• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3) Berubahnya Topik Pembicaraan Tabel

4.8 Alih kode Internal Antar Bahasa

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan Alih Kode antar bahasa yang terbagi menjadi tiga bentuk pengalihan kode. Pengalihan kode tersebut yaitu Alih Kode antar bahasa Jawa, bahasa Batak, Flores NTT dan Sunda.

4.8.1 Alih Kode Antar Bahasa Indonesia ke Bahasa Jawa

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya Alih Kode antar bahasa Jawa ke bahasa Indonesia pada percakapan penghuni asrama lantai merah. Beberapa contoh faktor penyebab terjadinya Alih Kode bahasa Jawa ke bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1) Faktor kedekatan

Tabel 6

NO ALIH KODE Alih Kode

Internal Alih Kod e Ekst erna l Faktor Tututran Anta r Raga m Antar bahasa 1 02 : Anggel? 01 : “Tidak, lebih enak itu sebenarnya.” 02 : ”Lha ngopo ganti? “ 01 : Yo aku pengen wae - Bahasa Indones ia ke Bahasa Jawa - Faktor kedekat an (DATA AK/YZ/005/240215)

Percakapan pada data AK/YZ/005/240315 berlangsung dengan situasi informal. Tempat terjadinya percakapan tersebut yaitu di kamar partisipan 01. Dalam percakapan ini partisipan 02 dan 001 sebagai pihak- pihak yang terlibat dalam tuturan percakapan. Keduanya menjadi pembicara dan pendengar, dan keduanya juga menjadi pengirim dalam percakapan. Namun pada dialog data AK/YZ/005/240215 partisipan 01 sebagai pembicara dan partisipan 02 menjadi pendengar, tapi dalam dialog selanjutnya partisipan 02 dan partisipan 01 berganti peran.

Dalam dialog ini partisipan 01 berencana untuk menggganti judul tesis. Dalam percakapan tersebut, terlihat partisipan 01 menjawab pertanyaan partisipan 02 dengan menggunakan bahasa Indonesia, lalu partisipan 02 beralih kode dengan menggunakan bahasa Jawa dengan tujuan untuk bertanya. Hal ini disebabkan oleh faktor kedekatan partisipan 02 dan 01 sehingga partisipan 02 beralih kode ke dalam bahasa Jawa. Perhatikan percakapan di atas, bahasa yang digunakan banyak mengalami peralihan. Hal ini sejalan dengan teori Fishman (1976: 15 dalam Chaer dan Agustina, 2010: 108) mengatakan bahwa penyebab terjadinya alih kode yaitu siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa.

Dalam dialog data AK/YZ/005/240215 bentuk ujaran yang terjadi adalah percakapan biasa namun menggunakan bahasa formal. Namun suasana percakapan menunjukan suasana informal. Pada percakapan data

AK/YZ/005/240215 partisipan 01 menyampaikan tuturan dengan serius

tentang rencananya menggganti judul tesis. Hal ini dikarenakan partisipan 01 memiliki maksud untuk memberitahukan bahwa judul yang sebelumnya lebih mudah. Namun, partisipan 01 menanggapi partisipan 02 dengan pertanyaan yang menggunakan bahasa Jawa,

Pada percakapan data AK/YZ/005/240215 bahasa yang digunakan oleh partisipan 02 melalui bahasa lisan dan bahasa baku. Hal itu dapat dilihat pada kalimat “Tidak, lebih enak itu sebenarnya.” Kode ujaran mengacu pada dialek Jawa. Hal itu dapat dilihat pada percakapan

partisipan 02 yang menanggapi melalui bahasa lisan dengan kode ujaran bahasa Jawa ”Lha ngopo ganti? “.

Dalam aturan berinteraksi, partisipan 01 memberitahukan bahwa judul tesis yang dulu dia bahas tidak sulit seperti judul tesis yang diambil sekarang. Lalu partisipan 02 menanggapi dengan memperhatikan norma aturan berinteraksi untuk bertanya. Jenis penyampaian tuturan yang dilakukan oleh partisipan 01 yaitu narasi. Namun, partisipan 02 beralih kode ke dalam bahasa Jawa.

2) Tujuan memberitahu sesuatu

Tabel 7

NO ALIH KODE Alih Kode Internal Alih

Kode Ekste rnal Faktor Tututran Antar Raga m Antar bahasa

2 03 : “opo wong aku

tuku meneh kok,

pie to? Lha

munggahe

nengndi mas?

“Di lempuyangan pak, ora neng

tugu? Kalo

ekonomi itu

khusus di

lempuyangan pak, pas marah- marah dia itu dah dapet kopiannya itu lho. Pas udah mau beli tike, ini kok kaya gini si jadinya 04 : Diliatin dong? - Bahasa Indonesi a ke Bahasa Jawa - Tujuan memberit ahu sesuatu

(DATA AK/TD/007/240215)

Percakapan pada data AK/TD/007/240215 berlangsung dengan situasi informal. Tempat terjadinya percakapan tersebut yaitu di kamar partisipan 03. Dalam percakapan ini partisipan 03 dan 04 sebagai pihak- pihak yang terlibat dalam tuturan percakapan. Keduanya menjadi pembicara dan pendengar, dan keduanya juga menjadi pengirim dalam percakapan. Namun pada dialog data AK/FK/001/240315 partisipan 03 sebagai pembicara dan partisipan 04 menjadi pendengar, tapi dalam dialog selanjutnya partisipan 04 dan partisipan 03 berganti peran.

Partisipan 03 membahas tentang pembelin tiket dengan menggunakan bahasa Jawa, namun dalam pembahasan tentang pembelian tiket, partisipan 03 beralih kode ke bahasa Indonesia, ini disebabakan karena partisipan 03 hanya ingin memberitahu bahwa khusus kereta ekonomi berangkat dari Stasiun Lempuyangan. Hal ini sejalan dengan Nababan (1984: 7) menyatakan bahwa unsur-unsur yang menyebabkan alih kode ada beberapa macam, yaitu topik pembicaraan, situasi, tujuan. Tujuan dari partisipan 03 menggunakan bahasa Jawa adalah memberitahukan sesuatu.

Pada percakapan data AK/TD/007/240215 pertisipan 03

menyampaikan tuturan dengan senang hati dan semangat. Hal ini dikarenakan partisipan 03 sedang menceritakan kejadian yang baru dialami bersama kekasihnya. Partisipan 03 menggunakan bahasa Jawa dan

kode ujaran mengacu pada dialek Jawa lalu beralih menjadi bahasa Indonesia. Partisipan 04 menanggapi dengan bahasa Indonesia

Dalam aturan berinteraksi, partisipan 03 berdialog untuk memberitahukan sesuatu yang tadi dialaminya. Dengan menggunakan bahasa Jawa yang beralih bahasa Indonesia. Partisipan pun menanggapinya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Partisipan 03 menjelaskan tentang pemberhentian kereta ekonomi yang berada di Stasiun Lempuyangan. Jenis penyampaian tuturan yang dilakukan oleh partisipan 03 pada percakapan tersebut yaitu narasi.

4.8.2 Alih Kode Antar Bahasa Indonesia ke Bahasa batak

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya Alih Kode antar bahasa

Indonesia ke bahasa Batak pada percakapan penghuni asrama lantai merah. Beberapa contoh faktor penyebab terjadinya Alih Kode bahasa Indonesia ke bahasa Batak adalah sebagai berikut.

1) Tujuan memberitahu sesuatu

Tabel 8

NO ALIH KODE Alih Kode

Internal Alih Kode Ekst ernal Faktor Tututran Antar Raga m Antar bahasa

1 010 : Grogi kalo nama

marganya itu kou liat ,Ada marga Rajaguguk kalo toba itu (Dialek Batak)

08 : Nah iyo ada

marga Rajaguguk - Bahasa Indonesi a ke Bahasa Jawa - Tujuan memberi tahu sesuatu (DATA AK/KP/001/080415)

Percakapan pada data DATA AK/KP/001/080415 berlangsung dengan situasi informal. Lokasi terjadinya percakapan di atas yaitu di kamar partisipan 07. Dalam percakapan ini partisipan 010 dan 08 sebagai pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan percakapan. Keduanya menjadi pembicara dan pendengar, dan keduanya juga menjadi pengirim dalam percakapan. Namun pada dialog data AK/KP/001/080415 partisipan 010 sebagai pembicara dan partisipan 08 menjadi pendengar, tapi dalam dialog selanjutnya partisipan 010 dan partisipan 08 berganti peran.

Dalam dialog percakapan, partisipan 010 membahas tentang marga yang ada di Batak Toba dengan menggunakan dialek Batak, dengan tujuan

untuk memberitahukan bahwa ada marga benama Rajaguguk. Hal ini sejalan dengan Fishman (1976: 15 dalam Chaer dan Agustina, 2010: 108) mengatakan bahwa penyebab terjadinya alih kode yaitu siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa. Bentuk ujaran yang terjadi adalah percakapan biasa namun menggunakan bahasa informal. Suasana percakapan pun menunjukan suasana informal.

Pada percakapan data AK/KP/001/080415 pertisipan 010 menyampaikan tuturan dengan senang hati dan serius. Hal ini dikarenakan partisipan 010 memiliki rasa bangga terhadap budaya batak, dan ingin memberitahu tentang budaya Batak. Bahasa yang digunakan melalui bahasa lisan dan bahasa tidak baku dan kode ujaran mengacu pada dialek Batak. Partisipan 08 menggunakan dialek Jawa, karena partisipan 08 berasal dari Jawa.

Dalam aturan berinteraksi, partisipan 010 memberitahukan tentang marga batak dengan menggunakan dialek batak. Lalu, partisipan 08 menanggapinya dengan mengunakan bahasa Indonesia. Pada percakapan data AK/KP/001/080415 partisipan 010 memberitahukan bahwa di daerah Batak terdapat marga Rajaguguk percakapan. Jenis penyampaian tuturan yang dilakukan oleh partisipan 010 yaitu narasi.

2) Tujuan menegaskan sesuatu

Tabel 9

NO ALIH KODE Alih Kode

Internal Alih Kode Ekst ernal Faktor Tututran Antar Raga m Antar bahasa 2 08 : Apalagi kalo ceweknya itu pendidikannya tinggi wah itu modar itu

010 : “batak pun gitu bang (Dialek Batak)

08 : Batak juga gitu?

- Bahasa Indonesi a ke Bahasa batak - Tujuan menegas kan sesuatu (DATA AK/KP/008/080415)

Percakapan pada data AK/KP/008/080415 berlangsung dengan situasi informal. Lokasi terjadinya percakapan tersebut yaitu di kamar partisipan 07. Dalam percakapan ini partisipan 08 dan 010 sebagai pihak- pihak yang terlibat dalam tuturan percakapan. Keduanya menjadi pembicara dan pendengar, dan keduanya juga menjadi pengirim dalam percakapan. Namun pada dialog data AK/KP/008/080415 partisipan 08 sebagai pembicara dan partisipan 010 menjadi pendengar, tapi dalam dialog selanjutnya partisipan 08 dan partisipan 010 berganti peran.

Percakapan ini membahas adat pernikahan NTT yang harus membayar mahar sesuai dengan tingkat pendidikan wanita. Dalam dialog partisipan 08 membahas tentang pendidikan wanita yang tinggi “Apalagi kalo ceweknya itu pendidikannya tinggi wah itu modar itu” lalu partisipan 010 menegaskan bahwa adat batak juga sama seperti itu dengan menggunakan dialek Batak yang sangat kental, terlihat pada dialog “batak pun gitu bang” (Dialek Batak). Hal ini sejalan dengan Menurut Rene Appel (1976: 118 dalam Pateda, 1990: 86) peralihan kode dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor situasional yang mempengaruhi peralihan kode. faktor situasional yang mempengaruhi peralihan kode ialah Siapa yang berbicara dan pendengar, Pokok pembicaraan, Konteks verbal. Bentuk ujaran yang terjadi adalah percakapan biasa namun menggunakan bahasa informal. Suasana percakapanpun menunjukan suasana informal.

Pada percakapan data AK/KP/008/080415 pertisipan 010 menyampaikan tuturan dengan sangat tegas sesuai dengan dialek Batak. Hal ini dikarenakan partisipan 08 membahas tentang pernikahan NTT dengan bahasa semangat dan menggunakan bahasa Indonesia, lalu partisipan 010 menanggapi dengan tegas bahwa Batak juga demikian. Bahasa yang digunakan melalui bahasa lisan dengan beralih kode ke dalam diale Batak. Partisipan 08 menggunakan dialek Jawa, karena partisipan 08 berasal dari Jawa.

Dalam aturan berinteraksi, partisipan 010 menanggapi partisipan 08 dengan sebuah pernyataan yang menegaskan bahwa adat Batak juga demikian. Hal ini terjadi karena partisipan 010 bangga dengan adat Batak. Jenis penyampaian tuturan yang dilakukan oleh partisipan 08 yaitu narasi dan jenis bentuk penyampaian partisipan 010 yaitu narasi. Percakapan antara partisipan 010 dan 08 saling menjelaskan tentang adat pernikahan NTT dan Batak.

4.8.3 Alih Kode Antar Bahasa Indonesia ke Bahasa Flores

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya Alih Kode antar bahasa

Indonesia ke bahasa Flores NTT pada percakapan penghuni asrama lantai merah. Beberapa contoh faktor penyebab terjadinya Alih Kode bahasa Indonesia ke bahasa Flores NTT adalah sebagai berikut.

1) Tujuan menjelaskan sesuatu

Tabel 10

NO ALIH KODE Alih Kode Internal Alih

Kode Ekster nal Faktor Tututran Antar Ragam Antar bahasa 1 09 : ya ka’e... kalo di manggarai

kesetiaan itu luar biasa lah ya sama itu tadi untuk hidup dalam berbahagia, kalo mikir juga kalo dari pihak perempuannya mau cerai berarti ada punishmennya juga ada apa hukumannya, sanksinya juga e dengan syarat belis yang udah dikasih bisa jadi dibalikan lagi ke pihak cowok kalo saya tidak salah. (Dialek Flores) 08 : Berarti sama kayak sumba gitu ya?

Sumba juga gitu

- Bahasa Indonesia ke Bahasa Flores - Tujuan menjelaskan sesuatu

(DATA AK/KP/020/080415)

Percakapan pada data AK/KP/020/080415 berlangsung dengan situasi informal. Lokasi terjadinya percakapan tersebut yaitu di kamar partisipan 07. Dalam percakapan ini partisipan 08 dan 09 sebagai pihak- pihak yang terlibat dalam tuturan percakapan. Keduanya menjadi pembicara dan pendengar, dan keduanya juga menjadi pengirim dalam percakapan. Namun pada dialog data AK/KP/020/080415 partisipan 09 sebagai pembicara dan partisipan 08 menjadi pendengar, tapi dalam dialog selanjutnya partisipan 08 dan partisipan 09 berganti peran.

Percakapan ini membahas tentang pernikahan NTT yang sulit untuk bercerai. Perceraian sangat sulit dilakukan di NTT, partisipan 09 menjelaskan perceraian adat NTT dengan dialek Flores NTT. Partisipan menggunakan bahasa Flores NTT dengan kata “kae” yang berarti kakak. Hal ini terjadi karena situasi saat berinteraksi partisipan 09 mengalami alih kode bahasa NTT ke bahasa Indonesia Hal ini sejalan dengan Menurut Rene Appel (1976: 118 dalam Pateda, 1990: 86) peralihan kode dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor situasional yang mempengaruhi peralihan kode. faktor situasional yang mempengaruhi peralihan kode ialah Siapa yang berbicara dan pendengar, Pokok pembicaraan, Konteks verbal. Bentuk ujaran yang terjadi adalah percakapan biasa namun menggunakan bahasa Formal. Namun suasana

percakapan tidak menunjukkan suasana formal, melainkan suasana informal

Pada percakapan data AK/KP/020/080415 partisipan 09

menyampaikan tuturan dengan santai dan menggunakan dialek Flores NTT. Hal ini dikarenakan partisipan 09 membahas tentang pernikahan NTT. Partisipan 08 bertanya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa yang digunakan oleh partisipan 09 yaitu melalui bahasa lisan dengan beralih kode ke dalam dialek Fores NTT. Partisipan 08 menggunakan dialek Jawa, karena partisipan 08 berasal dari Jawa.

Dalam aturan berinteraksi, partisipan 09 menjelaskan tentang pernikahan adat NTT yang tidak bisa diceraikan begitu saja. Setelah partisipan 09 menjelaskan, partisipan 08 bertanya tentang kesamaan dengan adat Sumba. Jenis penyampaian tuturan yang dilakukan oleh partisipan 09 yaitu narasi. Partisipan 09 menjelaskan tentang pernikahan NTT yang tidak bisa diceraikan.

4.8.4 Alih Kode Bahasa Indonesia ke Bahasa Sunda.

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya Alih Kode antar bahasa Indonesia ke bahasa Sunda pada percakapan penghuni asrama lantai merah. Beberapa contoh faktor penyebab terjadinya Alih Kode bahasa Indonesia ke bahasa Sunda adalah sebagai berikut.

Dokumen terkait