Jika kondisi memungkinkan, lebih baik di rumah menyediakan sebuah altar dan mengundang satu rupang Guan Shi Yin Pu Sa.
(1). Persyaratan dasar penempatan altar Buddha:
tidak boleh dekat dengan toilet (pintu toilet yang ada di rumah harus selalu ditutup).
tidak boleh berhadapan dengan dapur
tidak boleh diletakkan di atas televisi, di atas kulkas dan lain-lain, tidak boleh diposisikan bertepatan di bawah AC. Jika berdekatan dengan TV atau lingkungan yang agak berisik, bisa membuatkan satu lemari berpintu, pada saat tidak membakar dupa, pintu lemari ditutup, dan jika pada waktu sembahyang tidak boleh menyalakan TV. Tetapi, tidak boleh menggunakan bahan kaca untuk menutupi rupang (patung) Buddha.
tidak boleh ditempatkan di kamar tidur suami istri (kecuali suami istri yang telah berusia lanjut)
kamar tidur sendirian diperbolehkan, tetapi ujung/kaki ranjang tidak boleh menghadap ke altar Guan Shi Yin Pu Sa.
tidak boleh ditempatkan di balkon yang menonjol keluar yang tidak ada dasar pondasi; kecuali balkon yang ada di ruangan dalam diperbolehkan. semua rupang Buddha termasuk lampu minyak,
tidak boleh ditempatkan dalam kondisi menggantung tetapi harus ada meja atau lemari, yang ada sesuatu yang menopang dari atas tanah. patung Buddha sebaiknya ditempatkan di samping jendela, di tempat yang agak terang, tetapi bagian belakang tidak boleh ada jendela kaca, bagian belakang harus bersandar pada tembok, disekitar /sekeliling altar Guan Shi Yin Pu Sa tidak boleh ada cermin.
di bawah altar Guan Shi Yin Pu Sa tidak menaruh benda-benda atau buku-buku lainnya, umumnya boleh menyimpan paritta dan peralatan untuk sembahyang.
altar Guan Shi Yin Pu Sa jangan terlalu tinggi atau terlalu rendah, sebaiknya ketinggian
rupang/gambar Buddha ditempatkan sedikit lebih tinggi dari orang berdiri dan hanya sedikit menengadah ke atas untuk melihatnya (jika terlalu rendah, bisa menggunakan sebuah dudukan/tatakan yang dirancang khusus untuk meninggikan posisi rupang/gambar Guan Shi Yin Pu Sa).
harus ada lampu minyak (harus sering menambahkan minyak, akan bermanfaat bagi mata), ada air (jumlah gelas air yang diperlukan disesuaikan dengan jumah rupang yang ada; air dalam gelas harus diganti setiap hari, gelas yang digunakan untuk persembahan tidak boleh bersentuhan langsung dengan mulut kita).
harus ada wadah untuk dupa, setiap pagi dan malam sembahyang menggunakan dupa, sebaiknya mempunyai jadwal tetap untuk sembahyang, umumnya pagi atau malam hari jam 6, jam 8, jam 10, bisa tepat waktu lebih baik.
rupang (patung) Buddha yang di altar jangan terlalu banyak.
sesuaikan dengan kondisi pribadi dalam mempersembahkan buah - buahan segar (apa yang telah dimohon bisa lebih cepat terkabulkan), bunga segar (persembahan bunga segar bisa membuat orang memiliki paras yang cantik). Bunga segar dan buah-buahan segar yang disembahyangkan jangan lebih dari seminggu harus diganti yang baru, dan buah maupun bunga harus tetap segar, jika tidak segar, harus segera diganti, jika tidak ada yang segar sebagai pengganti, tidak boleh meletakkan buah yang telah rusak atau bunga yang telah layu di altar Buddha. posisi altar Buddha sebaiknya ditempatkan
menghadap ke utara (belahan bumi bagian selatan), menghadap ke selatan (belahan bumi bagian utara), jika kondisi tidak memungkinkan, untuk posisi lainnya juga boleh.
(2). Buah-buahan
buah-buahan segar untuk persembahan sebaiknya memiliki aroma yang wangi, seperti: buah apel, jeruk, mangga, nanas, semangka, dll
pisang dan buah persik tidak cocok untuk dipersembahkan kepada Buddha.
buah-buahan yang dipersembahkan jumlahnya harus ganjil. Artinya susunan lapisan harus ganjil, dan bukan jumlah buah yang ganjil.
jika ada empat buah apel, maka bagian tingkatan atas satu buah, bagian bawah tiga buah, dengan kata lain, jumlah setiap tingkatnya adalah ganjil satu piring buah hanya boleh satu jenis buah saja,
jangan mencampurkan jenis buah yang berbeda dalam satu piring.
jumlah berapa piring tidak ditentukan.
Ketika mengganti buah-buahan segar, maka seluruh buah yang terdapat dalam satu piring harus diganti, tidak boleh hanya mengganti beberapa biji saja.
(3). Bunga segar
sangat bagus jika bisa mempersembahkan tangkai daun bambu.
bunga yang boleh dipersembahkan seperti krisan, bunga bakung, anggrek, narsisis. Bunga yang
memiliki duri misalnya bunga mawar tidak cocok dipersembahkan di altar Guan Shi Yin Pu Sa. Nama bunga juga menentukan apakah bunga
tersebut boleh dipersembahkan. Seperti bunga persik, bunga trompet tidak boleh dipersembahkan.
selain itu, bunga yang disertai dengan tanah di dalam pot kembangnya jangan dipersembahkan di altar Guan Shi Yin Pu Sa.
umumnya, disetiap sisi kiri dan kanan altar, dipersembahkan satu pot tangkai bunda bamboo dengan jumlah 1-3 batang tangkai daun bambu di masing-masing pot, sebaiknya jangan terlalu banyak. Kalau bunga segar jumlahnya tidak ditentukan.
(4). Mempersembahkan minyak:
jika mempunyai banyak rupang / patung Buddha, jika kondisi memungkinkan, sebaiknya setiap patung Buddha harus ada satu lampu minyak; jika kondisi tidak memungkinkan, maka diperkenankan
di satu altar hanya sepasang atau hanya satu lampu minyak saja.
jika hanya satu rupang Buddha, menyediakan satu atau dua pelita lampu juga diperbolehkan.
Tidak perlu mempersembahkan lampu lilin, jika dipersembahkan sebaiknya harus sepasang yang berwarna merah, umumnya tidak perlu dipersembahkan.
lampu minyak dan lilin setelah selesai sembahyang bisa dimatikan atau dipadamkan sebelum dupa habis terbakar. Hal ini untuk menghindari dalam keadaan tidak membakar dupa tetapi lampu minyak atau lilin tetap menyala, efeknya mudah sekali ada roh yang menghinggapi/mendatangi altar kita.
boleh menggunakan lampu teratai atau lampu lilin, tetapi dengan syarat harus ada lampu Buddha (pelita) dan lilin, dan juga tidak boleh nyala dalam jangka waktu panjang sampai 24 jam. Umumnya ketika mau sembahyang atau membakar dupa baru dihidupkan/dinyalakan, sebelum dupa habis
terbakar, lampu teratai maupun pelita dan lilin harus dipadamkan.
sebelum dupa habis terbakar, terlebih dahulu mematikan lilin, kemudian lampu minyak, dan mematikan lampu listrik di altar. Lampu minyak dan lilin hanya boleh dimatikan dengan cara ditutup padam, tidak boleh ditiup dengan mulut.
menyalakan lampu teratai dan lampu lilin dalam waktu yang panjang mudah mengundang kedatangan roh.
gunakan minyak sayur atau minyak sawit untuk dipersembahkan kepada Buddha dapat membuat seseorang jadi pintar serta bertambah bijak dan pandangan mata menjadi lebih jelas.
umumnya minyak yang digunakan untuk sembahyang kepada Buddha adalah minyak zaitun, minyak sayur, minyak jagung, minyak bunga teratai, dan lain-lain atau minyak tumbuhan lainnya.
(beraroma), tidak murni, jika minyak terlalu wangi bisa menutupi aroma cendana dupa. Oleh karena itu, minyak tersebut di atas tidak dipergunakan untuk dipersembahkan kepada Buddha; minyak kacang terlalu kental, tidak mudah dinyalakan, sehingga tidak cocok untuk digunakan.
sebotol minyak (dikupas semua merk dagangnya), boleh dipersembahkan di depan Buddha juga termasuk mempersembahkan minyak.
cara terbaik untuk mempersembahkan minyak adalah digunakan untuk menyalakan lampu minyak (pelita) secara langsung, menambahkan minyak ke dalam wadah lampu minyak, dan juga harus sering menambahnya, jika setiap hari menambahkan sedikit minyak, ini juga mempunyai makna yang sama seperti biasa kita mengganti buah segar dan air.
Bekas minyak yang telah dipersembahkan kepada Buddha hanya boleh digunakan untuk memasak masakan yang murni vegetarian. Buah-buahan
dan air yang dipersembahkan kepada Buddha boleh dimakan/dan diminum.
mempersembahkan minyak di tempat umum, misalnya di Vihara Guan Yin Tang Dong Fang Tai, boleh menuangkan minyak yang kita bawa ke dalam wadah minyak lampu (pelita), sisa minyak boleh kita bawa pulang dan dikonsumsi sesuai dengan keperluan.
(5). Air suci (Da Bei Shui)
air yang telah dipersembahkan kepada Guan Shi Yin Pu Sa, disebut air suci (Da Bei Shui), karena sudah diberkahi oleh Guan Shi Yin Pu Sa, tetapi kita sebagai orang awam tidak bisa mengandalkan pelafalan paritta untuk memberkahi air biasa menjadi air suci.
Boleh mempersembahkan air hangat, air dingin, air mineral, air bersih dan lain-lain, air minum yang tidak berwarna, tidak ada rasa, jangan menggunakan air mentah langsung dari keran atau air ledeng.
gelas yang digunakan untuk mempersembahkan air, harus menggunakan gelas yang baru; gelas kaca atau keramik juga bisa digunakan; ada atau tidaknya tutup gelas tidak dipermasalahkan, namun sebaiknya menggunakan gelas yang ada tutupnya, untuk menghindari debu atau serangga yang mengotori; gelas sebaiknya berwarna putih dan tanpa adanya tulisan apapun, jika ada mantra Da Bei Zhou masih diperbolehkan, tetapi jangan ada tulisan sutra Xin Jing, dan juga jangan ada gambar Buddha atau nama/julukan Buddha, dan juga jangan ada gambar binatang.
umumnya jumlah gelas untuk mempersembahkan air minimal harus sama dengan jumlah rupang Buddha yang ada di altar, boleh juga satu rupang Buddha ada beberapa gelas air, tetapi jumlah gelas air tidak boleh kurang dari jumlah rupang Buddha di altar. Gelas jangan terlalu besar, dan juga tidak boleh menggunakan gelas air mineral kemasan botol. Jika menggunakan gelas air mineral kemasan botol untuk menggantikan gelas untuk dipersembahkan, adalah tidak hormat.
Umumnya pada saat mempersembahkan dengan gelas, maka kita tidak mempersembahkan lagi air mineral kemasan botol.
air suci (Da Bei Shui) yang ada di altar tidak boleh diminum secara langsung, harus dituangkan ke gelas yang lain, baru diminum, tidak boleh menggunakan mulut kita untuk menyentuh gelas Buddha. Umumnya harus dengan hormat menggunakan kedua tangan untuk mengangkat gelas lebih tinggi daripada alis mata, muka menghadap ke Buddha, diangkat lebih tinggi dari alis mata, secara perlahan mengucapkan: ―mohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang welas asih untuk melindungi saya XXX, agar sehat walafiat‖, pada saat yang sama pula dalam hati membayangkan botol air suci dari Guan Shi Yin Pu Sa menuang dari kepala anda secara perlahan mengalir ke seluruh tubuh anda.
Setelah selesai, air dalam gelas persembahan tersebut kita tuangkan ke tempat atau wadah lainnya, dengan hormat kita minum air suci
tersebut. Efeknya lebih bagus jikalau sebelum minum bisa melafalkan mantra Da Bei Zhou 1 kali, dengan meletakkan telapak tangan di atas gelas tanpa menyentuh gelasnya.
air suci yang telah dipersembahkan kepada Guan Shi Yin Pu Sa, jika terlalu dingin, tidak boleh langsung dipanaskan atau dimasukkan ke dalam
microwave untuk dipanaskan, bisa
memanaskannnya dengan cara memasukkan ke dalam wadah yang berair panas baru diminum (hanya boleh dihangatkan sedikit, tidak boleh sampai mendidih).
air suci yang telah dipersembahkan kepada Buddha lainnya, umumnya boleh dibuang, jika ingin meminumnya harus melafalkan mantra Da Bei Zhou satu kali baru diminum. Dan jika ada banyak air yang digunakan untuk dipersembahkan banyak Buddha, jangan dicampurkan jadi satu dan minum, tetapi harus secara terpisah dituangkan ke tempat lain, kemudian baru diminum. Air yang
dipersembahkan kepada Guan Shi Yin Pu Sa tidak baik digunakan untuk menyiram bunga.
(6). Wadah Bakar Dupa Yang Di Altar (Xiang Lu/Hiolo), Bakar Dupa, Waktu dan Jumlah Yang Cocok dan sebagainya.
apabila di rumah ada altar Guan Shi Yin Pu Sa, setiap pagi dan malam harus membakar dupa, waktu bakar dupa pagi atau malam sebaiknya bisa dilakukan dengan waktu yang tetap, umumnya pagi atau malam hari kita boleh pilih jam 6, jam 8, jam 10 tepat, akan lebih baik. Ketika melafalkan paritta atau Xiao Fang Zi bisa membakar dupa dan kalau tidak bisa juga tidak masalah, jika kondisi memungkinkan dan ingin sambung-menyambung lanjutkan pembakaran dupa juga tidak masalah. jika mempunyai lebih dari satu rupang Buddha,
dan kondisi memungkinkan, sebaiknya satu rupang Buddha mempunyai satu xiang lu/hio lo dan setiap sembahyang masing-masing xiang lu/hiolo cukup gunakan 1 dupa tetapi pada Che It dan Cap Go (tanggal 1 dan tanggal 15 kalender
lunar), hari kebesaran Buddha, setiap xiang lu/hiolo gunakan tiga dupa/hio; jika kondisi tidak memungkinkan, satu altar Buddha gunakan satu xiang lu/hiolo pun boleh juga, tetapi sembahyang siang dan malam harus menggunakan tiga dupa/hio.
Che It dan Cap Go (tanggal 1 dan tanggal 15 kalender lunar), hari kebesaran Buddha dan hari besar lainnya boleh membakar dupa besar. Caranya di altar Buddha harus dinyalakan lampu Buddha (pelita), sembahyang dengan dupa biasa, kemudian menggunakan api yang ada di lampu Buddha untuk membakar kepingan kayu cendana (hio kayu cendana bisa diperoleh di toko perlengkapan alat sembahyang), kemudian apinya dipadamkan dengan cara mengayunkannya agar apinya mati (tidak boleh ditiup dengan mulut), begitu api di kayu mati, asap yang keluar pada saat itu disebut dupa besar, itulah wangi Guan Shi Yin Pu Sa, dilakukan secara berulang kali dengan cara dinyalakan dan diayunkan ke belakang, dilakukan sebanyak tiga kali, ini yang disebut bakar dupa
besar. Setelah selesai membakar dupa besar baru bersujud sembah (namaskara), ajukan permintaan/permohonan, melafalkan paritta. Sisa/bekas kayu cendana yang telah digunakan boleh diletakkan di samping xiang lu/hiolo, bagian yang belum habis terpakai, boleh digunakan lain kali.
(7). Bagaimana Penempatan Altar Buddha Ketika Pindah Rumah
Jika hendak pindah rumah, maka altar Buddha harus dipindahkan terlebih dahulu dari rumah lama ke rumah yang baru. Di rumah yang lama setelah selesai membakar satu dupa yang terakhir, setelah dupa habis terbakar, kemudian rupang Buddha diturunkan dari altar dan dibungkus dengan baik menggunakan kain merah. Yang terpenting di rumah baru, kita harus membakar 3 dupa, melafalkan 7 kali Da Bei Zhou, 7 kali Xin Jing, banyak bersujud sembah (namaskara). ―mohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang berwelas asih berkenan datang ke rumah baru saya XXX, berkati
saya XXX, XXX, saya pasti akan terus melatih diri dengan tekan dalam menekuni ajaran dharma
Buddha‖. Terlebih dahulu
menempatkan/dipindahkan altar Buddha baru pindah rumah akan lebih baik.
rupang Buddha yang telah dipindahkan ke rumah baru tidak perlu melakukan blessing/Khai kuang, karena sebelumnya sudah ada Buddha di dalamnya. Oleh karena itu, setelah dipindahkan, sekali menyalakan dupa langsung bisa memohon Buddha menempati rupang. Oleh karena itu, tidak perlu pengulangan blessing (Khai kuang).
jikalau melakukan renovasi dan sementara waktu perlu tinggal di tempat lain, sebaiknya dilakukan penempatan altar Guan Shi Yin Pu Sa di tempat tinggal sementara tersebut, Setelah rumah selesai renovasi, barulah pindahkan altar Guan Shi Yin Pu Sa ke rumah yang baru.
(8). Tata cara sembahyang saat menjalankan tugas di luar kota:
jika hanya jangka pendek, sebelum pergi berangkat kerja ke luar kota ganti air suci yang baru, buah dan bunga segar (harus dipastikan bahwa ketika pulang, buah atau bunga segar, tidak layu dan rusak), kemudian altar Buddha ditempatkan seperti biasa, jangan menutupi altar dengan benda apapun.
Sebaiknya, fotolah altar Buddha di rumah (ingat: ambil foto dalam kondisi tidak membakar dupa), kemudian foto ini dibungkus dengan baik menggunakan kain merah, untuk dibawa ke lokasi kerja. Jika kondisi memungkinkan, foto ini bisa diletakkan di altar dan lakukan sembahyang sebagaimana biasanya di rumah menggunakan dupa, air, buah-buahan segar, bunga segar, dan lain-lain; jika kondisi tidak memungkinkan, bisa setiap hari mengeluarkan foto ini, lakukan visualisasi seperti sembahyang di rumah, setelah itu simpan fotonya.
(9). Bagaimana Cara Mengundang Kehadiran Guan Shi Yin Pu Sa Untuk Menempati Rupang Buddha
jika anda mengikuti Lu Tai Zhang melatih diri, sebaiknya bisa mengundang (tidak sebut membeli) memohon satu rupang/patung atau gambar Guan Shi Yin Pu Sa, kita harus selalu ingat bersikap hormat kepada semua ajaran agama lain, baik yang Buddha, ataupun dewa lainnya. Mengundang satu gambar atau rupang Guan Shi Yin Pu Sa umumnya berada dalam posisi berdiri, tangan memegang satu pot suci dan satu ranting daunan; usahakan tidak memilih yang ada gambar naga. Sebaiknya yang masih belum blessing (khai kuang), dibawa pulang ke rumah sendiri dan memohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa agar berkenan menempati gambar atau rupang Guan Shi Yin Pu Sa yang akan saya sembahyangkan (akan lebih baik jika meminta Lu Tai Zhang atau biksu senior lainnya untuk melakukan blessing/khai kuang).
jika diri sendiri yang memilih gambar Guan Shi Yin Pu Sa, bisa kunjungi toko peralatan sembahyang, tataplah beberapa gambar Guan Shi Yin Pu Sa, jika anda merasa ada gambar Guan Shi Yin Pu Sa
yang tersenyum kepada anda atau anda sangat menyukainya, maka ambillah gambar Buddha tersebut; juga boleh mencetak gambar Guan Shi Yin Pu Sa yang ada di Guan Yin Tang, pasang dengan bingkai tanpa kaca.
umumnya jika seseorang yang tidak melatih diri dengan baik, tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan blessing (khai kuang) terhadap gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa, tetapi anda bisa memohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang welas asih yang sering melindungi kita untuk menempati gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa. Ritual tersebut dapat dilakukan di hari-hari baik seperti tanggal 1 dan 15 kalender lunar, pagi jam 8, jam 10 (jika di pagi hari tidak memungkinkan, juga boleh memilih jam 16:00 sore). Caranya: menyiapkan meja dan tempat, setelah memohon kehadiran Guan Shi Yin Pu Sa ke altar, mempersembahkan air, buah-buahan, lampu minyak (pelita), kemudian menyalakan dupa (tiga dupa/hio lebih bagus), kedua tangan memegang dupa diangkat sedikit lebih tinggi dari kepala, muka
menghadap ke gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa dan sembahyang tiga kali, kemudian dupa ditancapkan ke dalam tempat dupa (hiolo) yang ada di altar, katakan: ―mohon kepada Na Mo Da Ci Da Bei Jiu Ku Jiu Nan Guang Da Ling Gan Guan Shi Yin Pu Sa, berkenan menempati gambar/rupang yang saya XXX persembahkan‖. Kemudian lafalkan 7 kali Da Bei Zhou dan 7 kali Xin Jing, kemudian sujud sembah (namaskara) 3 kali. Semakin banyak melafalkan Da Bei Zhou dan Xin Jing akan semakin bagus khasiatnya.
sebelum melafalkan paritta, bisa mengucapkan beberapa permohonan, misalnya mohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa untuk melindungi keluarga saya agar aman dan lain-lain, atau muka menghadap kepada Guan Shi Yin Pu Sa dan berikrar mulai saat ini, saya akan sembahyang satu hari dua kali pagi dan malam dan lain-lain. Selama melafalkan paritta harus memperhatikan hio/dupa tetap menyala.
jangan sembarangan menyentuh gambar/rupang di altar, umumnya tidak perlu dilap atau dibersihkan. jika gambar/rupang Buddha banyak debu dan ingin dibersihkan, maka pilihlah waktu di siang hari, gunakan kain basah (tidak boleh pakai sabun ataupun cairan pembersih), lap gambar/rupang Buddha secara perlahan sampai bersih. Harus lakukan sambil melafalkan Xin Jing, jika dikarenakan terpaksa harus ganti tempat/posisi, harus sembahyang dupa terlebih dahulu dan mengatakan kepada Guan Shi Yin Pu Sa bahwa perlu ganti tempat, baca 3 kali Da Bei Zhou, 3 kali Xin Jing, kemudian tunggu sampai dupa habis terbakar baru dipindahkan.
(10). Bervisualisasi Melakukan Ritual Pemasangan Dupa
jika untuk sementara waktu tidak bisa mempunyai altar Guan Shi Yin Pu Sa, atau bekerja atau ditugaskan ke luar kota, bisa bervisualisasi memasang/menyalakan dupa di hati untuk Guan Shi Yin Pu Sa.
caranya: dalam hati pikirkan (membayangkan): rupang/gambar Guan Shi Yin Pu Sa atau bentuk gambar Guan Shi Yin Pu Sa yang paling disukai berada di depan diri kita, menyalakan lampu minyak (pelita), kemudian nyalakan dupa, kedua tangan memegang dupa setinggi dahi kemudian tancapkan dupa di dalam tempat dupa (hiolo), bersujud dan sembahyang, pada saat yang sama, di dalam hati juga memohon diberkati. Ketika itu kita cukup bersikap anjali, tidak boleh melakukan tindakan berlutut dan sujud terhadap gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa di layar komputer, di buku, atau gambar lain yang belum diblessing.
Tidak boleh lakukan sembahyang dengan dupa apabila tidak ada gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa yang sebagaimana biasa sudah lama disembahyangkan. Apabila kita lakukan sembahyang terhadap gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa yang belum diblessing, risikonya sama dengan kita lakukan sembahyang kepada roh lain yang lalu lalang bahkan bisa mengundang
kejadian negatif yang tidak diinginkan karena dalam sepanjang waktu tidak disembahyangkan dan tidak ada blessing/khai kuang, tidak ada aura