• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Tafsir dari Ayat-ayat yang Terkait dengan Penciptaan Langit dan Bumi dalam Tafsir Al-Misbâh dan Tafsir Departemen Agama RI

3. Allah Mencipakan Bumi dalam Dua Masa

a. Surah Fushsilat [41]: 9-10.































































Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam". dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (QS. Fushsilat [41]: 9-10).

Quraish Shihab menafsirkan ayat di atas dalam tafsir Al-Misbâh, betapa buruk orang yang mempersekutukan Allah sekaligus memaparkan betapa kuasanya Allah swt. Ayat di atas memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk mengatakan kepada kaum musyrikin untuk tidak terus-menerus kafir kepada Allah yang sudah menciptakan planet bumi dalam waktu dua hari dan menyembah berhala-berhala yang tidak pantas untuk di sembah, karena hanya kepada Allah kita menyebah sebagai Tuhan yang menciptakan langit dan bumi juga mengendalikan isinya.

Dan Allah menciptakan gunung-gunung yang kukuh di atas bumi agar bumi yang terus beredar tidak oleng, dan Allah melimpahkan keanekan ragaman tumbuh-tumbuhan yang dapat di makan oleh manusia. Semua itu terlaksana dalam waktu empat hari, yakni dua hari untuk menciptakan langit dan bumi dan dua sisanya untuk menciptakan segala keaneka ragam makanan bagi makhluknya.

Kata (مىي) yaum/hari dalam penggunaan bahasa Arab tidak selalu harus di pahami dalam arti 24 jam, ia bahkan digunakan untuk menunjuk satuan waktu bagi selesainya satu kegiatan baik yang pendek maupun yang panjang.

Kata (ر ذق) qaddara/memberinya kadar, yakni kualitas, kuantitas, cara dan sifat-sifat tertentu sehingga dapat berfungsi dengan baik. Dapat juga berarti memberinya potensi untuk menjalankan fungsinya masing-masing yang sudah ditetapkan oleh Allah.

Kata (تاىقأ) aqwât adalah bentuk jamak dari ( ىقت ) qût. Ia terambil dari akar kata yang rangkaian huruf-hurufnya mengandung arti genggaman, pemeliharaan dan kekuasaan dan kemampuan. Dari sini lahir makna-makna lain, seperti makanan, karena dengan makanan itu makhluk memiliki kemampuan serta dengan makanan itu terlaksana pemeliharaan atas dirinya.

Thâhir Ibn „Âsyûr memahami kalimat (اهتاىقأ اهيفر ذقو اهيف كرابو) wa bâraka fîhâ wa qaddara fîhâ aqwâtahâ, yang di kutip oleh Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbâh adalah Allah menciptakan apa yang ada di bumi dengan potensi yang dapat menghasilkan makanan. Allah juga mencitakan asal usul jenis-jenis bahan makanan dalam berbagai macam, seperti biji bagi biji-bijian dan rerumputan, benih bagi buah-buahan, kadar kehangatan yang dapat mempengaruhi kelahiran binatang yang melata, burung, ikan dan binatang laut atau sungai lainnya. Kata aqwât berhubungan dengan kata al-ardh/bumi, sehingga ia mengandung makna umum mencakup semua makanan.24

Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbâh menyatakan bahwa ia cenderung memahami kata (تىق) qût dalam pengertian umum yang mencakup makna pemeliharaan dan pengawasan Allah sehingga penentuan kadar qût itu tidak hanya berkaitan dengan makna jasmani saja akan tetapi mencakup semua pengaturan Allah yang menyangkut bumi yang menjadi hunian manusia.

Kata (ءاىس) sawâ ada yang mengaitkannya dengan kata (ما يأ) ayyâm/hari menurut Al-Biqâ'i adalah dua hari-dua hari terbagi secara adil. Hari-hari itu tidak sama dengan hari-hari yang ada di duniawi, yang pasti ada kelebihan dan ada kekurangan beberapa dari hari yang sebelum atau sesudahnya. Sedangkan Ath-Thabari memilih berpendapat yang mengaitkannya dengan kata aqwât sehingga berarti Allah menetapkan aqwât-nya secara adil.

Kata (نيلئاسلا) as-sâ‟ilîna adalah bentuk jamak dari kata (لئاسلا) as-sâil/yang meminta. Permintaan itu bisa dipahami dalam

24 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbâh, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 12. h. 18.

arti permintaan informasi. Sementara ulama yang memahami kata aqwât/makanan memahaminya dalam arti permintaan makanan.25

Dalam tafsir Departemen Agama RI menyakan ayat di atas bahwa Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar menanyakan kepada orang-orang musyrik Makkah kenapa mereka mengingkari Allah yang telah menciptakan bumi dalam dua hari, dan menyembah berhala-berhala.

Makna pembentukan bumi dalam waktu dua hari, dapat ditafsirkan secara ilmiah bahwa pembentukan bumi ini terjadi pada dua periode atau dua masa. Hari pertama adalah masa ketika sekitar 4,6 milyar yang lampau, awan debu dan gas yang mengapung di ruang angkasa mulai mengecil. Materi pada pusat awan itu mengumpul menjadi matahari dan sisa gas dan debunya dalam awan itu mengumpul menjadi matahari. Kemudian butir-butir debu dalam awan itu saling melekat dan membentuk planetisimal yang kemudian saling bertabrakan membentuk planet, diantaranya adalah bumi. Hari kedua diawali katika proses pemanasan akibat peluruhan radioktif menyebabkan proto bumi yang meleleh, dan bahan-bahan yang berat seperti besi tenggelam ke pusat bumi sedangkan yang ringan seperti air dan karbondioksida beralir ke luar. Planet bumi kemudian mendingin dan sekitar 2,5 milyar tahun yang lalu bumi terlihat seperti apa yang kita lihat sekarang ini.

Pernyataan yang disampaikan kepada orang-orang musyrik ayat ini, tidak bermaksud untuk bertanya, tetapi untuk mencela perbuatan mereka yang menyembah berhala. Seakan-akan dikatakan kepada mereka bahwa bukankah mereka telah mengetahui dengan pasti bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu terbuat dari batu yang tidak dapat berbuat apapun, bahkan berhala itu mereka sendiri yang membuatnya. Jika mereka mau menghambakan diri, maka hambakanlah kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan yang menentukan segala sesuatu.

Tuhan yang berhal mereka sembah ialah Allah yang menciptakan, menguasai, mengatur, memelihara kelangsungan adanya dan yang menentukan akhir kesudahan semesta alam ini, bukan berhala yang mereka sembah itu.26

25 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbâh, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur`an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 12. h. 16-21.

26 Tim Penyusun Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan), Vol. viii, (Jakarta: Tim Penyusun Departemen Agama RI, 2007), Cet. 1, h.

595-596.

Persamaan dari penafsiran Al-Misbâh dan Departemen Agama RI adalah bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam waktu dua hari, dan dalam dua hari ini dalam waktu sama seperti di bumi sekarang ini yakni 24 jam perhati atau dua hari menurut perhitungan Allah. Sedangkan perbedaannya tafsir Al-Misbâh mengatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam dua hari dan Allah menciptakan segala keaneka ragaman makanan yang dapat di makan oleh makhluk-Nya di bumi, sedangkan menurut tafsir Departemen Agama RI mengatakan bahwa Allah menciptakan alam semesta dalam dua hari, di hari pertama di awali dengan adanya awan debu yang mengapung di angkasa yang mulai mengecil dan menggumpal, dari sisa-sisa awan debu itu terciptalah planet-planet termasuk bumi, hari kedua menjelaskan proses pembentukan bumi yang di awali pemanasan proton bumi yang kemudian meleleh dan tenggelam ke pusat bumi kemudia bumi membeku, dari pembekuan itulah terciptalah bumi yang pada saat ini sudah di huni oleh segala makhluk hidup.

Dokumen terkait