• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Analisis Kelayakan Usaha

Studi kelayakan dapat dilakukan untuk menilai kelayakan investasi baik pada sebuah proyek maupun bisnis yang sedang berjalan, sehingga kita mengetahui berhasil atau tidaknya investasi yang telah ditanamkan baik secara finansial (swasta) maupun ekonomi (pemerintah). Dalam merencanakan dan

menganalisis proyek yang efektif harus mempertimbangkan banyak aspek yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Seluruh aspek tersebut saling berhubungan dan suatu putusan mengenai satu aspek akan mempengaruhi putusan-putusan terhadap aspek lainnya. Secara umum analisis kelayakan terbagi menjadi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek finansial (Gittinger, 1986).

2.8.1. Aspek Pasar

Evaluasi aspek pasar sangat penting dalam pelaksanaan studi kelayakan proyek/usaha. Aspek pasar meliputi rencana pemasaran output yang dihasilkan proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gittinger, 1986).

2.8.2. Aspek Teknis

Analisis teknis berhubungan dengan input proyek dan ouput berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Indikasi suatu proyek dikatakan layak dalam menjalankan usahanya dapat dilihat dari adanya perkembangan produksi yang dihasilkan, lokasi usaha yang strategis, infrastruktur yang mendukung seperti fasilitas jalan, listrik, transportasi, pengadaan bahan baku serta sarana produksi mudah diperoleh. Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasi/luas produksi, kriteria pemilihan mesin dan peralatan yang digunakan, proses produksi yang dilakukan dan jenis teknologi yang digunakan (Gittinger, 1986).

2.8.3. Aspek Manajemen

Analisis manajemen berkaitan dengan hal-hal yang berkenaan dengan pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek dengan pola sosial budaya masyarakat setempat, susunan organisasi proyek dengan pembentukan tim kerja, pembagian kerja, pembuatan rencana kerja agar sesuai dengan prosedur organisasi setempat, dan keahlian staf yang ada untuk mengelola proyek (Gittinger, 1986). 2.8.4. Aspek Sosial

Analisis sosial berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek tanggap

manfaat/dampak secara sosial maupun lingkungan dari suatu proyek terhadap kehidupan masyarakat, bisa berupa dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif pembangunan proyek pada masyarakat sekitar antara lain adalah ikut menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan penduduk sekitar, baik secara langsung maupun tidak langsung, peningkatan fasilitas infrastruktur umum dan lain sebagainya. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan bisa berupa pencemaran lingkungan karena limbah, hingga faktor keamanan yang tidak nyaman untuk berinvestasi (Gittinger, 1986).

2.8.5. Aspek Finansial

Gittinger (1986) menyatakan bahwa analisis proyek adalah untuk membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan menentukan proyek-proyek yang mempunyai keuntungan yang layak. Suatu proyek dapat dilaksanakan atau tidak, bila hasil yang diperoleh dari proyek dapat dibandingkan dengan sumber- sumber yang diperlukan (biaya). Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan diterima tidaknya suatu usulan proyek. Kriteria yang umum digunakan dalam analisis finansial dan analisis ekonomi antara lain Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value, NPV), Rasio Manfaat-Biaya Bersih (Net Benefit Cost-Ratio, Net B/C), dan Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return, IRR).

a. Nilai Sekarang Bersih (Net Present Value, NPV)

Net Present Value dari suatu proyek adalah nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Proyek dinyatakan layak jika NPV lebih besar atau sama dengan nol. Jika NPV sama dengan nol berarti biaya dapat dikembalikan persis sama besar oleh proyek. Pada kondisi tersebut proyek tidak untung dan tidak rugi, sedangkan NPV lebih kecil dari nol proyek tidak layak dilakukan. Sumber-sumber yang dipakai proyek tersebut lebih baik dialokasikan pada kegiatan yang lebih menguntungkan.

b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu proyek layak dilaksanakan jika nilai Net B/C lebih besar atau sama dengan satu. Artinya manfaat yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan. Apabila Net B/C lebih kecil dari satu,

proyek tidak layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya yang telah dikeluarkan .

c. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return, IRR)

Internal Rate of Return adalah tingkat diskonto pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persentase. Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Suatu proyek layak dilaksanakan jika nilai IRR lebih besar atau sama dengan discount rate yang berlaku. Jika nilai IRR lebih kecil dari discount rate yang berlaku, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

d. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh penurunan harga dan kenaikan biaya yang terjadi terhadap kelayakan suatu usaha, yaitu layak ataupun menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Dalam analisis sensitivitas, setiap kemungkinan harus dicoba yang berarti bahwa setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal tersebut diperlukan karena analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pada sektor pertanian, proyek dapat berubah-ubah yang biasanya bersumber dari fluktuasi harga-harga input dan output maupun perubahan pada volume produksi (Gittinger, 1986).

Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan switching value

(nilai pengganti), dimana analisis tersebut mencari beberapa perubahan maksimum yang membuat NPV sama dengan nol. Pada analisis tersebut dicari berapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol, Net B/C sama dengan satu dan nilai IRR sama dengan tingkat diskonto yang digunakan (Gittinger, 1986).

Dokumen terkait