• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Alat Ukur yang Digunakan

Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti (Hadi, 2000). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode skala dan tes psikologi.

Menurut Hadi (2000), skala psikologis merupakan suatu alat ukur dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi sebagai berikut:

1. Subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada penyelidik adalah benar dan dapat dipercaya

3. Interpretasi subyek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh penyelidik.

Dalam penelitian ini, digunakan 1 buah skala, yaitu skala psikologi yang mengukur persepsi terhadap iklim kelas, dan 1 buah tes psikologi, yaitu Tes Kreativitas Figural (TKF).

1. Skala persepsi terhadap iklim kelas

Persepsi terhadap iklim kelas disusun berdasarkan dimensi-dimensi persepsi terhadap iklim kelas, yang dibuat oleh Fraser, Fisher dan McRobbie (dalam Chionh & Fraser, 2009) Dimensi-dimensi persepsi terhadap iklim kelas antara lain: kekompakan siswa, dukungan guru, keterlibatan dalam pembelajaran, investigasi, orientasi tugas, kerjasama, kesetaraan.

Model skala persepsi terhadap ikim kelas dibuat berdasarkan model skala Likert. Setiap aitem terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh responden. Identitas diri tersebut meliputi nama, jenis kelamin, kelas, usia, dan urutan kelahiran.

Skala disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1 – 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: SS=4, S=3, TS=2, STS=1. Sedangkan

bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: SS=1, S=2, TS=3, STS=4. Semakin tinggi skor yang dicapai seseorang berarti semakin positif persepsi siswa terhadap iklim kelas. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dicapai seseorang maka semakin negatif persepsi siswa terhadap iklim kelas.

Hasil skor skala persepsi terhadap iklim kelas dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu positif dan negatif. Sebelum dilakukan pengkategorisasian, terlebih dahulu ditentukan standard eror pengukuran (Se) yang akan memberikan kecermatan hasil pengukuran, karena akan dapat menentukan fluktuasi dari skala persepsi terhadap iklim kelas pada siswa SMA Kalam Kudus Medan. Berikut rumus standard eror pengukuran (Azwar, 2007):

Se = Sx √ (1-rxx’) Keterangan:

Se = standard error dalam pengukuran Sx = standard deviasi skor

Rxx = Koefisien reliabilitas

Setelah mengetahui besarnya Se maka akan dapat diestimasi fluktuasi skor skala persepsi terhadap iklim kelas, yaitu:

X ± Zα/2 (Se)

Penyusunan alat ukur skala persepsi terhadap iklim kelas untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk blue print pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Blue print skala persepsi terhadap iklim kelas

No. Dimensi Indikator Perilaku Aitem Total Bobot (%) Fav Un

1. Kekompakan siswa (student

cohesiveness)

Sejauh mana siswa saling mengenal

1, 15 2 11 14.67 Sejauh mana siswa

saling membantu

29, 43 16, 30 Sejauh mana siswa

saling mendukung (supportif) 57, 65 44, 58 2. Dukungan guru (teacher group)

Sejauh mana guru mau membantu siswa

3, 17, 31

4, 18 16 21.32 Sejauh mana guru

memperlakukan siswa sebagai teman

45, 59, 66

-

Sejauh mana guru percaya kepada siswa

70, 73 32, 46 Sejauh mana guru

menaruh perhatian terhadap siswa 74, 75 60, 67 3. Keterlibatan dalam pembelajaran (involvement)

Sejauh mana siswa menaruh perhatian pada proses belajar di

kelas

5, 19 6 14 18.67

Sejauh mana siswa berpartisipasi di dalam

diskusi

33 20, 34 Sejauh mana siswa

mengerjakan tugas tambahan (ekstra) agar

dapat sukses dalam pembelajaran

47, 61 48

Sejauh mana siswa merasa nyaman berada

di kelas 68, 71 62, 69, 72 4. Investigasi (investigation) Sejauh mana kemampuan melakukan investigasi

dan proses mencari tahu (inquiry) digunakan dalam mengatasi masalah 7, 21, 35, 49 8, 22, 36, 50 8 10.67

(task orientation) memandang penting untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru 37 24, 38, 52 Sejauh mana siswa

tetap berfokus kepada tugas

51, 63 64

6. Kerjasama (Cooperation)

Sejauh mana siswa saling bekerja sama

dan tidak bersaing dalam belajar 11, 25, 39, 53 12, 26, 40, 54 8 10.67 7. Kesetaraan (equity)

Sejauh mana siswa diperlakukan sama oleh guru. 13, 27, 41, 55 14, 28, 42, 56 8 10.67 TOTAL 75 100

2. Tes Kreativitas Figural (TKF)

Tes Kreativitas Figural (TKF), merupakan adaptasi dari Circle Test yang dibuat oleh Torrance (dalam Munandar dkk., 1988). Keuntungan dari tes ini adalah mudah dalam penggunaanya, yaitu hanya memerlukan waktu 10 menit untuk pengambilannya dan dapat diberikan secara massal (tes kelompok). Tes ini memiliki stimulus berupa 65 buah lingkaran dengan diameter 2 cm. Subjek diminta untuk membuat gambar atau objek sebanyak-banyaknya yang berbeda dengan menggunakan lingkaran sebagai stimulus.

Tes ini mengukur aspek-aspek kreativitas diantaranya kelancaran, kelenturan, elaborasi, dean orisinalitas. Pedoman penilaian masing-masing aspek kreativitas (Munandar dkk., 1988), sebagai berikut:

Penilaian aspek kelancaran berpikir meliputi jumlah jawaban dikurangi jumlah jawaban yang sama (bukan kategori jawaban). Misalnya buah apel, buah manggis, buah duku mendapat skor 3 untuk kelancaran. Tetapi hanya 1 untuk keluwesan.

b. Keluwesan berpikir

Skor keluwesan diperoleh dengan cara menjumlahkan kategori respons yang dapat dihasilkan oleh subjek dengan menghitung jumlah respon dalam kategori-kategori yang berbeda. Pada bagian ini dapat dibuat kategori yang baru, jika respon yang diberikan subjek tidak dimasukkan ke dalam salah satu kategori yang telah ada.

c. Orisinalitas berpikir

Ada norma yang diasumsikan Torrance (1974) bahwa jawaban yang diberikan oleh 10% atau lebih dari sampel mendapatkan skor 0. Jawaban yang diberikan oleh 5% sampai 9% dari sampel mendapat skor 1. Jawaban yang diberikan oleh 2% sampai 4% dari sampel mendapat skor 2. Jawaban yang diberikan oleh kurang dari 2% dari sampel mendapat skor 3. Bonus originalitas diberikan jika sampel memberikan respon yang mengkombinasikan 2 atau lebih lingkaran. Torrance (dalam Munandar, 1988) menentukan patokan bonus sebagai berikut:

1) Menggabung 2 lingkaran mendapat 2 bonus poin 2) Menggabung 3-5 lingkaran mendapat 5 bonus poin 3) Menggabung 6-10 lingkaran mendapat 10 bonus poin 4) Menggabung 11-15 lingkaran mendapat 15 bonus poin

5) Menggabung semua lingkaran mendapat 25 bonus poin d. Elaborasi

Skor elaborasi didasarkan pada penambahan detail yang diberikan pada ide stimulus gambar termasuk di dalamnya warna, shading, dan dekorasi. Skor 1 diberikan untuk setiap tambahan dari ide-ide dasar.

Nilai kasar yang diperoleh dari setiap aspek (kelancaran, kelenturan, orisinalitas, bonus orisinalitas, dan elaborasi) kemudian dijumlahkan sehingga memperoleh nilai total tes kreativitas untuk masing-masing subjek.

Hal ini dapat dilambangkan dengan rumus: XR = F1 + F2 + O + E

Keterangan:

XR= Skor kreativitas rater

F1 = Skor faktor kelancaran (fluency) F2 = Skor faktor keluwesan (flexibility) O = Skor faktor orisinalitas (originality) E = Skor faktor elaborasi (elaboration)

Dari skor yang diperoleh, maka dilakukan kategorisasi nilai berdasarkan norma pada tabel berikut:

Tabel 2. Kategorisasi Norma Nilai Kreativitas

Rentang Nilai Kategorisasi

X ≥ (µ + 1,0 σ) Tinggi

(µ - 1,0 σ) ≤ X < (µ + 1,0 σ) Sedang

X < (µ - 1,0 σ) Rendah

Dokumen terkait