas (10-15 mg/kg IV). Kemudian diberikan juga loop diuretik dan pemberian cairan untuk meningkatkan pengeluaran

magnesium melalui urin. Bila diperlukan, maka dilakukan juga penanganan jalan nafas dan dukungan bagi hemodinamik.

3.7. IDENTIFIKASI VARIABEL

3.7.1. Variabel Independent

a. Fentanyl 2 µg/kgBB intravena + Magnesium sulfat 30 mg/kgBB intravena b. Fentanyl 2 µg/kgBB intravena + Lidokain 1.5 mg/kgBB intravena

3.7.2. Variabel Dependent

a. Tekanan darah sistolik (TDS) b. Tekanan darah diastolik (TDD) c. Tekanan arteri rerata (TAR) d. Denyut jantung (DJ)

e. Rate Pressure Product (RPP)

3.8. RENCANA ANALISIS DATA

Data yang terkumpul akan dianalisa dengan menggunakan software pengolahan data statistik. Pengujian kenormalan data numerik dilakukan dengan Shapiro-Wilk test. Jika data kedua kelompok berdistribusi normal digunakan T independent test. Jika ada data yang tidak berdistribusi normal, maka digunakan Mann-Whitney test. Untuk membandingkan nilai rata-rata pada kelompok yang sama digunakan Paired T Test.

Batas kemaknaan yang ditetapkan : 5%

3.9. DEFINISI OPERASIONAL

a. Fentanyl merupakan opioid sintetik turunan fenilpiperidin yang strukturnya mirip mepiridin dan kekuatan analgetiknya 75 – 125x lebih poten daripada morfin.

b. Magnesium sulfat merupakan garam (senyawa kimia) yang terdiri dari magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4

c. Tekanan darah : hasil kali cardiac output dan tahanan perifer sistemik. Nilai normal untuk tekanan sistolik darah 90-120 mmHg dan tekanan darah diastolik 60-90 mmHg. Diukur menggunakan sphygmomanometer merek OMRON, Model HEM-7203.

d. Denyut jantung : frekwensi denyutan jantung yang dilihat pada monitor. Normalnya 60-100 x permenit.

e. Waktu pengukuran: T0: pengukuran setelah dilakukan pemberian cairan preloading (basal); T1: pengukuran setelah pemberian magnesium sulfat (A) ataupun D5% (B); T2: pengukuran setelah pemberian normal salin (A) ataupun lidokain (B); T3: pengukuran setelah pemberian obat induksi dan pelumpuh otot; T4, T5 dan T6: pengukuran menit ke-1,3 dan 5 setelah intubasi.

f. Tekanan arteri rerata (TAR) adalah hasil dari tekanan darah sistolik ditambah dua kali tekanan darah diastolik dibagi tiga.

g. Rate pressure product (RPP) adalah hasil kali denyut jantung (DJ) dengan tekanan darah sistolik (TDS).

h. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg.

i. Hipotensi adalah tekanan darah sistolik < 90 mmHg dan tekanan darah diastolik < 60 mmHg.

j. Takikardi adalah denyut jantung > 100 x/menit k. Bradikardi adalah denyut jantung < 60 x/menit

l. Body mass index (BMI) merupakan perkiraan bentuk tubuh manusia berdasarkan tinggi badan dan massa seseorang. Rumus BMI :

BMI =

[ ]

BMI 18.5-24.9 kg/m2 = normal BMI 25-29.9 kg/m2 = overweight BMI ≥ 30 kg/m2 = obesitas BMI ≥ 40 kg/m2 = obesitas ekstrem

Dokumen terkait