• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MATRIKS ANTAR KELOMPOK 1 OPC sebagai Kontrol

4. ALT sebagai Kontrol

Kolom Kiri Diisi jika Faktor di kolom sebelah kiri lebih penting dibandingkan di kolom sebelah kanan

Diisi bila sama penting

Diisi jika Faktor di kolom sebelah kanan lebih penting dibandingkan di kolom sebelah kiri Kolom Kanan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 OPC OKP OPC OPF OPC ALT OKP OPF OKP ALT OPF ALT Keterangan:

OPC : Operational Process Cycle.

OKP : Operational Key Process.

OPF : Organization Performance Factors.

Lanjutan Lampiran 3

Perbandingan Berpasangan untuk Inner Dependence 1. Inner Dependence pada Kelompok OPC (Operational Process Cycle)

Kolom Kiri Diisi jika Faktor di kolom sebelah kiri lebih penting dibandingkan di kolom sebelah kanan

Diisi bila sama penting

Diisi jika Faktor di kolom sebelah kanan lebih penting dibandingkan di kolom sebelah kiri Kolom Kanan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pengadaan sebagai Faktor Kontrol

Produksi Distribusi Produksi Logistik Produksi Pelayanan Distribusi Logistik Distribusi Pelayanan Logistik Pelayanan

Produksi sebagai Faktor Kontrol

Pengadaan Distribusi Pengadaan Logistik Pengadaan Pelayanan Distribusi Logistik Distribusi Pelayanan Logistik Pelayanan

Distribusi sebagai Faktor Kontrol

Pengadaan Produksi Pengadaan Logistik Pengadaan Pelayanan Produksi Logistik Produksi Pelayanan Logistik Pelayanan

Logistik sebagai Faktor Kontrol

Pengadaan Produksi Pengadaan Distribusi Pengadaan Pelayanan Produksi Distribusi Produksi Pelayanan Distribusi Pelayanan

Pelayanan sebagai Faktor Kontrol

Pengadaan Produksi Pengadaan Distribusi Pengadaan Pelayanan Produksi Distribusi Produksi Logistik Distribusi Logistik

Lanjutan Lampiran 3

2. Inner Dependence pada Kelompok OKP (Operational Key Process)

Kolom Kiri Diisi jika Faktor di kolom sebelah kiri lebih penting dibandingkan di kolom sebelah kanan

Diisi bila sama penting

Diisi jika Faktor di kolom sebelah kanan lebih penting

dibandingkan di kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

M. Pasokan sebagai Faktor Kontrol

M. Permintaan M. Produk

M. Permintaan M. Informasi

M. Produk M. Informasi

M. Permintaan sebagai Faktor Kontrol

M. Pasokan M. Produk

M. Pasokan M. Informasi

M. Produk M. Informasi

M. Produk sebagai Faktor Kontrol

M. Pasokan M. Permintaan

M. Pasokan M. Informasi

M. Permintaan M. Informasi

M. Informasi sebagai Faktor Kontrol

M. Pasokan M. Permintaan

M. Pasokan M. Produk

M. Permintaan M. Produk

3. Inner Dependence untuk Kelompok OPF (Organization Performance Factor)

Kolom Kiri Diisi jika Faktor di kolom sebelah kiri lebih penting dibandingkan di kolom sebelah kanan

Diisi bila sama penting

Diisi jika Faktor di kolom sebelah kanan lebih penting

dibandingkan di kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jumlah sebagai Faktor Kontrol

Mutu Biaya

Mutu Waktu

Biaya Waktu

Mutu sebagai Faktor Kontrol

Jumlah Biaya

Jumlah Waktu

Biaya Waktu

Biaya sebagai Faktor Kontrol

Jumlah Mutu

Jumlah Waktu

Mutu Waktu

Waktu sebagai Faktor Kontrol

Jumlah Mutu

Jumlah Biaya

Lanjutan Lampiran 3

4. Inner Dependence pada Kelompok ALT

Kolom Kiri Diisi jika Faktor di kolom sebelah kiri lebih penting dibandingkan di kolom sebelah kanan

Diisi bila sama penting

Diisi jika Faktor di kolom sebelah kanan lebih penting

dibandingkan di kolom sebelah kiri

Kolom Kanan

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pemisahan Risiko sebagai Faktor Kontrol

Transfer Risiko Asuransi

Transfer Risiko Menghindari Risiko

Transfer Risiko Melemahkan Risiko

Asuransi Menghindari Risiko

Asuransi Melemahkan Risiko

Menghindari Risiko Melemahkan Risiko

Transfer Risiko sebagai Faktor Kontrol

Pemisahan Risiko Asuransi

Pemisahan Risiko Menghindari Risiko

Pemisahan Risiko Melemahkan Risiko

Asuransi Menghindari Risiko

Asuransi Melemahkan Risiko

Menghindari Risiko Melemahkan Risiko

Asuransi sebagai Faktor Kontrol

Pemisahan Risiko Transfer Risiko

Pemisahan Risiko Asuransi

Pemisahan Risiko Melemahkan Risiko

Transfer Risiko Menghindari Risiko

Transfer Risiko Melemahkan Risiko

Menghindari Risiko Melemahkan Risiko

Menghindari Risiko sebagai Faktor Kontrol

Pemisahan Risiko Transfer Risiko

Pemisahan Risiko Asuransi

Pemisahan Risiko Melemahkan Risiko

Transfer Risiko Asuransi

Transfer Risiko Melemahkan Risiko

Distribusi Melemahkan Risiko

Melemahkan Risiko sebagai Faktor Kontrol

Pengadaan Transfer Risiko

Pengadaan Asuransi

Pengadaan Menghindari Risiko

Produksi Asuransi

Produksi Menghindari Risiko

Distribusi Menghindari Risiko

ABSTRACT

SUNGGUL JANSIHAR SIMANJUNTAK. Analysis of Supply Chain Risk Management for Mangosteen Fruit with Analytic Network Process Method in PT Agung Mustika Selaras, West Java. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN and RIZAL SYARIEF.

Supply chain management (SCM) of mangosteen is generally different with supply chain management of manufacturing products because of the mangosteen rots very quickly, its availability is depend on the season, its various shape, size and voluminous also which is difficult to handle it. The high complexity of the supply chain network and the characteristics of the mangosteen make supply chain management of mangosteen are more vulnerable to the risk of losses that have not been able to provide profit improvements for stakeholder of the mangosteen supply chain. In order to solve various risk of mangosteen supply chain is needed supply chain risk management (SCRM) as one of efforts to build the robust supply chain management. The purpose of this research were ; (1) to identify activities of mangosteen SCM, (2) to identify source and kind of risks of mangosteen SCM, (3) to analyze the potential risks of mangosteen SCM losses, (4) to analyze alternative solutions and other risk factors to improve the ability of supply chain risk management (5) to design mangosteen SCRM for improving continuously. Methods used consist of descriptive qualitative method, to identify source of risk assessment and risk factors that affect on mangosteen supply chain management and using analytic network process method, to analyze the source and kind of risk factors that affect on increasing competency of SCRM. Data input were obtained from opinion of some experts in mangosteen supply chain through a questionnaire filling. There are three (3) experts that can be represented as experts in mangosteen supply chain management; they are Manager of KBU Al- Ihsan, Operational Manager of PT Agung Mustika Selaras and Head of Center for Tropical Fruit Studies, Bogor Agricultural University. The results of ANP assessment that the types of risk were the uncertainty of the price and demand in market risk as source risk and the type of risk of the uncertainty quality and weather as production risk. Results of the ANP to improve supply chain risk management obtained priority scale were operational key process (OKP), organizational performance factor (OPF), operational process cycle (OPC) and risk operational practices (ROP). In order to develop the robust SCM through the development of sustainable mangosteen SCRM, thus risk control was done by weakening and separating the risk to increase product management, supply management and information management which prioritized on procurement and production of the mangosteen.

Keywords: Mangoosteen, Supply Chain Management, Supply Chain Risk Management, Analytic Network Process.

RINGKASAN

SUNGGUL JANSIHAR SIMANJUNTAK. Analisis Manajemen Rantai Pasok Buah Manggis dengan Metode Analytic Network Process di PT Agung Mustika Selaras, Jawa Barat. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan RIZAL SYARIEF

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan komoditas ekspor Indonesia yang paling diminati sebagai produk buah segar karena memiliki rasa dan tampilan yang menarik. Selain sebagai produk buah segar, pada kulit Manggis mengandung zat seperti xanthones, anti-oksidan, anti-inflamatori yang banyak digunakan sebagai obat penyembuhan dan terapi berbagai penyakit. Selain itu Manggis memiliki kegunaan unik yang lain sebagai bahan baku zat pewarna, kosmetik dan jamu. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah produksi Manggis terbesar di Indonesia dengan memberikan kontibusi produksi 29% dari produksi Manggis nasional. Pusat produksinya meliputi Purwakarta, Subang, Bogor dan Tasikmalaya memberikan kontribusi produksi Manggis 90%. Namun dalam pengembangannya belum dapat memberikan penyelarasan antara produksi dengan volume ekspornya.

Manajemen rantai pasokan buah Manggis umumnya berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur, karena buah Manggis bersifat mudah rusak, ketersediaannya bergantung pada musim, bentuk dan ukurannya yang bervariasi dan juga kamba, sehingga sulit untuk ditangani. Kompleksitas yang tinggi dari jaringan rantai pasok dan karakteristik Manggis menjadikan manajemen rantai pasok buah Manggis lebih rentan terhadap munculnya risiko kerugian, sehingga belum dapat memberikan peningkatan kesejahteraan yang cukup bagi para pelaku atau mitra rantai pasok Manggis.

Dalam rangka menangani berbagai risiko yang dihadapi rantai pasok buah Manggis dibutuhkan manajemen risiko rantai pasok sebagai salah satu upaya membangun manajemen rantai pasok yang tangguh. Penggunaan manajemen risiko rantai pasok dilakukan dengan mengidentifikasi sumber dan jenis risiko, serta beberapa faktor yang dapat memengaruhi peningkatan kemampuan manajemen risiko rantai pasok.

Tujuan penelitian ini (1) mengidentifikasi kegiatan manajemen rantai pasok Manggis, (2) mengidentifikasi sumber dan jenis risiko dari manajemen rantai pasok Manggis, (3) menganalisis potensi risiko kerugian dari manajemen rantai pasok buah Manggis, (4) menganalisis pemilihan alternatif solusi dan faktor manajemen risiko lain untuk meningkatkan kemampuan manajemen risiko rantai pasok, (5) merancang manajemen risiko rantai pasok Manggis untuk perbaikan terus-menerus.

Metode yang digunakan pada langkah awal adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan eksplorasi pada rantai pasok buah Manggis berupa kajian pustaka dan identifikasi sumber risiko dan faktor yang memengaruhi manajemen risiko rantai pasok Manggis yang menjadi obyek penelitian. Langkah selanjutnya menganalisis sumber dan jenis risiko dan faktor yang memengaruhi peningkatan kompetensi manajemen risiko rantai pasok dengan metode Analisis Jaringan Proses (ANP) dengan input data berupa pendapat beberapa ahli rantai pasok

Manggis melalui pemberian kuesioner. Terdapat tiga (3) orang narasumber yang dapat mewakili sebagai ahli dari rantai pasok Manggis, yaitu manajer koperasi petani Manggis, manajer operasional perusahaan eksportir Manggis dan kepala Pusat Kajian Buah Tropis IPB Bogor.

Hasil ANP memberikan penilaian bahwa sumber dan jenis risiko dengan bobot kepentingan tertinggi yang mungkin muncul pada rantai pasok buah Manggis adalah risiko pasar dengan jenis risiko ketidakpastian harga dan ketidakpastian permintaan dan risiko produksi dengan jenis risiko ketidakpastian mutu dan ketidakpastian cuaca. Hasil ANP untuk memperbaiki manajemen risiko rantai pasok melalui analisis pada faktor risiko didapatkan urutan prioritas faktor, yaitu proses kunci operasional, faktor kinerja organisasi, siklus proses operasional dan praktek operasional risiko dengan nilai prioritas masing-masing 52%, 31%, 10% dan 7%.

Hasil ANP untuk tiap faktor risiko adalah pada faktor Operational Key Process (OKP) diprioritaskan pada manajemen produk, manajemen pasokan dan manajemen informasi dengan nilai prioritas masing-masing 36,37%, 34,07% dan 16,05%. Untuk faktor Organization Performance Factor (OPF) diprioritaskan pada mutu dan jumlah dengan prioritas masing-masing 44,72% dan 26,02%. Untuk faktor Operational Process Cycle (OPC) diprioritaskan pada pengadaaan dan produksi dengan nilai prioritas masing-masing 40,68% dan 21,96%. Dan untuk faktor Risk Operational Practice (ROP) diprioritaskan pada melemahkan dan pemisahan risiko dengan nilai prioritas 37,71% dan 23,66%.

Agar dapat membentuk manajemen rantai pasok Manggis yang tangguh melalui pengembangan manajemen risiko rantai pasok Manggis yang berkelanjutan, maka dilakukan pengendalian risiko dengan cara melemahkan dan memisahkan risiko dengan melakukan peningkatan manajemen produk, manajemen pasokan dan manajemen informasi yang diutamakan pada proses pengadaan dan produksi buah Manggis, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu dan jumlah buah Manggis secara berkelanjutan.

Kata kunci: Manggis, manajemen rantai pasok, manajemen risiko rantai pasok, analisis jaringan proses.

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah menetapkan beberapa komoditas pertanian secara nasional yang dijadikan sebagai unggulan nasional dalam menunjang pendapatan negara dari sektor non migas. Penetapan komoditas pertanian unggulan nasional tersebut didasarkan atas beberapa kriteria yaitu promosi ekspor, substitusi impor, eksistensi kelembagaan kemitraan usaha, kesesuaian dengan komoditas unggulan spesifik daerah. Buah Manggis ini dijadikan buah unggulan nasional, sehubungan dengan keunikan yang terdapat di dalamnya (bentuk unik dan manfaat yang diperoleh daripadanya banyak), selain untuk konsumsi buah segar pada bagian kulitnya juga dapat dijadikan untuk bahan baku industri farmasi, industri makanan dan industri lainnya. Dari sisi jumlah negara produsen, buah Manggis hingga saat ini masih dibudidayakan dan diekspor oleh beberapa negara tertentu, sehingga potensi pasarnya masih terbuka lebar. Walaupun Manggis sebagai buah unggulan nasional, akan tetapi dalam kenyataannya masih terkendala dalam pengembangannya (Saptana et al. 2005).

Dari sisi konsumen, adanya tanggapan positif tentang komoditas buah Manggis, baik konsumen lokal dan terutama konsumen manca negara. Selain dari rasa (segar manis sedikit masam), tampilan (bentuk, warna dan tekstur yang eksotik) dan kegunaan (kulit, daun dan batang) sebagai bahan baku zat pewarna, kosmetik dan jamu. Manggis juga memiliki sifat dan kandungan zat dengan kemampuan penyembuhan dan terapi berbagai penyakit (xanthones, anti-oksidan, anti-inflamatori, dsb). Tentunya dengan banyaknya kegunaan buah Manggis ini akan semakin meningkatkan permintaan akan buah Manggis sebagai buah ekspor unggulan di manca negara.

Dari sisi produksi secara umum, menurut data BPS perkembangan produksi buah Manggis dua (2) tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan dari 84.538 ton menjadi 2.131.139 ton, sehingga terjadi pertambahan produksi 2.046.601 ton. Khusus pada provinsi Jawa Barat terjadi peningkatan dari 27.983 ton menjadi 357.188 ton, sehingga terjadi pertambahan produksi 329.205 ton (BPS 2012). Namun hal ini tidak selaras dengan peningkatan volume dan nilai ekspor buah Manggis.

Dalam menyelaraskan peningkatan produksi dengan volume ekspor diperlukan penerapan manajemen rantai pasok yang baik pada semua stakeholder rantai pasok buah Manggis. Peningkatan volume ekspor sangat berkaitan dengan peningkatkan nilai ekspor dan peningkatkan pendapatan atau keuntungan bagi seluruh anggota rantai pasok. Kerjasama antara mitra bisnis dan tanggung jawab terhadap kebutuhan konsumen merupakan strategi bersaing dengan tetap mempertahankan kebutuhan peningkatan efisiensi dalam operasi. Oleh karena itu, manajemen rantai pasok mulai sangat dibutuhkan.

Peluang meningkatkan ekspor komoditas hortikultura, khususnya buah Manggis dari Indonesia ke manca negara cukup besar, apabila penanganan mulai di tingkat on farm hingga pasca panen melalui pengembangan rantai pasok yang dilakukan dengan baik. Pengembangan rantai pasok buah Manggis dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek jumlah, kontinyuitas, mutu dan distribusi

yang memadai dengan melakukan penanganan rantai pasok yang baik melalui pembentukan manajemen rantai pasok yang tangguh.

Namun, masalah besar (risiko) dalam pengembangan industri hortikultura adalah sifat komoditas yang mudah rusak, khususnya buah dan sayuran hampir tidak pernah ada yang mempunyai umur kesegaran panjang setelah dipanen. Kondisi produk tersebut adalah produk hayati yang masih melakukan proses respirasi setelah panen. Selain itu, tanaman holtikultura juga bersifat kamba, sehingga membutuhkan tempat yang lapang, produk biasa dikonsumsi dalam keadaan segar, mutu produk sangat memengaruhi pasaran, dan harga selalu berubah-ubah (Sunarjono, 1984). Di sisi lain sistem produksi di lokasi yang terpencar, serta skala usaha kecil dan belum efisien juga menjadi penyebab utama yang menjadi risiko, atau ketidakpastian produk buah nasional sehingga kurang dapat bersaing di pasar internasional.

Karena risiko dan ketidakpastian dapat berdampak pada keandalan, biaya dan efisiensi kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran, maka saat ini tidak cukup hanya dengan mengandalkan SCM saja dalam pengembangan rantai pasok buah Manggis, karena risiko menjadi lebih canggih dari sebelumnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan manajemen risiko pada konteks manajemen rantai pasok yang biasa disebut sebagai manajemen risiko rantai pasok (SCRM). Tujuan manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan, ataupun peluang pada rantai pasok. Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul, Sehingga diharapkan tantangan bisnis masa depan berupa ketidakpastian bisnis dapat ditangani dengan baik, dengan cara mengelola dan mengurangi risiko dalam rantai pasok untuk dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh (Peck and Cristopher 2004).

Hal di atas diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti et al. (2012) dimana dikemukakan bahwa salah satu tujuan rantai pasok yang paling penting ialah menurunkan risiko setelah membangun kekuatan finansial dan meningkatkan akses informasi. Jadi kebutuhan akan peningkatan kemampuan, atau kompetensi dari SCRM buah Manggis sangat penting sebagai salah satu syarat untuk usaha mengembangkan SCM buah Manggis dalam membentuk suatu SCM yang tangguh bagi rantai pasok buah Manggis, khususnya pada rantai pasok buah Manggis di Jawa Barat yang saat ini masih diabaikan.

SCRM merupakan salah satu unsur penting dalam keberlanjutan menjalankan manajemen rantai pasok dan bisnis untuk mengelola risiko yang mungkin akan terjadi. Suatu manajemen risiko memiliki tahapan yang terdiri dari identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian risiko, monitor dan review, serta komunikasi dan konsultasi. Tahapan-tahapan ini dilakukan untuk menguraikan prioritas sumber dan jenis risiko yang terjadi pada rantai pasok buah Manggis, serta prioritas faktor yang memengaruhi peningkatan manajemen rantai pasok pada buah Manggis. Oleh karena itu, hasil dari manajemen risiko rantai pasok dapat dijadikan panduan dalam meminimalkan risiko pada rantai pasok buah Manggis.

1.2 Perumusan Masalah

Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) produk pertanian mewakili manajemen proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi dan pemasaran, sehingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Tujuan yang mendasari manajemen rantai pasok pertanian adalah menyediakan produk tepat (jumlah dan mutu), dalam jumlah tepat, ke tempat tepat, pada waktu tepat dan dengan biaya yang kompetitif dan untuk mendapatkan uang/keuntungan dari kegiatan tersebut. Manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur lainnya. Bila dibandingkan dengan perusahaan manufaktur maka, perusahaan yang mengelola sektor pertanian memiliki tingkat kebergantungan dan kompleksitas yang tinggi pada jaringan rantai pasoknya.

Menurut data dari Direktorat Jenderal Hortikultura dalam Astuti et al. (2010) sentra produksi buah Manggis terbesar di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat dengan Kabupaten Purwakarta, Subang, Bogor dan Tasikmalaya merupakan Kabupaten penghasil buah Manggis yang terbanyak. Produksi buah Manggis dari empat (4) kabupaten tersebut memberikan kontribusi 90% terhadap produksi buah Manggis di Provinsi Jawa Barat dan 29% terhadap produksi buah Manggis nasional, sehingga potensi pengembangan kawasan buah Manggis di Provinsi Jawa Barat dapat dijadikan tolak ukur dalam meningkatkan potensi peningkatan volume ekspor nasional.

Peluang inilah yang menarik minat PT Agung Mustika Selaras untuk mendapatkan keuntungan sebagai salah satu eksportir buah Manggis terbesar di Indonesia yang hampir menguasai pangsa pasar 50% dan berada di 12 provinsi. Untuk itu, melalui kerjasama yang baik antara PT AMS dengan mitra rantai pasok khususnya para petani Manggis di Jawa Barat dapat memberikan peningkatan kesejahteraan tidak hanya bagi PT AMS, tetapi juga bagi para petani Manggis, baik yang tergabung dalam kelompok tani maupun yang tergabung dalam Koperasi Bina Usaha melalui bagi hasil keuntungan yang merata.

Menciptakan keunggulan kompetitif tidak cukup hanya dengan mengandalkan manajemen rantai pasok, karena risiko menjadi lebih canggih daripada sebelumnya dan hal ini memerlukan pendekatan baru, serta metodologi, termasuk manajemen risiko dalam mengelola dunia bisnis global yang penuh dengan kejutan, terutama pada rantai pasok. Di sisi lain peningkatan ketidakpastian dalam rantai pasok mengharuskan perusahaan lebih banyak menghabiskan sumber daya dalam mengatasi permintaan, penawaran, serta ketidakpastian untuk keberlanjutan yang lebih baik dari rantai pasok perusahaan. Menariknya peningkatan ketidakpastian tidak hanya disebabkan oleh bisnis eksternal, tetapi juga disebabkan oleh internal seperti peningkatan kompleksitas struktur rantai pasok dan mekanisme yang bervariasi, dimulai dari rantai pasok bisnis perusahaan.

Dengan menggabungkan manajemen rantai pasok dan manajemen risiko ini, maka diharapkan tantangan bisnis masa depan berupa ketidakpastian bisnis dapat ditangani dengan baik, yaitu dengan cara mengelola dan mengurangi risiko dalam rantai pasok, sehingga dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh. SCRM merupakan salah satu unsur penting dalam keberlanjutan menjalankan manajemen rantai pasok dan bisnis perusahaan dalam mengelola risiko yang mungkin akan

terjadi karena semakin berkembangnya dunia perusahaan dan meningkatnya kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang dihadapi perusahaan, khususnya pada aktivitas rantai pasok perusahaan. Dengan tingginya tingkat ketergantungan dan kompleksitas dari rantai pasok buah Manggis, maka perlu dirancang dan diterapkan suatu manajemen risiko dengan tahapan yang terdiri dari identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian risiko, monitor dan review, serta komunikasi dan konsultasi.

Analisis manajemen risiko pada rantai pasok disalah satu perusahaan eksportir Manggis di Jawa Barat dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan metode Analytic Network Process (ANP). Metode deskriptif digunakan untuk melakukan eksplorasi pada rantai pasok buah Manggis berupa kajian pustaka dan wawancara dengan para narasumber untuk mengidentifikasi sumber risiko dan faktor yang memengaruhi manajemen risiko rantai pasok Manggis yang menjadi obyek penelitian.

Metode ANP digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi sumber risiko dan faktor risiko yang teridentifikasi pada suatu rantai pasok dan untuk menentukan alternatif solusi dari pengendalian risiko diperusahaan. Proses analisis dan evaluasi dengan metode ini dilakukan dengan wawancara dan penggunaan kuesioner yang diberikan pada narasumber ahli yang pendapat/penilaiannya dianggap mewakili para pelaku rantai pasok dalam menentukan prioritas. Penggunaan metode ANP ini didasarkan dari kekuatan ANP untuk mengidentifikasi adanya hubungan saling keterkaitan antar obyek (selama ini diabaikan). Hal ini memungkinkan interaksi dan umpan balik dalam