• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

3. Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori

a. Pengertian Alat Peraga Matematika

Alat peraga merupakan alat-alat yang dapat digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa sehingga verbalisme pada diri siswa dapat dicegah (Usman, 2011: 31). Alat

peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang memperlancar proses pembelajaran (Anitah, 2010: 83). Sadiman, Rahardjo, Anung, dan Raharjito (2009: 7) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai penyalur pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Beberapa pengertian alat peraga dari ahli dapat mengarahkan bahwa alat peraga matematika adalah alat yang digunakan untuk memperjelas materi pelajaran matematika sehingga mempermudah siswa untuk dalam memahami materi karena dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa dalam belajar.

Ada banyak keuntungan jika dalam pembelajaran matematika menggunakan alat peraga (Suherman, 2003: 243). Keuntungan pertama yang didapat dalam penggunaan alat peraga matematika ialah kegiatan belajar mengajar lebih termotivasi. Siswa yang mempunyai motivasi belajar akan cenderung senang untuk belajar. Keuntungan kedua adalah konsep abstrak matematika tersaji dalam bentuk konkret. Bentuk konkret yang ditemui siswa membantu siswa untuk memahami materi baru yang diterima. Keuntungan lainnya adalah merangsang siswa untuk berpikir, merangsang siswa menjadi aktif, merangsang siswa untuk memecahkan masalahnya sendiri. Rangsangan yang ditimbulkan alat peraga tersebut dapat membuat siswa lebih mendalami materi yang dipelajari.

b. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori

Alat peraga diciptakan oleh Montessori sendiri berdasarkan hasil observasi terhadap anak didiknya di Casa dei Bambini (Montessori, 2002: 36&81). Menurut

Montessori, alat peraga adalah material yang ditujukan untuk siswa sebagai bantuan belajar yang didesain secara sederhana, menarik, memungkinkan untuk dieksplorasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara mandiri, dan memperbaiki kesalahan mereka sendiri (Lillard, 1997:11). Semua alat peraga Montessori ditujukan demikian begitu juga dengan alat peraga matematikanya.

Alat peraga matematika berbasis metode Montessori tidak didesain untuk mengajar matematika namun ditujukan untuk dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan matematikanya (Lillard, 1997: 137). Kemampuan siswa yang dikembangkan seperti memahami perintah, memahami urutan, mengenal hal yang abstrak dan memiliki kemampuan untuk menyatukan semuanya itu menjadi sebuah temuan yang baru. Alat peraga matematika Montessori memang didesain dengan sederhana dan menarik sesuai dengan konsep pemikiran Montessori sendiri (Montessori, 2002: 169-175). Siswa diberi kesempatan secara utuh dan mandiri mengeksplorasi alat peraga tersebut dan melakukan perbaikan pada kesalahannnya sendiri tanpa harus dikoreksi orang lain. Berdasar pada teori-teori yang telah terpapar dapat disimpulkan bahwa alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah alat yang dirancang sendiri oleh Montessori guna menyampaikan pembelajaran matematika kepada siswa dengan memperhatikan ketertarikan siswa dan sederhana sehingga siswa berminat mengeksplorasi diri secara utuh dan mandiri.

c. Karakteristik alat peraga matematika berbasis metode Montessori

Alat peraga Montessori memiliki karakteristik khusus yang membedakan dengan alat peraga lain. Montessori membuat alat peraga dengan 4 karakteristik

utama yaitu, 1) menarik, 2) bergradasai, 3) auto education, 4) auto correction

(Montessori, 2002: 169-175). Dalam penelitian ini, karakteristik kontekstual pada alat peraga ditambahkan oleh peneliti. Ciri kontekstual ditambahkan sebagai usaha untuk semakin dekat dengan sistem pembelajaran di Indonesia.

Karakteristik yang pertama adalah menarik. Alat peraga Montessori diciptakan semenarik mungkin sehingga ketika anak melihat akan tertarik menggunakannya. Agar menarik, alat peraga Montessori menggunakan warna-warna yang indah. Warna-warna-warna yang dipakai pada alat peraga Montessori merupakan warna yang lembut, terang dan menunjukkan langsung ketika ada ketidakharmonisan dengan lingkungan sekitarnya seperti adanya coretan atau noda. Sentuhan anak terhadap alat peraga menciptakan pembelajaran sensorial atau education of senses dalam metode Montessori (Montessori, 2002: 174).

Karakteristik yang kedua adalah memiliki gradasi atau bergradasi. Terdapat dua jenis gradasi menurut Montessori, yang pertama adalah gradasi umur. Maksud dari gradasi umur adalah alat peraga dibuat bervariasi sesuai dengan jenjang kelasnya. Gradasi yang kedua adalah gradasi rangsangan. Alat peraga Montessori memiliki rasional rangsangan yang bergradasi (Montessori, 2002: 175). Konsep gradasi bukan sekedar perbedaan warna, tetapi terletak pada keterlibatan indera yang lebih dari satu dalam pembelajaran Montessori sehingga memunculkan rangsangan rasional yang bergradasi. Dua hal yang tampak pada alat Montessori berkaitan dengan karakteristik ini adalah bentuk dan warna alat. Kedua hal tersebut mampu melibatkan lebih dari satu indera pada anak ketika menggunakan alat tersebut.

Karakteristik selanjutnya adalah auto education. Montessori begitu detil dalam merancang alat peraganya. Setiap alat peraga Montessori diciptakan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak, baik dari segi ukuran maupun beratnya sehingga anak nyaman dalam menggunakannya. Tujuan dari hal ini adalah anak dapat bekerja menggunakan alat peraga dengan mandiri, dengan demikian anak dapat mengetahui sendiri suatu konsep atau pengetahuan baru melalui bekerja menggunakan alat peraga.

Karakteristik alat peraga Montessori yang keempat adalah memiliki nilai pengendali kesalahan atau auto correction. Karakteristik auto correction adalah karakteristik khas yang tidak dimiliki alat peraga lainnya. Tujuan dari adanya pengendali kesalahan adalah anak dapat mengetahui dengan sendirinya tanpa diberitahu oleh orang lain ketepatan dan kebenaran dari aktivitas yang dilakukannya bersama alat peraga tersebut. Sebagai contoh pada permainan menggunakan incastri solidi. Ketika anak memasukkan incastri pada lubang yang tidak tepat maka yang terjadi adalah incastri tidak dapat masuk ke dalam lubang atau incastri dapat masuk ke dalam lubang tetapi dengan menyisakan tempat yang longgar. Anak akan menyadarinya kemudian mengeluarkan kembali incastri tersebut dan mencoba memasukkan pada lubang yang lain. Anak akan mengulang permainan ini sampai beberapa kali hingga anak dapat memasukkan incastri pada lubang yang tepat dan merasa puas (Montessori, 2002: 171). Dari permainan tersebut anak dapat mengetahui sendiri kesalahan yang dilakukannya dan memperbaiki kesalahannya tanpa harus diberitahu oleh orang lain.

Penerapan alat peraga matematika Montessori di Indonesia memunculkan karakteristik yang ke lima yaitu kontekstual. Karakteristik kontekstual muncul untuk menjembatani pembuatan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Alat peraga Montessori yang asli terbuat dari kayu yang tidak ada di Indonesia, maka kontekstual memungkinkan pembuatan alat peraga dari bahan lain yang dekat dengan lingkungan sekolah. Nilai kontekstual juga diharapkan dapat membuat siswa merasa mengenal alat peraga tersebut sehingga mudah beradaptasi dengan alat dan mudah menggunakan.

d. Alat Peraga Papan Penjumlahan Pengurangan Montessori

Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini bernama papan penjumlahan pengurangan Montessori. Papan penjumlahan pengurangan Montessori merupakan replika dari alat peraga Montessori yang bernama papan titik Montessori (Nienhuis, 2012). Papan penjumlahan pengurangan Montessori terbuat dari kayu dan kertas yang dibentuk sedemikian rupa. Papan penjumlahan pengurangan berbasis metode Montessori terbuat dari bahan dasar kayu Mahoni yang dilengkapi dengan manik-manik kayu berwarna merah dan biru, serta kartu soal. Kartu soal dilengkapi dengan kunci jawaban pada bagian belakang kartu.

Alat peraga papan penjumlahan pengurangan Montessori ini digunakan guru dan siswa untuk memahami materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka di kelas I semester 2. Materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka sesuai standar kompetensi 4 yaitu “melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah” dan kompetensi dasar 4.4 “melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua

angka. Gambar papan penjumlahan pengurangan Montessori akan disajikan dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1 Papan Penjumlahan Pengurangan Montessori

Gambar 2.1 menampilkan alat peraga papan penjumlahan pengurangan Montessori. Papan penjumlahan pengurangan Montessori terdiri dari lima bagian. Bagian-bagian dari papan penjumlahan pengurangan Montessori yaitu : a) papan titik, b) manik-manik bilangan, c) kotak untuk menyimpan manik-manik bilangan, d) kartu alat peraga yang terdiri dari kartu soal/ kunci jawaban, kartu operasi hitung, dan kartu indikator, serta e) kotak untuk menempatkan kartu alat peraga.

Dokumen terkait