• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yulie Neila Chandra, C. Dewi Hartati, Gustini Wijayanti, Hin Goan Gunawan Program Studi Bahasa dan Budaya Tiongkok

ync_phoenix@yahoo.com

ABSTRAK

Berbagai pengetahuan keterampilan menjadi modal dalam industri jasa dan kreatif, begitu pula keterampilan tata rias wajah dan hijab bagi ibu-ibu PKK. Keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan pelatihan. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan dan pelatihan kepada ibu-ibu PKK dalam bidang tata rias wajah dan pemakaian hijab sehingga ibu-ibu tersebut dapat mandiri baik dalam hal tata rias, maupun mandiri secara ekonomi. Melalui metode pembelajaran yang sesuai, hasil kegiatan pelatihan ini antara lain:

keterampilan tata rias wajah dan hijab, serta kepercayaan diri para ibu meningkat; mereka dapat menghemat pengeluaran untuk pergi ke salon kecantikan bila kerabat mereka menyelenggarakan hajatan atau dalam kegiatan lainnya; atau memberikan jasanya mendandani kerabat mereka; bahkan para ibu PKK yang telah mendapat pelatihan juga dapat mengajarkan kepada ibu-ibu lainnya atau remaja putri (karang taruna) di lingkungan tempat tinggal mereka. Oleh karena itu, kegiatan ini dapat membangun industri jasa di lingkungan mereka.

Kata Kunci: Tata Rias Wajah, Hijab, Keterampilan, Industri Jasa, Ibu-ibu PKK

PENDAHULUAN

Semua perempuan ingin terlihat cantik dan menarik. Berbagai cara dilakukan oleh kaum perempuan untuk membuat dirinya terlihat demikian, dari yang biasa seperti berdandan, pergi ke salon kecantikan, hingga yang ekstrim seperti operasi plastik. Dengan kata lain, kaum perempuan tidak dapat terlepas dari urusan hias rias, mulai dari anak-anak, gadis remaja hingga ibu-ibu. Bahkan, urusan hias rias ini juga merambah di kalangan perempuan berhijab.

Kata tata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2011) berarti aturan, kaidah, dan susunan, yang biasanya digunakan dalam kata majemuk. Sementara itu, kata rias dalam bahasa Indonesia termasuk homonim. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

63

(2011), kata rias pertama berarti hati batang pisang yang berkategori nomina; sedangkan arti rias kedua adalah hias yang berkategori verba, artinya tidak lain adalah merias, berdandan, bersolek, dan sebagainya merujuk pada kegiatan mempercantik diri. Kata hias tersebut sering disandingkan dengan rias sehingga menjadi hias rias. Maknanya sama, yakni berhias, merias, berdandan, bersolek, dan juga memperelok diri. Tata rias wajah bertujuan membuat penampilan wajah lebih cantik.

Tata rias wajah adalah kegiatan mengubah penampilan dari bentuk asli sebenarnya dengan bantuan bahan dan alat kosmetik. Istilah dalam bahasa Inggris adalah make up. Istilah tersebut merujuk pada pengubahan bentuk wajah (Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org>wiki>tata_rias). Tata rias wajah berkaitan dengan anatomi wajah (garis dan bentuk wajah) dan juga bentuk tubuh, sifat-sifat atau karateristik warna, gradasi warna, dan komposisi warna. Tata rias juga dapat mengkoreksi kekurangan dan kelebihan wajah. Oleh karena itu, tujuan umum tata rias wajah adalah mengubah penampilan fisik khususnya wajah yang kurang sempurna.

Kata hijab berasal dari bahasa Arab, yang artinya adalah „penghalang‟. Pada beberapa negara berbahasa Arab dan negra-negara Barat, kata hijab lebih sering merujuk kepada

„kerudung‟ yang digunakan oleh wanita muslim, yang biasa disebut jilbab. Dalam keilmuan Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tatacara berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntutan agama (Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.m.wikipedia.org>wiki>Hijab).

Setakat ini, rias wajah sering dikaitkan dengan penggunaan hijab. Bagi perempuan yang tidak berhijab, tata rias rambut menjadi bagian yang penting dan tidak dapat dilepaskan dalam tata rias wajah, begitu pula jilbab bagi para perempuan berhijab. Berbagai model hijab menjadi daya tarik tambahan dalam tata rias wajah.

Mengenai tata rias wajah dan hijab juga menjadi perhatian para ibu PKK di lingkungan RW 03 kelurahan Pisangan Timur kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur.

Berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan, ibu-ibu PKK berkeinginan mengasah keterampilan mereka dalam bidang tata rias wajah dan hijab. Pada umumnya ibu-ibu PKK RW 03 mengenakan hijab atau berbusana muslim. Namun, mereka merasa tidak bisa memakai hijab dengan gaya dan model kekinian, terlebih untuk berbagai acara yang berbeda, baik yang formal maupun informal; seperti acara pernikahan, sunatan, pengajian, dan lain-lain. Hal itu juga menyangkut tata rias wajah. Ibu-ibu PKK RW 03 juga mengakui bahwa mereka kurang terampil dalam merias wajah, khususnya untuk acara-acara yang telah

64

disebutkan itu, sehingga ibu-ibu yang cukup mapan akan pergi ke salon untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun sebaliknya, ibu-ibu yang ekonominya kurang mapan hanya dapat mengandalkan apa yang mereka bisa. Kalaupun ke salon, mereka akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk ukuran mereka. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang memiliki keinginan menjadi ahli dalam merias, setidaknya merias diri sendiri; dan banyak pula yang ingin menjadi perias di lingkungan mereka sendiri dulu, agar kelak dapat lebih terampil sehingga dapat menjadi modal dalam industri jasa, yakni mendapatkan penghasilan sendiri.

Berdasarkan gambaran analisis situasi seperti yang dipaparkan di atas, permasalahan mitra, yaitu kurangnya kegiatan menambah pengetahuan dan keterampilan di tempat mitra yang dapat membangun industri jasa dan kreatif sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan membantu perekonomian setiap rumah tangga. Oleh karena itu, permasalahan tersebut diatasi melalui sebuah pelatihan kemitraan mengenai tata rias wajah dan hijab agar dapat menumbuhkan rasa percaya diri mitra, serta dapat membangun industri jasa bagi mitra.

METODE

Untuk mencapai tujuan, diperlukan serangkaian metode dan teori yang melandasi kegiatan. Berikut adalah metode pelaksanaan kegiatan dari awal hingga akhir yang disajikan dalam bentuk tabel.

No. Tahapan Materi Kegiatan Metode Tempat

1 Persiapan:

65

pembelajaran. Menurut Thorndike yang dikutip oleh Djiwandono (2002), belajar adalah pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus, respon, dan penyelesaian masalah yang dapat dilakukan dengan cara coba-coba. Teori ini memandang guru/pengajar harus tahu apa yang hendak diajarkan, respon apa yang diharapkan, dan kapan harus memberikan hadiah (reward) atau penguat (reinforcement). Guru/pengajar berperan penting di kelas, dengan mengontrol langsung kegiatan belajar siswa. Mereka yang harus lebih dulu menentukan logika yang penting untuk menyampaikan materi pelajaran. Setelah siswa memberi respon, guru/ pengajar harus memberikan penguat tersebut.

Proses pembelajaran juga bertalian dengan kognisi. Teori kognitif berpandangan bahwa belajar adalah hasil dari usaha kita untuk dapat mengerti dunia. Penguat (reinforcement) merupakan sumber umpan balik. Umpan balik ini dapat memberi informasi tentang apa yang akan terjadi bila ada pengulangan. Pendekatan ini melihat belajar sebagai sesuatu yang aktif, berinisiatif mencari pengalaman belajar, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali, serta mengorganisasi apa yang telah diketahui untuk mencapai pelajaran baru (Djiwandono, 2002).

66

Pembelajaran keterampilan sejatinya berpijak pada nilai humanistik. Dalam teori humanistik dikemukakan bahwa tujuan pendidikan humanistik oleh Combs yang dikutip oleh Djiwandono (2002) adalah (1) menerima kebutuhan dan tujuan siswa serta menciptakan pengalaman dan program untuk perkembangan keunikan potensi siswa; (2) memudahkan aktualisasi diri siswa dan perasaan diri mampu; (3) memperkuat perolehan keterampilan dasar (akademik, pribadi, antarpribadi, komunikasi, dan ekonomi); (4) memutuskan pendidikan secara pribadi dan penerapannya; (5) mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi dalam proses pendidikan; (6) mengembangkan suasana belajar yang menantang, bisa dimengerti, mendukung, menyenangkan, serta bebas dari ancaman; dan (7) mengembangkan sikap siswa terhadap ketulusan, menghormati dan menghargai orang lain, serta terampil dalam menyelesaikan masalah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mitra dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah ibu-ibu PKK yang menginginkan banyak kegiatan keterampilan yang dapat menambah pengetahuan mereka, dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah mencari kegiatan yang dapat membangun industri jasa ataupun industri kreatif di lingkungan tempat tinggal mereka, bahkan untuk keluarga mereka sendiri.

Pelatihan tata rias wajah dan hijab menjadi suatu kegiatan yang sangat bermanfaat bagi mitra tersebut. Hal itu disebabkan tata rias wajah dan hijab merupakan keperluan sehari-hari, yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai acara atau keadaan, sehingga keterampilan tersebut menjadi salah satu alternatif untuk membangun industri jasa di lingkungan mitra.

Dengan demikian, ke depannya mitra dapat memiliki berbagai keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk menambah ekonomi keluarga mereka masing-masing.

Kegiatan pelatihan ini berupa:

1. Penyampaian materi: (a) pengenalan berbagai jenis tata rias wajah (make up) yang bergantung situasi tempat, yakni tata rias wajah sehari-hari hingga untuk pesta/hajatan;

(b) pengenalan jenis-jenis hijab; (c) pengenalan alat-alat tata rias wajah; (d) pengenalan perlengkapan hijab; dan lain-lain.

67

2. Praktik langsung tata rias pada wajah masing-masing dan praktik langsung berbagai model hijab dari yang sederhana hingga yang kompleks, dari yang hanya memerlukan satu bahan hingga yang lebih dari satu bahan (kombinasi warna dan motif/corak).

Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pelatihan ini, terdapat beberapat faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendorong atau pendukung terlaksananya kegiatan ini, yaitu

1. Besarnya minat dan antusiasme para peserta pelatihan selama kegiatan sehingga kegiatan ini berlangsung dengan gembira, lancar, tertib, dan efektif.

2. Tempat pelaksanaan kegiatan di Kantor RW 03 yang sangat memudahkan bagi para peserta karena dekat dengan rumah mereka.

3. Kegiatan PkM ini dilaksanakan dengan santai dan riang gembira, tanpa ada tekanan apa pun.

4. Para peserta mendapat kenang-kenangan berupa perlengkapan dan asesoris hijab, serta goody bag (tas kantong belanja) UNSADA.

5. Pelatihan ini melibatkan mahasiswa yang ikutserta membantu pelaksanaan pelatihan sehingga pelatihan dapat berjalan lancar.

Selain faktor pendukung, ditemukan juga faktor penghambat kegiatan pengabdian ini, yaitu

1. Karena peserta pelatihan adalah ibu-ibu PKK RW 03 yang sebagian besar juga memiliki kegiatan masing-masing terutama terkait dengan tugas mereka sebagai ibu rumah tangga, maka waktu pelaksanaan pelatihan kadang-kadang berubah-ubah. Para peserta juga kebanyakan merupakan jumantik yang waktunya kadang sering bersamaan sehingga kegiatan sering tertunda. Seringkali jadwal yang sudah diatur mendadak harus ditunda karena beberapa hal seperti bulan Ramadhan, Idul Fitri, kegiatan keagamaan, arisan, jumantik, rapat RT, syukuran, dan sebagainya.

2. Peralatan tata rias (alat make up) yang bagus, harganya relatif lebih mahal sehingga ini menjadi suatu kendala juga. Namun, dengan berbekal alat make up yang telah dimiliki oleh masing-masing peserta, para peserta tetap dapat menggunakannya dengan baik karena diajarkan cara-cara yang praktis.

SIMPULAN

68

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan berlangsung, serta wawancara (tanya jawab) dengan ibu-ibu PKK RW 03 sebagai peserta kegiatan ini, diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan keterampilan dalam bidang tata rias dan hijab bertambah, sehingga mengakibatkan kepercayaan diri para peserta juga meningkat;

2. Para ibu PKK RW 03 sebagai peserta dapat menularkan ilmunya kepada siapa pun yang tertarik di bidang tata rias wajah dan hijab tersebut, seperti kepada putri mereka;

3. Kesadaran ibu-ibu PKK RW 03 dalam memelihara kecantikan dan menjaga penampilan juga bertambah.

4. Para ibu PKK RW 03 antusias untuk mengikuti pelatihan-pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan pengetahuan mereka.

5. Ide untuk berwirausaha dalam bidang jasa kecantikan bertambah, sehingga kegiatan ini dapat menjadi modal dalam industri jasa bagi peserta.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. (2018). Buku Panduan Pengusulan Program Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat melalui SIMLITABMAS Tahun 2018. Jakarta:

Ristekdikti.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kemitraan (LP2MK), Universitas Darma Persada. 2016. Rencana Strategis (Renstra) Pengabdian kepada Masyarakat 2016-2020. Jakarta: Universitas Darma Persada.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (edisi keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.m.wikipedia.org>wiki>Hijab Wikipedia Bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org>wiki>tata_rias

69

PELATIHAN PERSIAPAN JLPT N5 (MOJI-GOI-BUMPO) LANJUTAN

Dokumen terkait