• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa atas penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Skor rata-rata kelompok eksperimen yang menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori meningkat lebih tinggi daripada skor kelompok kontrol yang tidak menggunakan alat peraga serupa ketika pembelajaran. Peningkatan rata-rata skor hasil pre-test dan rata-rata skor hasil

post-test dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-Rata Skor Pre-test dan Post-test Kelompok Kontroldengan Kelompok Eksperimen

Gambar 4.1 merupakan grafik perbandingan hasil skor pre-test danskor

post-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Grafik menunjukkan kenaikan rata-rata skor pre-test dibandingkan rata-rata skor post-test. Kenaikan prestasi belajar siswa tersebut disebabkan oleh penggunaan alat peraga

matematika berbasis metode Montessori. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan matematikanya (Montessori, 2002: 169-175). Alat peraga matematika berbasis metode Montessori membebaskan siswa untuk belajar dengan alat dan melakukan perbaikan sendiri tanpa harus dikoreksi orang lain.

Hal tersebut sesuai dengan salah satu karakteristik alat peraga berbasis metode Montessori yaitu auto-corection (Montessori, 2002: 169-175). Karakteristik auto-corection membuat siswa nyaman untuk membangun pengetahuan baru secara mandiri. Kenyamanan tersebut membuat siswa senang berlama-lama belajar sehingga pengetahuan siswa terbangun dengan kuat. Ketika pembelajaran berlangsung siswa begitu senang dan terlihat tertantang untuk belajar dengan alat peraga dan memecahakan soal yang ada (observasi lampiran 20). Guru juga tidak perlu mendampingi setiap anak dalam belajar karena karakteristik auto-corection membuat anak mampu belajar sendiri.

Karakteristik alat peraga berbasis metode Montessori lainnya yang berperan dalam peningkatan prestasi belajar adalah karakteristik menarik. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori dibuat dengan semenarik mungkin (Montessori, 2002: 174). Kemenarikkan alat peraga merangsang anak untuk mau mencoba belajar dengan alat peraga tersebut. Keindahan warna-warna maupun bentuk-bentuk yang nyata dan harmonis dengan lingkungan merupakan kunci keberhasilan siswa dalam belajar karena siswa usia sekolah dasar berada pada tingkat operasional konkret.

Menurut Piaget tahap operasional konkret berada pada rentang usia 7 sampai 11 tahun (Desmita, 2009: 5). Individu yang berada pada tahap operasional mulai berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa nyata dan mengklasifikasikan benda-benda dalam berbagai macam bentuk (Desmita, 2009: 101). Sinkronasi karakteristik alat peraga berbasis metode Montessori dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang berada pada tahap operasional konkret membuat siswa menganggap bahwa alat peraga berbasis metode Montessori adalah hal yang menarik untuk dipelajari bagian per bagian dan bentuk per bentuknya. Kelompok eksperimen begitu tertarik untuk belajar dengan alat peraga. Mereka saling belajar bersama, tidak melakukan keributaan, dan ingin terus menggunakan alat untuk mengeksplorasinya (observasi lampiran 20).

Hasrat yang muncul dari dalam diri siswa tersebut membuat siswa semakin bersemangat mempelajari alat peraga berbasis metode Montessori sehingga materi pembelajaran yang dibawa oleh alat peraga dapat terserap maksimal dalam otak siswa dan prestasi belajar siswa akan meningkat. Secara khusus peningkatan prestasi belajar dapat terjadi pada bidang matematika yang sifat ilmunya adalah abstrak (Soedjadi, 2000: 11). Alat peraga matematika berbasis metode Montessori dapat membantu siswa memahami konsep abstrak dari materi mata pelajaran matematika dengan konsep nyata yang dibawa oleh alat peraga itu sendiri. Ketika pembelajaran berlangsung siswa tidak terlihat kesulitan. Siswa asyik mengerjakan sampai tidak terasa waktu sudah habis. Guru tetap mempertimbangkan waktu dalam RPP sehingga siswa diberikan waktu tambahan dan pembelajaran tetap sesuai dengan yang dijadwalkan (lampiran 20).

Karakteristik alat peraga matematika berbasis metode Montessori terakhir yang dapat membantu siswa meningkatkan prestasi belajar siswa adalah auto-education.Montessori menciptakan alat peraga sesuai dengan kemampuan siswa dan kebutuhan siswa (Montessori, 2002: 172). Lingkungan yang dapat membantu siswa dalam belajar adalah lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pentingnya lingkungan belajar yang sesuai kebutuhan siswa sama dengan teori belajar konstrukvisme yang dikemukakan Bruner. Bruner mengatakan bahwa sekolah hendaknya menyediakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan siswa untuk melakukan eksplorasi dan menemukan hal baru (Jamaris, 2013: 149). Piaget juga sependapat dengan Bruner, Ia menyatakan bahwa kemampuan berpikir siswa diperoleh dari berbagai pengalaman pemecahan masalah sehingga siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri (Jamaris, 2013: 151). Alat peraga berbasis metode Montessori dapat membantu siswa untuk membangun pengetahuan sendiri yang sesuai dengan kebutuhan siswa, misalnya kebutuhan untuk belajar pemecahan masalah.Terpenuhinya kebutuhan siswa untuk belajar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir.

126

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijabarkan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran. Kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah. Keterbatasan penelitian berisi hal-hal yang menjadikan penelitian belum maksimal. Saran menjabarkan hal-hal yang dapat menjadikan penelitian selanjutnya lebih baik.

A. Kesimpulan

Rumuan masalah penelitian ini adalah “apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa atas penggunaan alat peraga matematika berbasis metode

Montessori?”. Hipotesis penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar siswa atas penggunaan alat peraga berbasis metode Montessori. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa atas penggunaan alat peraga berbasis metode Montessori. Secara umum kelompok eksperimen (M = 8,10; SE = 0,193) memiliki rata-rata skor post-test yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (M = 8,55; SE = 0,166). Perbedaan skor tersebut signifikan t(60)=-1,772, p < 0,05 dan memiliki small effect size sebesar r = 0,212. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa R2 = 4,5% yang berarti bahwa peningkatan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh penggunaan alat peraga sebesar 4,5% sedangkan sisanya sebesar 95,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Uji paired independent t-test

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor pret-test masing-masing kelompok dengan skor post-test masing-masing kelompok.

Dokumen terkait