• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.8 Alat Pengumpul Data (Instrumen)

Instrumen penelitian meliputi penyusunan instrument dan analisis instrument. Instrument yang digunakan adalah materi pada pembelajaran Membuat Pola pokok bahasan membuat pola dasar badan sistem bunka. Perangkat

tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes bentuk objektif, yaitu tes dengan bentuk soal pilihan ganda yang masing-masing butirnya terdiri dari empat jawaban dengan satu jawaban yang benar, dan satu soal praktik

3.8.1 Penyusunan instrumen

Tahap persiapan dalam penyusunan instrument tes dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Menentukan materi

(2) Menentukan alokasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan soal (3) Menentukan bentuk tes

(4) Membuat kisi-kisi soal

(5) Membuat perangkat tes, yaitu dengan membuat butir soal dan membuat kunci jawaban

(6) Menguji cobakan instrument

(7) Menganalisa hasil uji coba, dalam hal validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.

Setelah instrument tes selesai maka yang akan digunakan untuk mengukur variabel harus diuji cobakan terlebih dahulu terhadap responden, hal ini bertujuan untuk mengetahui kesahihan butir soal dan keadaan instrumen.

Uji coba dilakukan pada siswa kelas XII Tata Busana 1 SMK Negeri 3 Magelang yang berjumlah 36 siswa, dengan jumlah soal tes sebanyak 50 soal objektif dan 1 soal praktik membuat pola dasar sistem bunka skala 1:4. Hasil uji coba tes dapat dilihat pada lampiran.

Analisis soal tes uji coba meliputi meliputi uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

3.8.2.1Validitas instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2010: 211). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Validitas instrumen diuji dengan menggunakan validitas butir soal tes teori dengan jumlah 50 butir. Bentuk tes teori adalah pilihan ganda dengan empat pilihan dengan penilaian benar mendapat skor 1 dan salah mendapat skor 0. validitas isi soal praktik diuji menggunakan validitas isi dan penilaian 3 reter dan lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan siswa didalam proses Jigsaw berlangsung, langkah ini disebut juga try out instrumen. Valid tidaknya instrumen dapat diketahui setelah instrumen yang disusun dan di try out kepada kelompok uji coba. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas butir soal menggunakan analisis DP dengan korelasi biserial titik. Analisis DP butir soal tes objektif dengan menggunakan skor-skor total kelompok unggul dan kelompok asor yang dikatakan bias bagi butir soal bertingkat kesukaran sedang itu dapat diatasi dengan menggunakan teknik korelasi beserial titik (Subino, 1997: 106).

Valid tidaknya instrumen yang disusun dan di try out kepada kelompok uji coba. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas butir menggunakan rumus yaitu: korelasi biserial titik yaitu:

q p S M M r t t p pbis   (Subino, 1997:106) Keterangan:

Mp = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal Mt = Rata-rata skor soal

St = Standart deviasi skor total

p = Proposi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal q = Proposi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal

Berdasarkan hasil try out perhitungan pada N = 36 diperoleh rpbis, r hitung sebesar 0, 689 lebih besar dari r tabel =0, 392 pada taraf signifikan 5%, karena rpbis

lebih besar dari rtabel dianggap valid, maka instrument dapat tersebut dapat digunakan untuk penelitian mengambil data. Perhitungan validitas butir dapat dilihat di lampiran halaman 163.

Jumlah soal yang diuji coba sebanyak 50 butir soal dan diperoleh 40 soal yang valid dan 10 soal tidak valid. Jumlah soal yang valid dan tidak valid dapat dilihat pada lampiran halaman 162.

3.8.2.2Reabilitas soal kemampuan awal

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut masih baik (Suharsimi Arikunto, 2010: 221). Reliabilitas

menunjukkan bahwa suatu korelasi point biserial untuk digunakan sebagai pengumpul data. Dalam arti suatu perangkat tes tiap kali digunakan memberikan skor yang relatif sama untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:

Vt

k

M)

-M(k

-1

1

-k

k

r

11 (Suharsimi, 2010: 232) Keterangan: r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan. M = Skor rata-rata

Vt = Varians total (Suharsimi, 2010: 232).

Rumus varians:

 

n

n

x

x

S

i 2 2 2

 

(Suharsimi, 2010:227)

Harga r11 kemudiandikonsultasikan dengan tolak ukur reliabilitas sebagai berikut:

Table 3.3 Klasifikasi Reliabilitas Tes Objektif

 0,00 ≤ r < 0,20 = derajat reliabilitas sangat rendah

 0,02 ≤ r < 0,40 = derajat reliabilitas rendah

 0,40 ≤ r < 0,60 = derajat reliabilitas sedang

 0,60 ≤ r < 0,80 = derajat reliabilitas tinggi

 0,08 ≤ r < 1,00 = derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan try out pada N = 36 hasil 0, 905 lebih besar dari rtabel = 0,092 pada taraf signifikan 5 %, karena r11 lebih besar dari rtabel maka dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut reliabel. Perhitungan reliabilitas insrumen dapat dilihat pada lampiran halaman 165.

3.8.2.3Reliabilitas Tes Praktik

Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dapat memberi hasil yang tepat, artinya apabila instrumen tersebut digunakan pada sejumlah objek yang sama pada lain waktu maka hasilnya relatif sama. Reliabilitas tes praktek pada penelitian ini menggunakan reliabilitas ratings. Menurut (Saifuddin Azwar, 2011: 105) menyatakan ratings adalah prosedur pemberian skor berdasarkan judgment subjektif terhadap aspek atau atribut tertentu yang dilakukan melalui pengamatan sistematik baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan pengaruh subjektivitas pemberian antar beberapa rater.

Penelitian ini menggunakan 3 orang panelis ahli (pemberi rating/ rater). Caranya, yaitu reliabilitas hasil pemberian rating dilakukan dengan memberikan rating ulang dan menghitung korelasi antara pemberi rating tersebut melalui rank order correlation atau korelasi jenjang. Dari sini akan ditemukan koefisien yang merupakan rata-rata interkorelasi hasil rating diantara semua kombinasi pasangan rater yang dibuat dan merupakan rata-rata reliabilitas bagi seorang rater.

Menurut Ebel (1951) yang dikutip oleh Saifuddin Azwar memberikan formula untuk mengestimasi reliabilitas dari rata-rata rating yang dilakukan oleh K orang raters, yaitu dengan rumus sebagai berikut:

rxx’ = (Ss2 – Se2) Ss2

Kerangan:

rxx’ = Koefisien korelasi

Ss2 = Varians antar subyek yang dikenai rating

Se2 = Varians eror, yaitu varians interaksi antar subyek ( s) dan rater ( r ) (Saifuddin Azwar, 2011: 106-107)

Hasil perhitungan dari ketiga reter adalah = 0,837 dan tergolong tinggi, sehingga instrument tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai pengambil data

Perhitungan reliabilitas insrument dapat dilihat pada lampiran halaman 168.

3.8.2.4Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkan soal tersebut, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya (Suharsimi, 2007: 207).

Untuk mengetahui taraf kesukaran soal dapat dilakukan dengan indeks kesukaran soal yang rumusnya :

Js P B

(Suharsimi, 2007: 208) Keterangan :

B = Jumlah yang benar pada butir soal JS = Banyaknya siswa yang mengikuti tes

Table 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal

Interval IK Katagori P = 0,00 0,00 < P < 3,00 0,30 < P < 0,70 0,70 < P < 1,00 P = 1,00 Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah (Suharsimi, 2007: 210)

Hasil uji coba menunjukkan bahwa harga P terletak pada interval 0,89 sampai 1,00 maka butir nomor 1 termasuk dalam kategori mudah. Hasil uji coba diperoleh kelompok soal-soal sebagai berikut:

1. Soal-soal dengan kategori mudah, 29 nomor 2. Soal-soal dengan kategori sedang, ada 16 nomor.

3. Soal-soal dengan kategori sukar, 5 ada nomor.Perhitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada lampiran halaman 166.

3.8.2.5Daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Suharsimi Arikunto, 2007: 211). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks D yang dinyatakan dengan rumus:

B B A A J B J B DP  (Suharsimi Arikunto, 2007: 213) Keterangan: DP = Daya pembeda

BA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas BB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah JA = Banyak siswa pada kelompok atas

JB = Banyak siswa pada kelompok bawah

Tabel 3.5 Klasifikasi daya pembeda soal

Interval Kriteria D = 0,00 - 0,20 D = 0,20 - 0,40 D = 0,40 - 0,70 D = 0,70 - 1,00 D = negative Jelek (poor) Cukup (satisfactory) Baik (good)

Baik sekali (excellent)

Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja (Suharsimi Arikunto, 2007: 218)

Berdasarkan perhitungan daya pembeda soal pada soal nomer 1, diketahui D terletak pada interval 0,22 sampai 0, 40 maka daya pembeda butir soal nomor 1 termasuk dalam katagori cukup. Hasil uji coba diperoleh sebagai berikut;

1. Soal-soal dengan kategori jelek, ada 7 nomor. 2. Soal-soal dengan kategori cukup, ada 35 nomor 3. Soal-soal dengan kategori baik, ada 8 nomor.

Perhitungan daya pembeda soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran halaman 164.