• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alternatif Pemecahan Masalah

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di prkotaan

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM

D. Alternatif Pemecahan Masalah

Sistem pembuangan air limbah rumah tangga sebaiknya dipisahkan dengan sistem pembuangan

air hujan. Kenyataan dilapangan menunjukkan air limbah rumah tangga (grey water) dibuang

melalui drainase yang notabene termasuk dalam sistem pembuangan air hujan. Untuk mengatasi masalah tersebut idealnya di setiap kawasan permukiman wajib memiliki sistem penanganan air limbahnya sendiri.

Untuk mendukung sanitasi lingkungan di Kabupaten Pesisir Barat menjadi lebih baik maka perlu

dilakukan pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara off-site system, untuk itu

diperlukan studi dan kajian mengenai pembangunan IPAL terpusat skala domestik/lingkungan perumahan, pembuatan DED SANIMAS serta pembangunan SANIMAS di lokasi-lokasi direncanakan.

E. Rekomendasi

Sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi lingkungan bagi kesehatan warga dan penyediaan sarana dan prasarana sanitasi pada lingkungan padat penduduk. Perlunya pembuatan DED IPAL Terpusat Skala Lingkungan dan pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat.

Selain itu, Peraturan Menteri PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggung jawab pemerintah Kabupaten/Kota.

Tabel 7.35Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik dirasa masih kurang karena sampai saat ini masih ada masyarakat yang belum atau tidak mengetahui pentingnya pengelolaan air limbah domestik dan dampaknya terhadap kesehatan serta kesejahteraan masyarakat. Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah menjadi salah satu alasan minimnya pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Pesisir Barat.

Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan perlu dikembangkan adanya sikap dan perilaku yang arif terhadap lingkungan, yang intinya adalah kesadaran bahwa alam mempunyai daya dukung yang terbatas. Untuk menanamkan sikap pembangunan yang arif terhadap lingkungan, harus dipertimbangkan empat faktor yaitu :

1. Kesadaran terhadap lingkungan hidup harus dikembangkan sampai setiap individu

mengetahui peranyang dimilikinya sebagai anggota masyarakat di dunia,

2. Dikembangkannya etika baru dalam penggunaan sumber daya alam,

3. Sikap terhadap alam lingkungan dikembangkan berdasarkan keharmonisan,

4. Manusia mengembangkan pemikiran bahwa untuk generasi yang akan datang perlu

diwariskan keuntungan bukan malapetaka.

Perilaku berwawasan lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan dipengaruhi oleh banyak faktor sepertitingkat pendidikan, status sosial, keinovatifan, pengetahuan tentang lingkungan, sikap terhadap kebersihanlingkungan dan sebagainya. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan kesadaran melalui programpemberdayaan masyarakat. Dalam pelaksanaan

pemberdayaan hendaknya masyarakat dilibatkan sejakawal, sehingga mereka merasa menjadi bagian penting dalam sistem lingkungan.

Analisis Kebutuhan Air Limbah

Kabupaten Pesisir Barat yang termasuk kategori Kota Sedang dengan kepadatan sedang, hanya

diarahkan untuk pengelolaan air limbah dengan sistem on site (masing-masing rumah

mengadakan tangki septik) dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Namun pada daerah yang padat penduduknya dimana tidak memungkinkan untuk membuat tangki septik di setiap rumah karena keterbatasan lahan dan sosial ekonominya, pengelolaan limbah dapat dilakukan secara komunal (bersama), yaitu satu tangki septik digunakan untuk beberapa rumah. Pada waktu-waktu tertentu tangki septik tersebut dilakukan pengurasan.

Sistem pengelolaan limbah yang akan diterapkan pada daerah yang padat penduduknya adalah dengan sistem komunal. Setiap rumah cukup menyediakan jamban/WC yang kemudian dihubungkan pada satu tangki septik. Tangki septik ini dapat dibuatkan pada areal yang kosong, mudah dihubungkan kerumah-rumah penduduk, atau di pinggir jalan sehingga mudah dalam pemeliharan dan dapat dijangkau oleh mobil vacum tank. Tangki septik yang dibuat direncanakan untuk menampung air limbah dari 5 jamban/rumah. Jika daerah tersebut dihuni oleh sekitar 100 KK maka tangki septik yang dibutuhkan 20 unit. Dengan sistem ini mengurangi biaya pengelolaan air limbah penduduk khususnya dalam pembuatan tangki septik. Tangki septik ini dalam pengelolaannya dilakukan oleh penduduk yang menggunakannya.

Usulan dokumen perencanaannya tetap dilakukan sesuai dengan skala prioritas sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat. Pendanaan pembangunan infrastruktur sub bidang Air Limbah berasal dari bantuan Pusat (APBN) dan APBD Daerah.

Usulan Prioritas Pembangunan Sub Bidang Air Limbah Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2016 s.d 2020 dapat dilihat di Matriks Program.

C . Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah

Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat(on-site)dan Komunal

Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal Kriteria Lokasi

 Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan yang

 Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat. Lingkup Kegiatan:

 Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) untuk kegiatan

Sanitasi Berbasis Masyarakat;

 Pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/coaching;

 Pengadaan material dan upah kerja untuk pembangunan prasarana air limbah

(septic tank komunal, MCK++, IPAL komunal);

 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan

KSM/mandor/tukang dan pemberdayaan masyarakat;

 Pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan RSH;

 Membangun/rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka membantu

pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;

 Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat dan

pengelolaanSeptic Tank;

 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat,

pedoman dan lain sebagainya). Kriteria Kesiapan:

 Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim

surat minat untuk mengikuti PPSP;

 tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan);

 sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang

(non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat ;

 sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH);

 sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana yang

dibangun;

 pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan

pemeliharaan.

Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan

Gambar 7.8Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat dan Komunal

Gambar tersebut menunjukan pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota dalam pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah sistem

setempat (on-site). Peran pemerintah pusat adalah membantu pendanaan fasilitator dan

konstruksi PS air limbah skala kawasan, serta membangun IPLT. Pemerintah daerah mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.