• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

5. Prestasi Belajar

Hal-hal yang akan diuraikan dalam sub bab prestasi belajar meliputi teori belajar, pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, dan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

a. Teori Belajar

Ada banyak teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Teori-teori tersebut mengalami perkembangan seiring perkembangan zaman dan dunia. Teori yang dibahas dalam penelitian ini ada dua yaitu kognitivisme dan konstruktivisme. Kedua teori dibahas karena dianggap sejalan dengan penelitian ini.

1) Teori Kognitivisme

Teori kognitivisme pada hakekatnya adalah teori yang menjelaskan hal-hal yang bekaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami pengalaman-pengalamannya sehingga menjadi bermakna bagi manusia. “Kognitivisme meyakini bahwa belajar adalah hasil dari usaha individu dalam memaknai pengalaman-pengalamannya yang berkaitan dengan dunia disekitarnya” (Jamaris, 2013: 125). Belajar pengetahuan meliputi tiga fase, yaitu eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep (Dimyati & Mudjiono, 2006: 14). Pada fase eksplorasi, siswa mempelajari gejala yang ia temukan. Fase pengenalan konsep digunakan siswa untuk mengenal konsep yang berhubungan dengan gejala yang ditemukan. Pada fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep yang disimpulkan untuk meneliti gejala lain. Ahli yang menganut teori kognitivisme ialah Jean Piaget, Jerome Brunner, Kurt Lewin, Robert M. Gagne, dan David P. Ausubel. Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulan dari lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru yang berupa keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai (Dimyati & Mudjiono, 2006: 10).

2) Teori Konstruktivisme

Kontruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang berkeyakinan bahwa siswa dapat membangun pemahaman dan pengetahuan sendiri tentang dunia sekitarnya melalui pengalaman-pengalamannya (Jamaris, 2013: 148). Tokoh yang menganut teori belajar konstruktivisme diantaranya J. J. Bruner, Jean Piaget, dan Vygotsky. J.J. Bruner berpendapat bahwa alangkah baiknya jika sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswanya untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam suatu mata pelajaran (Slameto, 1988: 13). Lingkungan yang hendaknya disediakan sekolah adalah lingkungan yang memungkinkan siswa untuk melakukan eksplorasi dan menemukan penemuan baru. Bruner mempertegas bahwa dalam membangun pengetahuannya, siswa memilih memperkuat pengetahuannya melalui berbagai kegiatan, seperti mengajukan hipotesis dan membuat berbagai keputusan untuk hal-hal baru yang ditemuinya (Jamaris, 2013: 149). Piaget mengungkapkan gagasan yang sejalan dengan Bruner. Piaget berpendapat bahwa kemampuan berpikir siswa diperoleh dari berbagai pengalaman dalam melaksanakan tindakan guna pemecahan masalah sehingga siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri (Jamaris, 2013: 151).

Kedua teori beranggapan bahwa siswa memiliki kemampuan kognitif untuk memahami ataupun mengerti hal-hal di sekitarnya secara mandiri. Teori kognitivisme berpandangan bahwa setiap siswa memiliki kemampuan berpikir untuk memaknai pengalaman-pengalaman yang ditemui sehingga dapat menjadikannya keterampilan dan pengetahuan baru. Sejalan dengan teori kognitif,

teori kontruktivisme memandang bahwa siswa dengan bekal kognitif yang dimilikinya mampu membangun pemahaman dan pengetahuan dengan membelajarkan dirinya sendiri secara mandiri. Kedua teori ini dijadikan landasan dalam penelitian ini dalam memaknai proses belajar yang dilakukan para siswa. b. Pengertian Belajar

Pendidikan tidak akan terlepas dengan kegiatan belajar karena mereka adalah satu kesatuan. Mustaqim (2008: 34) mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap, hal tersebut terjadi karena latihan dan pengalaman. Pengalaman tersebut tidak terbatas dalam ruang kelas, namun diberbagai keadaan. Ahli lain yang mengemukakan pendapat mengenai belajar adalah Sri Esti Wuryani Djiwandono. Beliau merumuskan bahwa belajar yaitu suatu perubahan pada diri individu yang disebabkan oleh pengalaman (Djiwandono, 2006: 120). Perubahan-perubahan yang terjadi dapat menjadi baik ataupun buruk bergantung pada proses belajar yang dilakukan. Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu dengan sengaja dan dalam keadaan sadar untuk memperoleh konsep, pemahaman, ataupun pengetahuan baru (Susanto, 2013: 4). Proses tersebut memungkinkan terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu yang relatif tetap, baik dalam berpikir, merasa, maupun bertindak. Berlandaskan beberapa pedapat ahli yang telah terpapar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktifitas sadar dan pengalaman yang dilakukan seseorang untuk memperoleh konsep dan pengetahuan baru sehingga dapat mengubah tingkah laku diri yang relatif tetap.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Setelah dilakukan sebuah pembelajaran, perhatian terpusat pada hasil dari proses tersebut. Widiyoko (2009: 25-28) merumuskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui proses pembelajaran (Susanto, 2013: 5). Hasil belajar yang didapatkan siswa berupa pemahaman konsep, keterampilan proses, dan sikap siswa.

Pencapaian hasil belajar yang dinilai tinggi dapat disebut sebagai sebuah prestasi. Prestasi belajar adalah hasil usaha belajar yang dilakukan, pada umumnya berkenaan dengan pengetahuan (Arifin, 2009: 12). Djamarah (2002) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari aktivitas belajar berupa hal yang berkesan dan mengakibatkan perubahan dalam diri individu. Hal yang berkesan dipertegas oleh Sudjana (2005: 3) dengan mengatakan bahwa prestasi belajar ialah hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria tertentu sehingga untuk mengetahui tingkat prestasi belajar maka perlu dilakukan evaluasi belajar. Prestasi belajar sesungguhnya adalah hasil belajar, namun pada umumnya hanya mengarah pada aspek kognitif saja.

Berlandaskan pendapat beberapa ahli yang terpapar dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu proses pembelajaran yang mencapai suatu kriteria tertentu yang dinilai baik atau tinggi. Pengukuran prestasi belajar dapat melalui evaluasi belajar yang berupa tes. Keputusan untuk mengetahui keberhasilan dalam mempelajari materi dapat dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes (Susanto, 2013: 5).

d. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang mengarah pada aspek kognitif saja sehingga dapat dikatakan faktor yang yang mempengaruhi hasil belajar sama dengan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Teori Gestalt (dalam Susanto, 2013:12) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perkembangan yang bisa dipengaruhi oleh faktor diri siswa sendiri dan faktor lingkungan. Pendapat tersebut dapat menjadi dasar bahwa hasil belajar juga dipengaruhi oleh dua hal yakni siswa sendiri dan lingkungannya. Susanto (2013: 12) menarik kesimpulan bahwa faktor dari diri siswa sendiri antara lain kemampuan berpikir siswa atau tingkat intelektualnya, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, sedangkan faktor lingkungan antara lain sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber belajar, metode, serta dukungan eksternal.

Faktor dari diri siswa sendiri dapat disebut sebagi faktor internal. Faktor yang dapat dikatakan hampir sepenuhnya tergantung pada siswa yaitu kecerdasan anak, kesiapan anak, dan bakat anak (Susanto, 2013: 14). Faktor pertama adalah kecerdasan. Kecerdasan akan mempengaruhi cepat lambatnya penerimaan informasi ke anak. Potensi ini dibawa sejak lahir sehingga faktor genektiklah yang berperan. Faktor yang kedua adalah kematangan. Susanto (2013: 15) mengatakan bahwa kesiapan anak atau kematangan adalah tingkat perkembangan di mana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Kematangan erat hubungannya dengan minat dan kebutuhan anak. Faktor yang ketiga adalah bakat anak. Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki anak. Tiap anak

memiliki bakat atau potensi yang berbeda-beda. Jika bakat tersebut diasah dengan baik maka bakat tersebut berpotensi mencapai prestasi yang baik.

Faktor eksternal dapat berasal dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah sebagai tempat belajar tentu memiliki peran yang cukup besar. Wasliman (dalam Susanto, 2013: 13) mengatakan bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi hasil belajar siswa, maka kualitas pengajaran di sekolah semakin baik. Berkaitan dengan pengajaran, guru adalah komponen yang sangat penting. Guru merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Pribadi dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif akan berpengaruh pada siswa (Susanto, 2013: 17). Salah satu peran guru yang cukup penting adalah merencanakan media dan sumber belajar. Pemanfaatan media dalam proses pembelajaran akan membantu siswa untuk memvisualisasikan hal-hal abstrak, mengasah rasa, merangsang kreativitas, menemukan pengetahuan, memaknai konsep dan lain-lain (Murwani dalam Susanto, 2013: 46).

Faktor yang telah disebutkan di atas baru sebagian kecil saja. Masih banyak faktor internal dan eksternal lain yang dapat mempengaruhi hasil dan prestasi belajar. Faktor lain tersebut antara lain kondisi fisik siswa, kebiasaan belajar, sikap belajar, perhatian, minat dan motivasi, suasana pengajaran, dan lain-lain.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penggunaan alat peraga berbasis metode Montessori sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sebagai pendukung penelitian ini,

penulis memaparkan empat penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Keempat penelitian tersebut adalah penelitian milik Anggraheni (2010), Lestari (2013), Lopata (2005), Reza, Agung, dan Suniasih (2012).

Anggraheni (2010) meneliti tentang peningkatan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui media manik-manik pada siswa kelas IV SD N Balangan Teras Boyolali. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan media manik-manik dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas IV SD N Balangan Teras Boyolali tahun pelajaran 2009/2010. Terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas, yaitu sebelum tindakan sebesar 52,82 pada siklus I naik menjadi 62,39 pada siklus II naik menjadi 76,73. Persentase ketuntasan sebelum tindakan 35% pada siklus I meningkat menjadi 60,86% pada siklus II meningkat menjadi 86,96%. Hasil penelitian yang kedua tersebut semakin meyakinkan peneliti bahwa penggunaan alat peraga berbasis Montessori dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Lestari (2013) melakukan penelitian tentang efektivitas alat peraga matematika. Alat peraga yang digunakan adalah kertas persegi satuan untuk materi luas persegi dan persegi panjang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keterlibatan, minat, dan pengaruh alat peraga dalam pembelajaran matematika. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif. Subjeknya adalah siswa kelas III sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh alat peraga terhadap keterlibatan siswa yang mencapai

100%. Peningkatan juga terjadi pada minat yang besarnya 100%, namun tidak ada pengaruh alat peraga terhadap kemampuan siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari dapat dijadikan referensi bagi penelitian ini. Metode yang digunakan lebih kaya karena menggabungkan dua metode.

Lopata (2005) dalam artikel penelitiannya yang berjudul “Comparison of Academic Achievement Beetween Montessori and Traditional Education Programs” menyatakan bahwa metode Montessori dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang sebagian besar merupakan siswa minoritas dan berasal dari keluarga yang pendapatannya rendah. Lopata mengatakan,”Result of the study succes to support the hypothesis”, penelitian ini telah berhasil mendukung hipotesis. Hipotesis penelitian ini adalah metode Montessori dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakn oleh peneliti karena dalam penelitian ini juga mengukur tentang prestasi belajar siswa. Penjabaran hasil penelitian di atas dapat dijadikan landasan untuk menarik kesimpulan bahwa metode Montessori dan alat peraga montessori dapat berpengaruh dan meningkatkan prestasi belajar siswa dan alat peraga dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa.

Reza, Agung, dan Suniasih pada tahun 2012 menelaah tentang pengaruh kartu huruf berbasis Montessori dalam peningkatan kemampuan kognitif siswa. Hasil yang diperoleh adalah adanya peningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B3 Taman Kanak-Kanak Kumara Jaya Denpasar Selatan semester II tahun pelajaran 2012/2013 setelah diterapkan model pembelajaran make a match

belajar kemampuan kognitif anak pada siklus II sebesar 88,39%. Ini menunjukan adanya peningkatan rata-rata persentase hasil belajar anak dari siklus I ke siklus II sebesar 26,83% yang berada pada kategori aktif. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat diyakini bahwa alat peraga berbasis Montessori dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian milik Reza, Agung, dan Suniasih mirip dengan tujuan penelitian ini, maka penelitian dapat mendukung penelitian ini. Tujuan yang dicapai adalah mengetahui pengaruh penggunaan kartu huruf Montessori. Hasil dari penelitian juga dapat mendukung penelitian ini. Hasilnya adalah adanya peningkatan kemampuan kognitif siswa yang menggunakan kartu huruf, maka penelitian tersebut dapat mendukung penelitian ini.

Wahyuningsih (2011) melakukan penelitian dengan metode penelitian quasi eksperimen yang berjudul “Pengaruh Model Pendidikan Montessori Terhadap Hasil Belajar Siswa” menyatakan bahwa model pendidikan montessori yang terapkan berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian di atas menunjukkan nilai rata-rata untuk kelas eksperimen adalah 66,89 dan untuk kelas kontrol nilai rata-ratanya adalah 36,61 atau dapat diartikan bahwa nilai rata-rata kelas untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai-rata-rata kelas kontrol. Penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena dalam penelitian Wahyuningsih tersebut menggunakan alat peraga berupa papan perkalian.

Gambar 2.2 Literature map penelitian yang relevan

Gambar 2.2 menunjukkan literature map penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian relevan telah meneliti peningkatan kemampuan menghitung melalui media manik-manik (Anggraheni, 2010), pengaruh media berbasis metode Montessori dalam peningkatan kemampuan kognitif siswa (Reza, Agung, dan Sunarsih, 2012), peningkatan prestasi belajar siswa dengan metode

Penelitian tentang alat peraga/metode Montessori Penelitian tentang materi penjumlahan dan pengurangan Penelitian tentang alat peraga matematika

Reza, Agung, dan Suniasih (2012) yang berjudul “Pengaruh Kartu Huruf Berbasis Montessori dalam Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa” Anggraheni (2010) berjudul “Peningkatan Kemampuan Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Media Manik-Manik pada Siswa Kelas IV SD N Balangan Teras Boyolali”

Lestari (2013)

efektivitas alat peraga matematika kertas persegi satuan Lopata (2005) dalam artikel penelitiannya yang berjudul Comparison of Academic Achievement Beetween Montessori and Traditional Education Programs Wahyuningsih (2011) yang berjudul “Pengaruh Model Pendidikan Montessori Terhadap Hasil Belajar Siswa”

Perbedaan Prestasi Belajar Siswa atas Penggunaan Alat Peraga Berbasis Montessori

Montessori (Lopata, 2005), efektivitas alat peraga matematika kertas persegi satuan (Lestari, 2013) dan pengaruh model pendidikan Montessori terhadap prestasi belajar siswa (Wahyuningsih, 2011). Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini pada bagian tujuan ataupun hipotesis penelitiannya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian relevan adalah pengambilan variabel penelitian dan subyek penelitian. Belum ada penelitian relevan yang menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori dan belum ada yang memiliki subyek penelitian siswa kelas I.

C. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang dipelajari pada berbagai tingkat pendidikan. Ilmu matematika mengandung konsep-konsep yang wajib dimiliki seorang individu untuk mendukung memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Konsep yang terkandung dalam materi matematika adalah konsep abstrak yang sulit dipahami oleh anak. Pembelajaran matematika harus dibantu menggunakan sebuah alat peraga konkret agar siswa mudah memahami materi matematika yang bersifat abstrak.

Melihat beberapa penelitian relevan ataupun teori oleh para ahli yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa pendidikan Montessori menawarkan berbagai alat peraga yang mampu membantu siswa dalam memahami konsep abstrak matematika. Alat peraga yang ditawarkan memiliki karakteristik: (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-education, (4) auto-correction,

dan (5) kontekstual. Karakteristik yang dimiliki oleh setiap alat peraga membuat siswa mandiri dan belajar sesuai dengan kebutuhannya.

Alat peraga akan menarik siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa akan jauh lebih fokus belajar. Selain itu anak juga akan lebih senang dalam belajar, karena penggunaan alat peraga memungkinkan anak untuk belajar sambil bermain. Apabila kondisi pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya, maka alat peraga berbasis Montessori akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian berisi tentang dugaan sementara yang akan terjadi pada penelitian. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar siswa atas penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.

40

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III akan membahas tentang jenis penelitian, desain penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel dan data penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, tekuji validitas dan realibilitas teknik pengujian instrumen, prosedur analisis data, dan jadwal penelitian.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis quasi experimental. Pendekatan kuantitatif merupakan kumpulan metode yang digunakan untuk menguji teori tertentu dengan meneliti hubungan antar variabel menggunakan instrumen-instrumen penelitian. Data yang dihasilkan berupa angka-angka sehingga dianalisis dengan menggunakan prosedur analisis statistik (Creswell, 2012: 5). Penelitian quasi experimental menggunakan kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2011: 116). Jenis quasi experimental dipilih karena melihat subjek penelitian ini adalah siswa sehingga kondisi siswa tidak dapat dikontrol secara penuh dan tidak mampu diprediksi sebelumnya. Usaha yang dilakukan peneliti adalah mencari dua kelompok yang mampu mewakili populasi untuk digunakan sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perbedaan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah ada tidaknya perlakuan khusus

yang dilakukan didalamnya. Perlakuan yang dikenakan berupa penggunaan alat peraga penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka berbasis metode Montessori dalam proses pembelajaran Matematika. Kelompok yang dikenai tindakan dinamakan kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang tidak dikenai tindakan dinamakan kelompok kontrol.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah non-equivalent control group design. Dikatakan demikian karena kedua kelompok dalam penelitian tidak sejenis atau non-equivalent. Tidak sejenis dipandang dari jumlah dan karakteristik siswa di dalamnya. Desain penelitian non-equivalent control group design membandingkan 2 kelompok yang mana kelompok tersebut sama-sama diberi pre-test dan post-test tetapi hanya kelompok eksperimen saja yang diberi perlakuan (Creswell, 2012: 242).

Kedua kelompok yang terbentuk diberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilakukan penelitian. Skor pre-test dari kedua kelas dibandingkan untuk melihat kemampuan awal siswa. Langkah selanjutnya adalah memberi perlakukan khusus yaitu penggunaan alat peraga matematika berbasis Montessori kepada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan tersebut. Pembelajaran dalam kelompok kontrol berjalan seperti biasanya tanpa penggunaan alat peraga. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori yang digunakan dalam kelompok eksperimen adalah papan penjumlahan pengurangan. Guru yang berperan dalam kelompok tersebut adalah sama (1 orang)

agar dapat dipastikan bahwa tidak ada perlakuan yang menyimpang dan tiak sejalan dengan penelitian. Kedua kelompok diberikan post-test sebagai langkah akhir setelah perlakuan dilaksanakan. Post-test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tindakan yang diberikan pada kelas ekperimen. Desain penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.

O1 X O2

O3x O4

Gambar 3.1. Desain Penelitian (Creswell, 2012: 242)

Keterangan :

O1 = Skor hasil pre-test kelompok eksperimen O2 = Skor hasil post-test kelompok eksperimen X = Perlakuan

O3 = Skor hasil pre-test kelompok kontrol O4 = Skor hasil post-test kelompok kontrol

Instrumen yang digunakan untuk pre-test dan post-test kelompok kontrol ataupun kelompok eksperimen adalah sama. Huruf X melambangkan perlakuan berupa penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori yang hanya diberikan pada kelompok eksperimen saja. Kelompok kontrol tidak diberi perlakuan berupa penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori sehingga pada bagian kelas kontrol tidak muncul huruf X.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian menjelaskan kapan penelitian dilaksanakan dan dimana penelitian dilaksanakan. Waktu penelitian memaparkan tanggal dan kegiatan ketika penelitian berlangsung. Tempat penelitian menunjukkan alamat sekolah yang digunakan untuk melaksanakan penelitian.

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan dimulai pada bulan September 2013 hingga bulan Juni 2014. Jadwal penelitian dapat dilihati pada tabel 3.1. Pengambilan data berlangsung pada bulan Februari 2014 (lampiran 1). Waktu pengambilan data ini disesuaikan dengan jadwal yang ada di sekolah. Pengambilan data dimulai tanggal 4 Februari 2014 sampai tanggal 16 Februari 2014. Perlakuan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan beriringan untuk mengantisipasi terjadinya bias penelitian. Alokasi setiap pertemuan adalah 2 JP (Jam Pertemuan). Waktu pengambilan data secara terperinci dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Waktu Pengambilan Data Kelompok Hari, Tanggal Perte-

Man

Kegiatan Alokasi

Waktu Kelompok

Eksperimen

Selasa, 4 Februari 2014 I Pengamatan kelas dan pre-test 2 JP Jumat, 7 Februari 2014 II Pengenalan alat, penjumlahan

bilangan dua angka

2 JP Selasa, 12 Februari 2014 III Pengurangan bilangan dua angka 2 JP Jumat, 14 Februari 2014 IV Penjumlahan dan pengurangan

dua angka (siswa secara mandiri dalam kelompok menggunakan alat peraga untuk mengerjakan soal penjumlahan dan pengurangan)

2 JP

Kelompok Ekperimen

Kelompok Hari, Tanggal Perte- Man Kegiatan Alokasi Waktu Kelompok Kontrol

Senin, 3 Februari 2014 I Pengamatan kelas dan pre-test 2 JP Jumat, 7 Februari 2014 II Penjumlahan bilangan dua angka 2 JP Senin, 10 Februari 2014 III Pengurangan bilangan dua angka 2 JP Jumat, 14 Februari 2014 IV Penjumlahan dan pengurangan

dua angka (siswa diberikan soal-soal mengenai penjumlahan dan pengurangan)

2 JP

Senin, 16 Februari 2014 V Pemberian post-test 2 JP

Tabel 3.1menunjukkan waktu pengambilan data pada penelitian ini. Pertemuan yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah masing-masing sebanyak 5 pertemuan dengan alokasi waktu total 20 jam pelajaran. Pada pertemuan pertama digunakan untuk melakukan pre-test sedangkan pertemuan terakhir untuk melakukan post-test pada setiap kelas. Pembelajaran dilakukan masing-masing sebanyak tiga pertemuan atau selama 6 jam pelajaran. Jadwal penelitian menyesuaikan jadwal pembelajaran yang ada di sekolah. Kelas I menggunakan pendekatan tematik maka penentuan materi pelajaran dapat didiskusiakan dengan guru kelas.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakanakan di Sekolah Dasar Kanisius Sengkan. Sekolah tersebut

Dokumen terkait