• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Alat Kontrasepsi Kondom

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti “mencegah” atau “melawan” dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut. Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet/lateks, berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung untuk menampung sperma (BKKBN, 2006).

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan, diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual (Saifuddin, 2003).

Kondom dalam keluarga berencana berfungsi yaitu menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan, mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HIV/AIDS) dari satu pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).

Indikasi dalam menggunakan kondom yaitu bila hubungan seksual dilakukan pada saat istri sedang dalam masa subur, bila istri tidak cocok dengan semua jenis alat/metode kontrasepsi, setelah vasektomi kondom perlu dipakai sampai enam minggu, sementara menunggu penggunaan metode/alat kontrasepsi lainnya, bagi calon peserta pil keluarga berencana yang sedang menunggu haid, apabila lupa minum pil keluarga berencana dalam jangka waktu lebih dari 36 jam, apabila salah satu dari pasangan suami istri menderita penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, dalam keadaan tidak ada kontrasepsi lain yang tersedia atau yang dipakai pasangan suami istri, sementara menunggu pencabutan implant/susuk keluarga berencana/alat kontrasepsi bawah kulit bila batas waktu pemakaian implant telah habis (BKKBN, 2006).

Adapun kelebihan kondom yaitu efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar, murah dan mudah di dapat tanpa resep dokter, praktis dan dapat dipakai sendiri, tidak ada efek hormonal, dapat mencegah kemungkinan penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, mudah dibawa, dan dapat menambah frekuensi hubungan seksual dan secara psikologis menambah kenikmatan. Sedangkan keterbatasan kondom yaitu kadang-kadang ada pasangan yang alergi bahan karet kondom, kondom hanya dapat dipakai satu kali, secara psikologis kemungkinan mengganggu kenyamanan, kondom yang kadaluwarsa mudah sobek dan bocor (BKKBN, 2006).

Efektifitas kondom yaitu efektif sebagai kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar, angka kegagalan teoritis 3% dan praktis 5-20%, sangat efektif jika

digunakan pada waktu istri dalam periode menyusui (Lactation Amenorrhae Method),

akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan sistem kalender (BKKBN, 2006). Menurut BKKBN (2006) cara pemakaian kondom dengan baik dan benar adalah:

1. Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan kemudian dorong kondom dengan jari anda ke posisi bawah. Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka bungkusnya. Selanjutnya sobek bungkus kondom.

2. Dorong kondom dari baawah agar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah luar. 3. Pencet ujung kondom agar tidak ada udara yang masuk dan letakkan pada kepala

penis.

4. Baik pihak suami atau istri dapat memasangkan kondom ke penis. Pada saat kondom dipasang, penis harus selalu dalam keadaan tegang. Pasanglah kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom hingga panggal penis (jangan menggunakan kuku karena kondom dapat robek).

5. Jika pelicin yang ada pada kondom dirasa kurang (terutama untuk hubungan awal), gunakan pelican kondom tambahan seperti jelly yang dapat dibeli di apotik.

6. Jangan ada kontak penis dengan vagina sebelum penggunaan kondom.

7. Segera setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina, pegang pangkal penis dan lepaskan kondom dengan hati-hati selagi masih tegang (jangan sampai ada cairan sperma yang tercecer keluar).

8. Ikat kondom agar cairan sperma tidak dapat keluar dan buang di tempat yang aman, jangan buang kondom bekas pakai pada WC karena dapat menyumbat. 9. Pilih kondom yang paling cocok dengan selera dan ukuran penis anda.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan kondom adalah: a. Periksalah tanggal kadaluarsa pada bungkus kondom.

b. Periksalah kondisi bungkus kondom, jangan menerima atau membeli kondom yang bungkusnya sudah rusak, ada gelembung udara didalamnya dan berlubang.

c. Gunakan kondom baru setiap bersenggama.

d. Simpanlah kondom ditempat yang sejuk dan kering. Jauhkan kondom dari sinar lampu neon, dan letakkan di tempat yang tidak terkena matahari langsung atau di tempat yang panas.

e. Sebaiknya tidak meletakkan kondom di saku celana karena suhu tubuh dapat mempengaruhi kualitas kondom.

f. Sebaiknya memiliki persediaan kondom lebih dari satu dan jangan sampai kehabisan.

g. Jangan menggunakan pelicin tambahan yang terbuat dari minyak, seperti minyak goreng, mentega, body lotion dan lain-lain karena dapat merusak kondom.

h. Hati-hati dalam memasang dan melepaskan kondom bagi mereka yang memiliki kuku panjang atau cincin dengan bagian yang tajam.

Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. Pasangan usia subur diharapkan secara bertahap menjadi peserta keluarga berencana yang aktif lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi. Pasangan usia subur yaitu pasangan yang istrinya berumur 15-49 tahun atau pasangan suami-istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (BkkbN, 2009a).

2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Pria dalam Keluarga

Dokumen terkait