• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

KEGIATAN SISWA

2.1.5.3 Tipe hasil belajar

(John Travers dalam Agus Suprijono, 2011: 8–10) menggolongkan kegiatan belajar menjadi belajar gerakan, belajar pengetahuan dan belajar pemecahan masalah. Ada pula yang menggolongkan kegiatan belajar menjadi belajar informasi, belajar konsep, belajar prinsip, belajar keterampilan dan belajar sikap. Secara ekletis, kategorisasi kegiatan belajar yang bermacam-macam tersebut dapat dirangkum menjadi tipe kegiatan belajar :

1) Keterampilan 2) Pengetahuan 3) Informasi 4) Konsep 5) Sikap 6) Pemecahan masalah

Gagne mentipisfikasikan kegiatan belajar menjadi delapan yaitu:

a) Signal learning atau kegiatan belajar mengenal tanda. Tipe kegiatan belajar ini menekankan belajar sebagai usaha merespons tanda tanda yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran

b) Stimulus-response learning atau kegiatan belajar tindak balas. Tipe ini berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar melakukan respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam situasi pembelajaran

c) Chaining learning atau kegiatan belajar melalui rangkaian. Tipe ini berkaitan dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan antara dua stimulus atau lebih dengan berbagai respons yang berkaitan dengan stimulus tersebut d) Verbal association atau kegiatan belajar melalui asosiasi lisan. Tipe ini

berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respons dengan stimulus yang disampaikan secara lisan

e) Multiple discrimination learning atau kegiatan belajar dengan perbedaan berganda. Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik membuat berbagai perbedaan respons yang digunakan terhadap stimulus yang beragam,namun berbagai respons dan stimulus itu saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya

f) Concept learning atau kegiatan belajar konsep. Tipe ini berkaitan dengan berbagai respons dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah stimulus berupa konsep konsep yang berbeda antara satu dengan yang lainnya

g) Principle learning atau kegiatan belajar prinsip prinsip. Tipe ini digunakan peserta didik menghubungkan beberapa prinsip yang digunakan dalam merespons stimulus

h) Problem solving learning atau kegiatan belajar pemecahan masalah. Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik menghadapi persoalan dan memecahkannya sehingga pada akhirnya peseta didik memiliki kecakapan dan keterampilan baru dalam pemecahan masalah

Hasil belajar dapat dibedakan kedalam beberapa kategori. Kategori yang banyak digunakan dibagi menjadi 3 tipe hasil belajar yaitu: tipe hasil belajar ranah kognitif, tipe hasil belajar ranah afektif, tipe hasil belajar ranah psikomotorik (Bloom dikutip Nur ‘Aini, 2006: 9-11). Masing-masing tipe hasil belajar terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitan dan mempunyai karakter tersendiri, sebab setiap tipe hasil belajar berbeda dalam cakupan dan hakikat yang terkandung didalamnya.

2.1.5.3.1 Ranah Kognitif

Tipe hasil belajar ranah kognitif meliputi tujuan pendidikan yang berkesinambungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan, pengembangan kemampuan intelektual dan ketrampilan berfikir. Ranah kognitif dimulai dari jenjang ranah yang paling rendah atau bawah, kejenjang yang lebih tinggi. Jenjang yang paling rendah merupakan prasyarat untuk jenjang yang lebih tinggi sehingga untuk mencapai jenjang yang tinggi harus melalui jenjang yang bawah. Konsep ini nantinya juga digunakan untuk pengembangan alat evaluasi (tes hasil belajar). Tipe hasil belajar ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa

pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Tipe hasil belajar bidang kognitif ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan analisis, sintesis, evaluasi (Nur ‘Aini, 2006: 9). Adapun aspek tersebut adalah seperti berikut:

Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge), pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya (Nur ‘Aini, 2006: 9). Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan Membuat Pola pokok bahasan Membuat pola dasar badan atas sistem bunka diharapkan siswa dapat mengetahui, serta mengingat tentang pengetahuan pola, alat serta bahan yang dipergunakan dalam membuat pola, langkah-langkah pembuatan pola serta cara penyelesaianya.

Tipe hasil belajar pemahaman (Comprehention) didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pelajaran (Nur ‘Aini, 2006: 9). Tipe hasil belajar pemahaman Membuat pola pokok bahasan membuat pola dasar sistem bunka adalah siswa dapat memahami materi tentang:, pengertian pola dan macam-macam jenis pola, menentukan garis bentuk tubuh berdasarkan anatomi tubuh dalam pengukuran (menentukan body line), alat dan bahan membuat, cara mengambil ukuran, pembuatan pola dasar, tanda-tanda pola, proses dalam membuat cara penyelesaianya.

Tipe hasil belajar penerapan (Application) mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip dalil dan teori. Hasil belajar di bidang ini memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada tingkat pemahaman sebelumnya (Nur ‘Aini, 2006: 9). Tipe hasil belajar Membuat pola

pokok bahasan membuat pola dasar badan atas sistem bunka diharapkan, setelah memahami dan merespon materi yang diberikan, siswa dapat mempraktikkanya yaitu salah satunya siswa dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara pembuatan pola dasar badan atas sistem bunka.

Tipe hasil belajar analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. (Nur ‘Aini, 2006: 9). Tipe hasil belajar analisis Membuat pola pokok bahasan membuat pola dasar badan atas sistem bunka adalah siswa dapat menganalis atau membaca gambar pola langkah–langkah membuat pola dasar sistem bunka secara kontruksi dengan cermat sesuai ukuran kemudian dapat mempraktikanya dengan membuat pola. badan atas sistem bunka.

Tipe hasil belajar sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru (Nur ‘Aini, 2006: 9). Tipe hasil belajar sintesis Membuat pola pokok bahasan membuat pola dasar badan atas sistem bunka adalah siswa mampu menyimpulkan apa saja yang merupakan dasar utama dalam membuat pola agar diperoleh hasil yang baik dalam Membuat pola.

Tipe hasil belajar evaluasi mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran (pernyataan, novel, puisi,laporan) untuk tujuan tertentu (Nur ‘Aini, 2006: 9). Evaluasi merupakan kegiatan yang meliputi mengukur dan meneliti. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah tes dan non tes. Hasil pengukuran berupa skor. Tipe hasil belajar evaluasi Membuat pola pokok bahasan Membuat pola dasar badan atas sistem bunka adalah siswa mampu

menilai teknik Membuat pola dasar sistem bunka beserta penyelesainnya dengan tepat sesuai dengan desain/gambar, tanda pola dan mampu memperbaiki pola apabila terjadi kesalahan.

2.1.5.3.2 Ranah Afektif

Tipe hasil belajar ranah afektif meliputi tujuan pendidikan yang berkenan dengan minat, sikap, nilai serta pengembangan penghargaan dan penyesuaian diri. Ranah afektif sangat sulit untuk dinilai, karena perilakunya tidak selalu nyata, dan apa yang dilakukan mungkin tidak sama dengan apa yang ada dalam hati, sehingga sering kali guru kesulitan dalam mengidentifikasi Krathwahl, Bloom dan Mansia, sebagaimana yang dikutip (Nur’aini, 2006: 10). Ranah afektif ini tampak pada perilaku siswa seperti perhatian, disiplin, menghargai teman, motivasi belajar, hubungan sosial dan kebiasaan belajar (Nana Sudjana, 2010: 30). Bidang afektif ini terdiri dari lima aspek, yaitu: Menerima, Merespon/ menjawab, menilai, organisasi, karakteristik nilai. Adapun aspek-aspek tersebut diuraikan sebagai berikut:

Penerimaan (Receiving), pada aspek ini berkenaan dengan membangkitkan, membimbing dan mengarahkan perhatian siswa tehadap, materi pembuatan pola dasar badan atas sistem bunka yang diberikan oleh guru sehingga materi yang diberikan dapat dipahami oleh siswa. Penanggapan (Responding), pada aspek ini diharapkan siswa dapat merespon materi Membuat pola pokok bahasan pola dasar badan atas sistem bunka yang telah diberikan oleh guru dalam bentuk jigsaw, seperti adanya diskusi, tanya jawab, siswa dapat mengerjakan soal latihan dan sebagainya. Penilaian (Valuing), pada aspek ini diharapkan siswa dapat

menggambarkan, membedakan, menggabungkan, mempelajari materi yang telah diberikan. Pengorganisasian (Organization), pada aspek ini diharapkan siswa dapat menyatukan nilai-nilai yang berbeda. Pembentukan pola hidup (Organization by a value complex), pada aspek ini mengacu pada poses perwujudan nilai-nilai, sehingga tingkah lakunya menunjukkan karakteristik atau identitas dari siswa tersebut.

2.1.5.3.5 Ranah Psikomotorik

Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berhubungan dengan ketrampilan motorik yang melibatkan otot gerak yang membutuhkan koordinasi otot. Pada dasarnya ketrampilan psikomotorik merupakan keahlian menampilkan gerakan yang kompleks secara efisien. Ketrampilan ini bergantung pada kekomplekan gerakan dan tingkatan, yang meliputi ketetapan, ketelitian, efisiensi, kehalusan dan keindahan. Hasil belajar ranah Psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu seseorang. Hasil belajar yang diterapkan Membuat Pola adalah siswa mampu dan trampil dalam pembuatan pola dasar badan atas sistem dan cara penyelesaianya, sehingga siswa akan menerima pengalaman belajarnya dengan perubahan tingkah laku yang lebih baik.