• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.4 Alternatif Kebijakan Pengembangan Usaha Budidaya Tambak Polikultur

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, usaha budidaya tambak di Desa Tambaksari sudah terlaksana dengan baik. Hal tersebut terjadi karena Desa Tambaksari dikenal sebagai salah satu pusat aktivitas budidaya tambak ikan bandeng di Kabupaten Karawang. Pada beberapa tahun ini, budidaya tambak di Desa Tambaksari sudah terjadi perkembangan dengan mulai terlaksananya usaha tambak ikan bandeng yang dibudidayakan secara polikultur dengan rumput laut

Gracillaria. Namun, dari sisi pelaksanaannya, budidaya polikultur tersebut masih belum dapat berkembang secara optimal di Desa Tambaksari. Hal tersebut terjadi karena petambak belum mengetahui secara jelas mengenai pengelolaan budidaya polikultur yang tepat dan manfaat secara ekonomi yang dapat diperoleh dari usaha tersebut. Hal tersebut didukung pula oleh adanya budaya wilayah setempat yang kuat yang menyatakan bahwa hanya usaha tambak ikan bandeng (monokultur) yang paling sesuai dilaksanakan di wilayah mereka.

Potensi perikanan budidaya di Desa Tambaksari dan Kabupaten Karawang secara umum sangat tinggi. Menurut pihak Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut (BPBAPL) Karawang, karakteristik lahan di sepanjang pesisir Kabupaten Karawang sangat sesuai untuk pelaksanaan budidaya tambak polikultur tersebut. Selain itu, Kabupaten Karawang juga merupakan daerah sumber perikanan terbesar kedua di Pesisir Utara Jawa Barat setelah Indramayu. Potensi perikanan yang tinggi tersebut dapat menjadi faktor pendorong bagi

secara lebih maksimal terhadap budidaya polikultur tersebut. Namun, dari upaya yang telah dilaksanakan, pengembangan budidaya polikultur belum terlaksana secara optimal. Hal tersebut karena belum adanya suatu kebijakan yang dapat mengatur secara spesifik mengenai pelaksanaan budidaya polikultur tersebut di wilayah Kabupaten Karawang.

Berdasarkan hasil estimasi nilai ekonomi diperoleh bahwa budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari menghasilkan surplus produsen sebesar Rp 20.255.910,71/ha/tahun dan total nilai ekonomi pemanfaatan kawasan mencapai Rp 1.650.856.722,91/tahun. Begitu pula dari hasil analisis finansial kelayakan usaha, budidaya tambak polikultur tersebut layak untuk dikembangkan dan dilaksanakan.

Melihat hasil penelitian tersebut, maka alternatif kebijakan pengembangan yang perlu dilaksanakan adalah kebijakan yang mendukung peningkatan produksi dan tingkat pendapatan petambak secara optimal. Apabila kebijakan tersebut dapat dilaksanakan secara tepat dengan dukungan dari berbagai stakeholder

terkait, maka diharapkan tercipta suatu kebijakan pengelolaan dan pengembangan budidaya polikultur terbaik. Alternatif-alternatif kebijakan pengembangan yang dapat disusun adalah sebagai berikut:

a. Pemanfaatan areal tambak untuk usaha budidaya tambak polikultur.

b. Penerapan sistem tambak silvofishery pada usaha budidaya tambak polikultur. c. Perbaikan prasarana dan sarana perikanan budidaya.

Penilaian alternatif dilakukan untuk mengetahui persepsi responden mengenai alternatif kebijakan pengembangan budidaya polikultur yang telah disusun. Responden terdiri dari perwakilan instansi maupun pihak tertentu yang memiliki keterkaitan dalam pengembangan sektor budidaya perikanan dan/atau mengetahui kondisi sektor perikanan budidaya di Desa Tambaksari dan Kabupaten Karawang. Pihak tersebut terdiri dari Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut (BPBAPL) Karawang, Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, serta kelompok petambak di wilayah Desa Tambaksari. Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan kuesioner sebagai alat bantu penilaian. Responden tersebut memberikan skor terhadap masing-masing alternatif sesuai dengan persepsi dari setiap responden.

Pemberian skor menggunakan skala likert 1 sampai 4, dengan 1 adalah tidak efektif, 2 adalah kurang efektif, 3 adalah efektif, dan 4 adalah sangat efektif. Hasil penilaian masing-masing responden terhadap alternatif kebijakan pengembangan budidaya polikultur dapat dilihat secara jelas pada Lampiran 15.

Alternatif kebijakan pengembangan yang pertama adalah pemanfaatan areal tambak untuk usaha budidaya tambak polikultur. Seluruh responden secara umum memiliki pandangan yang serupa terhadap alternatif kebijakan tersebut yaitu sangat efektif untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Apabila alternatif secara tepat dilaksanakan maka dipandang dapat menghasilkan diversifikasi produk pada usaha tambak dan bisa meningkatkan pendapatan bagi petambak dari komoditi yang dibudidayakan. Budidaya tambak polikultur dari sisi teknis sangat sederhana, mudah, dan murah. Secara sosial, budidaya polikultur akan menciptakan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat sekitar lokasi usaha. Akan tetapi, jika alternatif tersebut ingin dilakukan maka terlebih dahulu perlu dilakukan kegiatan pelatihan dan dempon (percontohan) secara berkala di lokasi alternatif tersebut akan dilaksanakan. Hal tersebut diperlukan agar petambak mengetahui teknis pengelolaan budidaya polikultur yang tepat. Selain itu, tidak seluruh areal tambak yang ada di Desa Tambaksari ataupun Kabupaten Karawang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pemanfaatan usaha budidaya tambak polikultur tersebut.

Alternatif kebijakan pengembangan yang kedua yaitu penerapan sistem tambak silvofishery pada usaha budidaya tambak polikultur. Masing-masing responden memiliki pandangan yang berbeda terhadap alternatif tersebut. Menurut pihak BPBAPL Karawang alternatif efektif dilaksanakan. Hal tersebut karena secara teknis mangrove dapat memberikan manfaat sebagai daerah asuhan yang banyak menghasilkan makanan ikan. Secara ekologi, tanaman mangrove tersebut dapat berfungsi pula sebagai pencegah terjadinya abrasi pantai. Selain itu, daun dan buah tanaman mangrove dapat diolah menjadi pupuk alami dan produk yang bernilai ekonomi. Hal tersebut dapat membuat tambak menjadi lebih subur dan menghemat biaya produksi dan secara langsung akan membuat pendapatan petambak meningkat.

Pihak BLUPPB Karawang berpendapat alternatif kurang efektif dilaksanakan karena berpandangan bahwa secara umum petambak di Kabupaten Karawang belum mengetahui secara jelas pengelolaan yang tepat terhadap sistem tambak silvofishery. Selain itu, pengelolaan sistem tambak silvofishery dipandang akan membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi. Meskipun memberikan manfaat ekologi tinggi, namun secara ekonomi alternatif tersebut kurang efektif apabila dilaksanakan karena masih rendahnya daya serap pasar terhadap produk yang dihasilkan. Pihak kelompok petambak Desa Tambaksari berpandangan alternatif efektif dilaksanakan karena tambak silvofishery dirasa dapat menjaga ekosistem dan menjaga kualitas air tambak. Akan tetapi, meski mengetahui dapat memberi manfaat ekologi yang tinggi namun responden berpandangan alternatif tersebut belum sangat efektif jika dilaksanakan di Desa Tambaksari. Hal tersebut karena secara umum sistem tambak silvofishery belum secara luas diketahui oleh petambak di Desa Tambaksari baik dari sisi pengelolaan maupun manfaat yang dapat diperoleh. Petambak juga beranggapan sistem silvofishery dalam pelaksanaannya akan membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi dan kurang sesuai untuk petambak yang masih memiliki pendapatan terbatas.

Alternatif kebijakan pengembangan yang ketiga terkait dengan perbaikan prasarana dan sarana sektor perikanan budidaya. Ketiga pihak responden memiliki persepsi berbeda terhadap pelaksanaan alternatif tersebut. Pihak BPBAPL Karawang secara umum berpandangan alternatif efektif dilaksanakan karena dapat membantu dalam peningkatan pelaksanaan budidaya polikultur yang lebih efektif dan efisien. Akan tetapi, pihak BPBAPL berpendapat pelaksanaan alternatif tersebut akan mengalami berbagai hambatan dalam hal pendanaan karena keterbatasan APBD Kabupaten Karawang maupun APBD Provinsi Jawa Barat. Menurut pihak BLUPPB, secara teknis masih diperlukan kajian lebih lanjut mengenai aspek dimensi tambak yang memadai untuk budidaya polikultur tersebut.

Responden dari kelompok petambak Desa Tambaksari memiliki pandangan yang berbeda mengenai alternatif tersebut. Kelompok petambak beranggapan alternatif sangat efektif jika dilaksanakan karena dapat membantu usaha yang dilaksanakan menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, hal tersebut

akan sangat membantu dalam peningkatan produktivitas hasil tambak. Responden berpendapat apabila alternatif tersebut dilakukan, perbaikan harus difokuskan kepada hal yang berhubungan langsung dengan teknis pengelolaan usaha. Perbaikan dapat difokuskan pada sarana pendukung seperti saluran air ke tambak, perbaikan pematang tambak, bantuan pengadaan pompa air bagi para petambak, dan lainnya.

Setelah dilakukan analisis dari penilaian responden terhadap masing- masing alternatif kebijakan pengembangan, dilakukan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam MPE adalah sebagai berikut (Marimin dan Maghfiroh, 2010):

1. Menyusun alternatif-alternatif keputusan

Alternatif keputusan yang dipilih adalah menentukan alternatif kebijakan pengembangan budidaya tambak yang dapat dilaksanakan sesuai dengan hasil perhitungan nilai ekonomi dan kelayakan usaha budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari. Alternatif-alternatif tersebut adalah:

a. Pemanfaatan areal tambak untuk usaha budidaya tambak polikultur.

b. Penerapan sistem tambak silvofishery pada usaha budidaya tambak polikultur. c. Perbaikan prasarana dan sarana perikanan budidaya.

2. Menentukan kriteria atau kriteria perbandingan keputusan

Penetuan kriteria perbandingan keputusan yang digunakan berbeda dengan model MPE pada umumnya. Umumnya, kriteria keputusan merupakan beberapa faktor penting dalam mendapatkan suatu keputusan yang tepat (Fadhilah, 2015). Dalam penelitian ini kriteria keputusan ditentukan berdasarkan pada perbandingan persepsi responden mengenai tingkat kepentingan masing-masing alternatif keputusan yang telah disusun.

3. Menentukan tingkat kepentingan dari setiap alternatif

Tingkat kepentingan ditentukan dengan menentukan besarnya bobot dari masing-masing alternatif yang ada. Penentuan bobot dilaksanakan melalui wawancara terhadap reponden yang diwakili oleh perwakilan dari BPBAPL Karawang sesuai dengan persepsi responden mengenai kepentingan alternatif tersebut.

4. Melakukan penilaian terhadap masing-masing alternatif

Penilaian alternatif dilakukan oleh responden dengan memberikan skor terhadap masing-masing alternatif. Responden terdiri dari perwakilan pihak BPBAPL Karawang, BLUPPB Karawang, dan kelompok petambak polikultur di Desa Tambaksari. Penentuan besarnya skor dilakukan menggunakan skala likert

yang menunjukkan 1 adalah tidak efektif, 2 adalah kurang efektif, 3 adalah efektif, dan 4 adalah sangat efektif.

5. Menghitung skor atau nilai total setiap alternatif

Nilai total dalam MPE diperoleh dengan menjumlahkan skor dari masing- masing alternatif yang dipangkatkan dengan bobotnya. Nilai total tersebut dapat dilihat pada Tabel 20 sebagai berikut.

Tabel 20. Nilai total alternatif kebijakan pengembangan budidaya tambak polikultur

Alternatif Kebijakan Pengembangan Nilai

a. Pemanfaatan areal tambak untuk usaha budidaya tambak polikultur

1.685

b. Penerapan sistem tambak silvofishery pada usaha budidaya tambak polikultur

920

c. Perbaikan prasarana dan sarana perikanan budidaya 1.205 Sumber : Hasil Analisis Data, 2015

6. Menentukan urutan prioritas keputusan

Penentuan urutan dilakukan dengan mengurutkan alternatif keputusan dari nilai terbesar sampai nilai terkecil. Melalui penentuan urutan tersebut, dapat diperoleh alternatif keputusan yang terbaik untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Urutan alternatif tersebut dapat dilihat pada Tabel 21 sebagai berikut.

Tabel 21. Penentuan peringkat alternatif kebijakan pengembangan budidaya tambak polikultur

Alternatif Kebijakan Pengembangan Nilai Peringkat a. Pemanfaatan areal tambak untuk usaha budidaya

tambak polikultur

1.685 1

b. Penerapan sistem tambak silvofishery pada usaha budidaya tambak polikultur

920 3

c. Perbaikan prasarana dan sarana perikanan budidaya 1.205 2 Sumber : Hasil Analisis Data, 2015

Berdasarkan Tabel 21, maka diperoleh alternatif kebijakan pengembangan yang terbaik untuk dikembangkan dan dilaksanakan adalah pemanfaatan areal

tambak untuk usaha budidaya tambak polikultur. Alternatif tersebut berada pada urutan pertama berdasarkan dari perhitungan nilai total MPE.

Pengembangan usaha budidaya tambak polikultur yang terbaik untuk dikembangkan dan dilaksanakan di Desa Tambaksari meurut hasil analisis Metode Perbandingan Eksponensial adalah pemanfaatan areal tambak untuk usaha budidaya tambak polikultur. Kebijakan tersebut dipandang sebagai alternatif yang paling tepat untuk dikembangkan karena terdapat potensi pemanfaatan secara lebih optimal areal tambak di Desa Tambaksari untuk pelaksanaan budidaya polikultur. Hal tersebut didukung juga dengan kondisi aktual Desa Tambaksari yang memiliki areal tambak seluas 827 hektar yang dapat dimanfaatkan secara lebih optimal untuk budidaya polikultur. Secara karakteristik geografis wilayah, Desa Tambaksari sesuai untuk pengembangan budidaya tambak polikultur tersebut. Selain itu, budidaya tambak polikultur dari teknis pelaksanaannya sangat mudah dilaksanakan. Berdasarkan aspek ekonomi, biaya produksi yang dibutuhkan pada usaha tersebut tidak terlalu besar dan penerimaan yang diperoleh petambak akan jauh lebih tinggi jika dibandingkan budidaya ikan bandeng secara monokultur. Dengan demikian, usaha budidaya tambak polikultur dipandang sangat tepat apabila dikembangkan di Desa Tambaksari dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan petambak dan masyarakat serta pendapatan daerah Kabupaten Karawang.

Perbaikan parasarana dan sarana perikanan budidaya berada di peringkat kedua sebagai alternatif kebijakan terbaik untuk dikembangkan. Prasarana dan sarana perikanan budidaya di Desa Tambaksari maupun Kabupaten Karawang secara umum dipandang masih kurang memadai untuk mendukung pelaksanaan usaha budidaya tambak polikultur secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan usaha budidaya polikultur membutuhkan prasarana dan sarana yang memadai agar pengelolaan usaha budidaya tambak polikultur tersebut dapat terlaksana secara lebih maksimal

Penerapan sistem tambak silvofishery berada di urutan terakhir sebagai alternatif kebijakan terbaik untuk dikembangkan. Hal tersebut dikarenakan sistem tambak silvofishery dipandang masih belum sesuai diterapkan di Desa Tambaksari karena teknis pengelolaan belum diketahui secara luas oleh petambak. Selain itu,

sistem tambak silvofishery dipandang membutuhkan biaya pengelolaan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengelolaan tambak dengan sistem terbuka. Pada satu sisi lainnya, pendapatan petambak masih terbatas meskipun sistem tambak

silvofishery dipandang memberikan manfaat ekologi yang lebih tinggi. Penerapan sistem tambak silvofishery pada budidaya tambak polikultur antara ikan bandeng dan rumput laut Gracillaria tersebut juga memerlukan kajian lebih lanjut mengenai penggunaan model tambak silvofishery yang tepat. Apabila model tambak silvofishery yang digunakan kurang tepat maka dapat mengganggu kehidupan ikan bandeng dan pertumbuhan rumput laut Gracillaria. Penggunaan model tambak silvofishery yang kurang tepat akan menghalangi pasokan cahaya yang dibutuhkan untuk kehidupan dan pertumbuhan komoditi yang dibudidayakan secara polikultur tersebut. Hal tersebut secara langsung akan berakibat pada terganggunya hasil produksi ikan bandeng maupun rumput laut Gracillaria

tersebut.

Pelaksanaan berbagai alternatif kebijakan pengembangan tersebut agar dapat terlaksana secara lebih optimal, perlu juga mendapat dukungan dari berbagai instansi terkait di wilayah Kabupaten Karawang. Instansi terkait tersebut terdiri dari Pemerintah Kabupaten Karawang, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang, BPBAPL dan BLUPPB Karawang, dan instansi terkait lainnya. Dukungan dari berbagai instansi tersebut dapat berupa penerapan suatu peraturan yang dapat mendukung pelaksanaan alternatif secara optimal dan pemberian bantuan input produksi bagi para pelaku usaha. Selain itu, perlu dilakukan juga kegiatan sosialisasi, pelatihan, dan pengembangan teknologi secara berkala kepada petambak pelaku usaha. Diharapkan dengan dukungan dan langkah tersebut, akan tercipta berbagai inovasi pengelolaan dan pengembangan budidaya polikultur lainnya secara lebih maksimal. Dengan demikian, diharapkan budidaya tambak polikultur dapat menjadi sektor yang berkontribusi besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Tambaksari dan perekonomian daerah Kabupaten Karawang.

Dokumen terkait