• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petambak

6.2.1 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan komponen biaya yang harus dikeluarkan petambak untuk penggunaan suatu barang dan jasa selama kegiatan usaha budidaya tambak polikultur berlangsung. Biaya produksi terdiri dari biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan pada awal pelaksanaan suatu usaha. Biaya investasi umumnya dikeluarkan untuk pembelian sarana dan peralatan yang mendukung pelaksanaan suatu usaha dan dapat digunakan dalam jangka waktu cukup lama (Soekartawi, 1995).

Biaya investasi dalam kegiatan usaha budidaya tambak polikultur di lokasi penelitian terdiri dari biaya pembelian lahan tambak serta peralatan budidaya yang dibutuhkan selama proses budidaya berlangsung. Peralatan yang digunakan dalam

kegiatan budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari adalah pompa air, pintu air dan laha, waring, dan karpet karet. Pompa air adalah alat yang digunakan untuk mengisi air tambak, dapat digunakan selama 5 tahun. Pintu air berfungsi sebagai pintu keluar masuknya air tambak, sedangkan laha adalah bambu yang disusun di sekeliling pintu air yang digunakan untuk mencegah ikan bandeng dewasa agar tidak keluar dari tambak, dapat digunakan selama 4 tahun. Waring di lokasi penelitian digunakan sebagai alas penjemuran rumput laut setelah dipanen, dapat digunakan selama 4 tahun. Karpet karet merupakan alat yang digunakan pada saat proses pemanenan dan digunakan di dalam areal tambak. Alat tersebut berfungsi sebagai alas untuk mengumpulkan hasil panen rumput laut basah dari dalam tambak untuk selanjutnya rumput laut tersebut dipindahkan ke darat, dapat digunakan selama 3 tahun. Rumah jaga digunakan sebagai tempat beristirahat sementara bagi para petambak ketika melakukan aktivitas pengelolaan tambak setiap harinya. Rincian pengeluaran biaya investasi petambak responden untuk usaha budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari secara jelas dapat dilihat pada Lampiran 6.

Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap dan pengeluaran biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh, sedangkan biaya variabel merupakan pengeluaran yang jumlahnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 1995). Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha budidaya tambak polikultur di lokasi penelitian terdiri dari biaya pajak lahan, biaya rehabilitasi tambak, upah tenaga kerja pengelola, upah tenaga kerja panen, sewa tambak dan sewa pompa air. Biaya variabel yang dikeluarkan pada usaha budidaya tambak polikultur di lokasi penelitian terdiri dari biaya pembelian benih ikan bandeng, pembelian bibit rumput laut Gracillaria, pembelian obat-obatan, pembelian pupuk, dan pembelian bahan bakar minyak. Rataan biaya produksi usaha budidaya tambak polikultur per hektar tambak di Desa Tambaksari selama satu tahun ditampilkan pada Tabel 10 sebagai berikut.

Tabel 10. Rataan biaya produksi budidaya tambak polikultur (ikan bandeng dan rumput laut Gracillaria) per hektar di Desa Tambaksari Tahun 2015

No Komponen Biaya Hektar/Tahun

(Rp) 1 Biaya Tetap

Pajak Lahan 257.678,57

Rehabilitasi Tambak 641.190,48

Upah TK Pengelola Tambak 2.485.714,29

Upah TK Panen 9.818.859,89

Sewa Tambak 321.428,57

Sewa Pompa Air 217.857,14

Total Biaya Tetap 13.742.728,94

2 Biaya Variabel

Benih Ikan Bandeng 1.227.815,93

Bibit Rumput Laut Gracillaria 2.505.471,61

Obat-Obatan 517.500,00

Pupuk 517.809,07

Bahan Bakar Minyak 414.000,00

Total Biaya Variabel 5.182.596,61

3 Total Biaya Produksi 18.925.325,55

Sumber : Hasil Analisis Data, 2015

Pada Tabel 10 terlihat bahwa biaya tetap per hektar tambak yang dikeluarkan untuk budidaya polikultur di Desa Tambaksari rata-rata sebesar Rp 13.742.728,94/tahun. Pengeluaran terbesar dari biaya tetap tersebut berasal dari upah tenaga kerja panen yaitu sebesar Rp 9.818.859,89/tahun. Upah tenaga kerja panen terdiri dari tenaga kerja panen ikan bandeng dan tenaga kerja panen rumput laut Gracillaria. Tenaga kerja panen tersebut merupakan tenaga kerja tidak tetap dan termasuk ke dalam tenaga kerja tidak terampil. Penentuan upah untuk kedua jenis tenaga kerja panen tersebut memiliki perbedaan. Penentuan upah tenaga kerja panen ikan bandeng ditentukan oleh seberapa banyak ikan bandeng yang berhasil dipanen oleh tenaga kerja setiap musim panen. Upah tenaga kerja panen ikan bandeng di Desa Tambaksari rata-rata sebesar Rp 250,00 per kilogram berat ikan bandeng, sudah termasuk dengan alat panen ikan bandeng. Upah tenaga kerja panen rumput laut didasarkan pada seberapa banyak rumput laut kering yang dapat diperoleh oleh setiap orang tenaga kerja. Upah yang umum berlaku di lokasi penelitian sebesar Rp 2.000,00 per kilogram rumput laut kering. Pengeluaran untuk upah tenaga kerja panen sangat beragam karena besarnya pengeluaran ditentukan oleh seberapa banyak hasil produksi yang dapat diperoleh dalam setiap musimnya. Secara rinci biaya tetap yang dikeluarkan setiap petambak responden

pada usaha budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari dapat dilihat pada Lampiran 7.

Berdasarkan Tabel 10 tersebut, terlihat juga biaya variabel yang dikeluarkan petambak polikultur di Desa Tambaksari per hektar tambak selama satu tahun. Biaya variabel per hektar tambak yang dikeluarkan untuk budidaya polikultur di Desa Tambaksari rata-rata sebesar Rp 5.182.596,61/tahun.

Biaya pembelian bibit rumput laut Gracillaria memiliki proporsi pengeluaran yang tertinggi pada komponen biaya variabel yaitu Rp 2.505.471,61/ha/tahun. Harga bibit rumput laut Gracillaria di lokasi penelitian secara umum adalah Rp 1.500,00/kg. Padat penebaran bibit rumput laut

Gracillaria rata-rata sebanyak 1.670 kg/ha.

Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian benih ikan bandeng adalah Rp 1.227.815,93/ha/tahun. Harga jual benih ikan bandeng ukuran 5 - 8 cm di lokasi penelitian adalah Rp 250,00 – Rp 350,00/ekor. Benih ikan bandeng yang ditebar per hektar tambak untuk setiap musim rata-rata sebanyak 2.500 ekor. Dalam satu tahun benih ikan bandeng yang ditebar untuk setiap hektar tambak di Desa Tambaksari dapat mencapai 5.000 ekor.

Penggunaan obat-obatan dan pupuk untuk usaha budidaya polikultur di Desa Tambaksari bervariasi dari sisi jumlah maupun jenis yang digunakan. Jenis obat yang sering digunakan oleh petambak adalah saponin dan indosulfane, sedangkan jenis pupuk yang banyak digunakan pada usaha budidaya polikultur merupakan pupuk NPK. Besar biaya rata-rata yang dikeluarkan petambak per hektar tambak untuk obat-obatan dan pupuk masing-masing sebesar Rp 517.500,00/tahun dan Rp 517.809,07/tahun. Secara rinci biaya variabel yang dikeluarkan petambak responden pada usaha budidaya tambak polikultur di Desa Tambaksari dapat dilihat pada Lampiran 8.

Dokumen terkait