• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat ( off-site )

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di prkotaan

ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM

B. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat ( off-site )

Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat(off-site)skala kota adalah:

Kriteria Lokasi:

 Kota yang telah mempunyai infrastruktur air limbah sistem terpusat (sewerage

system);

 Sasaran kota (pusat kota) besar/metropolitan dengan penduduk > 1 juta jiwa.

Lingkup Kegiatan:

 Rehabilitasi unit IPAL dan peralatannya dalam rangka membantu pemulihan atau

meningkatkan kinerja pelayanan;

 pengadaan/pemasangan pipa utama (main trunk sewer) dan pipa utama sekunder

(secondary main trunk sewer) yaitu pengembangan jaringan perpipaan untuk mendukung perluasan kemampuan pelayanannya dalam rangka pemanfaatan

kapasitasidle;

 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan

operator IPAL;

 produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

 penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat,

pedoman dan lain sebagainya).

Kriteria Kesiapan:

 Sudah memiliki RPI2-JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim

surat minat untuk mengikuti PPSP;

 tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan),

dan disediakan oleh Pemda (±6000 m²);

 terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang;

 sudah ada institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;

 pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk pembangunan pipa

lateral & sambungan rumah dan biaya operasi dan pemeliharaan.

Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah Sistem Terpusat (off-site)

dipaparkan berikut.

Gambar 7.9Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off Site(Skala Kota)

Dalam pengembangan pengolahan air limbah sistem terpusat, pemerintah pusat memiliki peran melakukan pembangunan IPAL dan mengembangkan jaringan pipa sewer sampai dengan pipa lateral. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pembangunan sambungan rumah.

7.4.2 PERSAMPAHAN

Sampah adalah material padat yang tidak terpakai sebagai akibat kegiatan manusia. Material padat dapat berupa benda yang bisa terbakar maupun tidak, bisa berupa benda yang bisa terurai atau tidak sehingga volumenya dapat direduksi dengan pertolongan jasad renik yang ada disekitar benda benda tersebut, dengan kecepatan penguraian yang sangat bervariasi dari mulai hitungan hari (daun-daunan, dan sampah organik) hingga ratusan tahun (sampah plastik, dan sebagian) atau benda-benda yang bisa terurai dan tidak bisa terurai sama sekali.

Untuk menangani persampahan skala provinsi/lintas kabupaten, maka diperlukan pengembangan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) sampah perlahan-lahan hingga akhir tahun

perencanaan menjadiWaste to Energy. Dengan prinsipZero Waste, maka kegiatan penanganan

tidak hanya dilakukan di TPA saja, dari sumbernya baik melalui kegiatan pengkomposan maupun daur ulang. Sisa sampah yang tidak bisa dirubah menjadi kompos dan didaur ulang inilah yang kemudian disalurkan dalam TPA. Pengelolaan sampah di TPA dapat berupa pembuatan palet/briket (bahan bakar rumah tangga), produksi gas metan untuk bahan bakar dan bahan bangunan.

Rencana sistem jaringan persampahan di Kabupaten Pesisir Barat adalah sebagai berikut :

 penyusunan rencana induk pengolahan persampahan;

 pengembangan sarana pengangkutan sampah dengan menggunakan container terutama

untuk melayani lingkungan-lingkungan permukiman, areal komersial seperti perdagangan dan pasar;

 penyediaan TPS pada setiap wilayah Kecamatan sebagai tempat pembuangan sampah

pasar dan rumah tangga;

 pengembangan sistem pengelolaan sampah terpadu melalui Satuan Operasional

Kebersihan Lingkungan (SOKLI) pada daerah-daerah permukiman, khususnya kawasan permukiman kota di pusat-pusat pelayanan;

 pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya, melalui konsep 4R

yaitureduce,reuse,recycle dan replace;

 peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan

pengembangan sistem pengelolaan persampahan;

 penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas bagi aparat pengelola persampahan;

 peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pelayanan;

Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Persampahan

Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang sistem pengelolaan persampahan, antara lain :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksebilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dn prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41 % atau mencapai 40 juta jiwa.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air .

3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengapuran dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah, pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut :

 Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam waktu tertentu ;

 Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan ;

 Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan ;

 Menfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang ; dan

 Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang .

Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemprosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-undang 18 tahun 2008 ini.

4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliptui proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan air yang dialkukan secara terpadu.

5. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.

Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaansampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliptui :

a. Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah ; b. Kompensasi ;

c. Pengembangan dan penerapan teknologi ; d. Sistem informasi ;

e. Peran masyarakat ; dan f. Pembinaan.

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan dan sistem penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah/Pemda.

Ruang lingkup pengelolaan persampahan diuraikan melalui sampah yang didefisinikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan UU 18 tahun 2008 yaitu pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian timbulan sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konvservasi, estetika, dan faktor lingkungan lainnya.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat dalam pengelolaan persampahan diharapkan dapat menciptakan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dari kondisi saat ini, seperti: peningkatan prasarana dan sarana dasar permukiman sehingga menjadikan perumahan yang layak huni.

Sedangkan kegiatan pengelolaan persampahan meliputi pembangunan, pemeliharaan, pemerataan dan rehabilitasi sarana persampahan; pembangunan, penataan pemeliharaan sarana kebersihan pasar; dan pembuatan papan himbauan.

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Air Limbah Permukiman

Isu Strategis

Sasaran program dan kegiatan pengelolaan persampahan mengacu pada RPJMN 2015-2019, yaitu: meningkatkan jumlah sampah terangkut; meningkatnya kinerja pengelolaan Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) yang berwawasan lingkungan (environmental friendly) pada semua

metropolitan, kota besar dan sedang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), upaya pencapaian sasaran RPJMN 2015-2019, dapat dilakukan meliputi : pengurangan sampah semaksimal mungkin; peningkatan peran aktif masyarakat dan usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan; peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan. Dan sasaran utama yang hendak dicapai adalah cakupan pelayanan 100% penduduk; pengurangan kuantiítas

sampah sebesar 100%; peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfilluntuk

kota metropolitan dan besar sertacontrolled landfill untuk kota sedang dan kecil serta tidak

dioperasikannya TPA secaraopen dumping.

Kondisi Eksisting

Permasalahan di sektor persampahan merupakan salah satu masalah yang kruisial. Dibeberapa kota di Indonesia penanganan sampah masih sangat memprihatinkan dan perlu mendapatkan perhatian serius. Persampahan merupakan salah satu permasalahan yang cukup penting dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur permukiman. Masalah persampahan di Kabupaten Pesisir Barat merupakan permasalahan lingkungan yang perlu mendapat perhatian. Kabupaten Pesisir Barat saat ini telah memiliki TPA di Desa Mandiri Sejati Kecamatan Krui

Selatan. TPA dibangun tahun 2012 memiliki luas 3,5 Ha dengan sistem operasi controlled

landfill. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Pesisir Barat dilaksanakan oleh Kantor Lingkungan Hidup.

Secara umum sistem penggelolaan persampahan terpadu di Kabupaten Pesisir Barat baru dilaksanakan pada wilayah perkotaan dan lingkungan pasar. Sedangkan sistem pengelolaan persampahan pada kawasan permukiman penduduk masih secara tradisional, yaitu dengan cara dibakar, dibuang ke lubang, dibuang ke kebun/lahan kosong ataupun dibuang ke saluran drainase/sungai/laut.

Kelembagaan dan Peraturan

Kabupaten Pesisir Barat merupakan kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat tahun 2012. Saat ini Kabupaten Pesisir Barat belum memiliki Peraturan atau regulasi tentang pengelolaan persampahan. Secara struktural, instansi yang menangani pengelolaan persampahan di Kabupaten Pesisir Barat adalah Kantor Lingkungan Hidup. Tugas dan fungsi Kantor Lingkungan Hidup adalah :

a. Perumusan kebijakan teknis lingkungan hidup

b. Pengoordinasian penyusunan lingkungan hidup;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

e.

Pelayanan administratif.

Sistem dan Cakupan Pelayanan

Timbulan sampah yang ada di Kabupaten Pesisir Barat sebagian besar merupakan sampah dari kegiatan rumahtangga, pertokoan, perkantoran, industri, fasilitas pendidikan, pasar, jalan, taman serta area – area publik lainnya.Pengelolaan persampahan di sebagian wilayah Kabupaten Pesisir Barat belum semua terlayani.Secara umum sistem penggelolaan persampahan terpadu di Kabupaten Pesisir Barat baru dilaksanakan pada lingkungan pasar. Sedangkan sistem pengelolaan persampahan pada kawasan permukiman penduduk masih secara tradisional, yaitu dengan cara dibakar, dibuang ke lubang, dibuang ke kebun/lahan kosong ataupun dibuang ke saluran drainase/sungai/laut.

Hasil studi EHRA memperlihatkan pengelolaan sampah rumah tangga hanya 6% saja yang dinilai cukup baik antara lain :

1. Dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 4%

2. Dikumpulkan pendaur ulang sebesar 1%

3. Dibuang ke lubang dan ditutup tanah sebesar 1%

Sebagian besar besar belum mengelola sampahnya dengan baik antara lain : 1. Dibakar sebesar 67%

2. Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan sebesar 10% 3. Dibuang ke sungai/kali/laut/danau sebesar 11%

4. Dibuang ke dalam lubang tapi tidak ditutup tanah sebesar 4% 5. Dibiarkan sampai busuk sebesar 1%

Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Pesisir Barat dimulai dari sumber timbulan sampah sampai dengan pemprosesan akhir di TPA adalah sebagai berikut :

A. Pewadahan

Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sementara di sumbernya baik individu maupun komunal.

Pewadahan merupakan bagian dari sistem pengelolaan setelah mengadakan kegiatan identifikasi dan inventarisasi sumber sampah. Saat ini di kabupaten Pesisir Barat terdapat 100 unit pewadahan berupa tong sampah yang tersebar di beberapa titik lokasi di kabupaten Pesisir Barat antara lain : pasar, perkantoran, sarana pendidikan, tempat wisata dan lain sebagainya.

Layanan persampahan di Kabupaten Pesisir Barat baru mencakup wilayah Kota Krui Kecamatan Pesisir Tengah (sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kab. Pesisir Barat tahun 2014). Dengan jumlah penduduk 18.120 jiwa kelurahan Kota Krui berpotensi setiap harinya menambah jumlah (volume) sampah seiring dengan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Diperkirakan setiap orang menghasilkan sampah (langsung maupun tidak langsung) minimal sekitar 2,2 L perharinya. Jika menggunakan perhitungan jumlah timbulan sampah perorang perhari dikalikan jumlah penduduk berbanding seribu maka jumlah timbulan sampah kota krui adalah sebesar 39,88 m³ perhari atau sekitar 1196,4 m³ per bulan.