1 -
4.1.1.2. Alternatif Pemecahan Permasalahan
Sistem pembuangan air limbah rumah tangga sebaiknya dipisahkan dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan, untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan permukiman harus memiliki sistem penanganan air limbahnya. Sebelum masuk ke dalam saluran drainase lingkungan. Dengan demikian air limbah yang masuk ke saluran/ drainase sudah relatif bersih.
Lokasi IPLT sebaiknya disesuikan dengan daerah pelayanan sehingga ongkos angkut tidak mahal
Mengembangkan dan memperkuat lembaga yang sudah ada agar mampu mengelola fasilitas penanganan air Iimbah; Mengembangkan lembaga non pemerintah (NGO) dan swasta agar meningkatkan partisipasinya dalam penanganan kesehatan lingkungan dan khususnya dalam penyediaan PS air limbah; Pengembangan SDM melalui diklat dan melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan prasarana air limbah
Mengembangkan investasi swasta di komponen penanganan air limbah yang dapat memberikan keuntungan
Mendorong masyarakat agar memiliki fasilitas pembuangan Iimbah yang memenuhi syarat, baik tanpa bantuan maupun dengan bantuan Pemerintah dan Swasta
4.1.2. Subsektor Persampahan
4.1.2.1.Analisa Permasalahan
Pelayanan persampahan di Kota Surabaya belum optimal karena produksi timbulan sampah masyarakat belum semua dapat terangkut ke TPA. Keterbatasan pelayanan ini tidak lepas dari dukungan sarana angkutan sampah dan tenaga operasionalnya. Kendaraan sampah yang operasional saat ini sebanyak 119 kendaraan yang terdiri dari compactor 14 unit, Dump Truk 15 unit dan amroll 90 unit, yang artinya sampah yang terangkut secara maksimal oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebanyak 2.472 m3/hari dan yang dibuang sendiri oleh pihak swasta sebesar 1.460 m3/hari, jadi total sampah yang terangkut ke TPA sebanyak 3.932 m3/hr.
Kebutuhan angkutan sampah sangat mendesak sehingga perlu dukungan penambahan armada sampah, truck sampah jenis arm roll dipandang lebih efisien dan efektif karena bak kontainer dapat ditinggal di kawasan tertentu, seperti permukiman padat penduduk, pasar dll dan warga masyarakat/pengguna dapat langsung membuang sampah ke dalam bak kontainer. Satu truck arm
roll dapat melayani 2 – 4 kali angkut tergantung jarak tempuh dan ketersediaan BBM ke TPA.
Lingkungan perumahan dan permukiman yang tidak dapat dilayani armada truk sampah dapat mempergunakan kendaraan yang lebih kecil seperti mobil pick up, sepeda motor dan gerobak sampah.
Pengurangan volume sampah dengan pengolahan sampah mandiri, peran masyarakat dengan pembinaan dari DKP dan LSM dalam mengolah sampah dengan komposting akan mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA.
4.1.2.2. Alternatif Pemecahan Permasalahan
B 1 -
Komposting skala TPS, pada proses komposting diperlukan beberapa orang dan lahan yang cukup. Dengan program komposting sangat membantu untuk penurunan volume sampah yang masuk ke TPA dan hasilnya dapat dijual sehingga dapat untuk membantu Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk membayar honor petugas yang menanganinya.
Pengadaan armada truk sesuai kebutuhan
Penggantian truk terbuka dengan menjadi arm roll
Pembangunan TPA dengan sistem cluster untuk Surabaya Barat dan Timur. Dengan adanya TPA di Kawasan Timur, maka akan dapat mengurangi beban TPA Benowo serta dapat mngurangi biaya pengangkutan, khususnya untuk wilayah bagian Timur.
Pembuatan SOP, sebagai pedoman operasional pengelolaan di TPA
Penambahan anggaran untuk pengadaan peralatan, fasilitas dan operasional
Peningkatan kualitas SDM, untuk operasional pengolahan sampah di TPA dengan memberikan pelatihan terhadap tenaga yang menanganinya.
Perluasan lahan TPA
Detail Design untuk penambahan TPA baru di kawasan timur Surabaya Memperluas/mengembangkan komposting dan pemasaran hasil komposting.
4.1.3. Subsektor Drainase Lingkungan
Pada akhir-akhir ini dengan cuaca yang tidak menentu termasuk pengaruh dari pemanasan global, sehingga hujan sulit diprediksi dan relatif terjadi dengan curah yang tinggi namun frekwensi tidak menentu, sehingga dampaknya juga terjadi genangan air di saluran drainase yang memang kondisinya penuh dengan lumpur dan gulma dan secara tidak langsung menjadi media yang sangat nyaman untuk berkembangnya penyakit demam berdarah. Sedangkan di wilayah perkotaan Surabaya dengan semakin meningkatnya perkembangan kawasan permukiman mengakibatkan sering terjadinya genangan di beberapa lokasi dengan luasan mencapai 3.481,48 Ha yang terjadi pada tahun 2007. Tetapi bila dilihat daerah genangan yang terjadi pada tahun 1999 – 2000 di Kota Surabaya yang meliputi luas genangan yang mencapai 5.418,74 Ha, maka telah terjadi pengurangan kawasan genangan yang cukup signifikan yaitu sebesar 1.937,26 Ha atau 35,75%. Mengacu kepada hasil kegiatan studi yang telah dilakukan SDMP 2018 untuk mengurangi kawasan genangan di Kota Surabaya perlu dilakukan pembangunan dan rehabilitasi prasarana-prasarana pendukung sistem pematusan seperti pompa air dan rumah pompa, boezem, pintu-pintu (klep), tanggul laut dan pintu laut.
Selain itu dengan adanya fenomena pemanasan global dengan paradigma mitigasinya adalah bukan segera membuang air hujan tetapi bagaimana air hujan bisa dengan cepat diresapkan kedalam tanah, hal ini untuk lebih meningkatkan deposit air tanah yang kian tahun terasa semakin berkurang depositnya. Sebagai solusinya adalah perlu adanya resapan air kedalam tanah dengan media sumur resapan.
4.1.3.1.Analisa Permasalahan
Berdasarkan perbandingan jumlah kawasan genangan pada tahun 2007 yang mengalami penurunan dibandingkan yang terjadi pada tahun 1999 – 2000 di Kota Surabaya, maka dapat disimpulkan penanganan jaringan drainase di Kota Surabaya sudah cukup berjalan baik, tinggal lebih mengefektifkan segala prasarana pendukung (pompa air dan rumah pompa, boezem,
pintu-Strategi Sanitasi Kota Surabaya 2010 B 1 -
pintu/klep, tanggul laut dan pintu laut) baik secara rehabilitasi maupun pembangunan baru. Penurunan kawasan genangan terjadi disebabkan tindakan bersama antara Pemerintah Kota Surabaya dan masyarakat yang berkeinginan mengurangi kawasan genangan. Tindakan yang dilakukan antara lain :
• Masyarakat sebahagian besar sudah memahami untuk tidak lagi membuang sampah kedalam jaringan saluran pematusan, hal ini dapat mengurangi sedimentasi didalam saluran pematusan;
• Pembersihan jaringan saluran pematusan dari tanaman enceng gondok dan tumbuh-tumbuhan air, sehingga dapat memperlancar alur air yang akan melewatinya;
• jaringan saluran pematusan yang masih berupa saluran tanah sebahagian besar telah dibuatkan plesengan sehingga dapat mengurangi longsor dari sisi tebing saluran;
• Penyempitan yang terjadi (bottle neck) pada saluran pematusan disebabkan adanya bangunan telah diantisipasi dengan adanyan peratuan sempadan sungai pada kiri dan kanan saluran pematusan;
4.1.4. Sektor Air Bersih
Berdasarkan hasil survei, kondisi prasarana dan sarana air bersih yang ada masih belum mencukupi kebutuhan pelayanan untuk kota Surabaya, hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain : Keterbatasan kapasitas sistem
Penurunan kemampuan kapasitas sistem Tingginya kehilangan air
Terbatasnya sistem jaringan distribusi Keterbatasan kemampuan pengolahan
Kurangnya alokasi dana dari pemerintah untuk penyediaan prasarana dan sarana yang memadai.
Kurangnya partisipasi masyarakat/rendahnya tingkat apresiasi masyarakat akan perlunya sarana air bersih yang memadai.
Dan lain-lain.
4.1.4.1.Analisa Kebutuhan Prasarana.
Tingkat kebutuhan pelayanan air bersih untuk kota Surabaya dapat diperkirakan berdasarkan kriteria pelayanan dan didukung dengan survey serta data sekunder.
Untuk pengembangan tingkat pelayanan air bersih perpipaan, sumber air baku yang dapat dipergunakan selain air permukaan adalah air baku yang diambil dari mata air Umbulan.
Berdasarkan kondisi tersebut pelayanan air bersih di Kota Surabaya diusulkan dengan menggunakan sumber air berupa mata air. Pemilihan air baku ini didasarkan atas pertimbangan bahwa apabila mempergunakan sumber air baku yang berasal dari air permukaan memerlukan pengolahan yang lengkap dan dana investasi yang sangat tinggi. Adapun tingkat kebutuhan air bersih di Kota Surabaya dapat ditunjukan pada Tabel 4.2.
Secara lebih terinaci maka dapat diperkirakan kebutuhan untuk komponen utama sistem sampai dengan tahun 2014 sebagai berikut:
B 1 -
2. Kebutuhan jumlah sambungan rumah sekitar 652.488 unit. 3. Kebutuhan hidran umum 1.087 unit.
Disamping kebutuhan untuk komponen utama sistem tersebut diperlukan juga sarana maupun peralatan penunjang lain yang sesuai dengan luas cakupan daerah pelayanan diantaranya meliputi: perpipaan transmisi, jaringan distribusi dan lain sebagainya.
Tabel 4.2. Proyeksi Kebutuhan Air Kota Surabaya EXSISTING
2009 2010 2011 2012 2013 2014
A. Jumlah Penduduk & Rencana Pelayanan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 2.902.507
2.991.363 3.043.266 3.095.031 3.147.533 3.198.472
2 Cakupan Pelayanan Jiwa 1.760.640
1.944.386 2.130.286 2.321.273 2.518.026 2.718.701
3 Rata-Rata % Pelayanan % 60,66
65,00 70,00 75,00 80,00 85,00
B. Tingkat Pelayanan 1 Prosentase Jumlah Sambungan
- Sambungan Rumah (SR) % 96
96 96 96 96 96
- Hidran Umum (HU) % 4 4 4 4 4 4
2 Tingkat Pelayanan
- Sambungan Rumah (SR) Jiwa 1.683.867
1.866.611 2.045.075 2.228.422 2.417.305 2.609.953
- Hidran Umum (HU) Jiwa 76.773 77.775 85.211 92.851 100.721 108.748
C. Tingkat Pelayanan per Sambungan
- Sambungan Rumah (SR) Jiwa/samb. 4
4 4 4 4 4
- Hidran Umum (HU) Jiwa/samb. 100
100 100 100 100 100
D. Jumlah Sambungan
1 Domestik
- Sambungan Rumah (SR) sambungan 420.967
466.653 511.269 557.106 604.326 652.488
- Hidran Umum (HU) sambungan 768
778 852 929 1.007 1.087
2 Total Sambungan 421.734
467.430 512.121 558.034 605.334 653.576
E. Komposisi Kebutuhan Air 1 Domestik
- Sambungan Rumah (SR) lt/org/hari 250 250 250 250 250 250
- Hidran Umum (HU) lt/org/hari 60 60 60 60 60 60
2 Non Domestik (10 % dr kebth. Domestik) % 10 10 10 10 10 10
F. Kebutuhan
1 Domestik 425.573,1
471.319,2 516.381,4 562.676,6 610.369,6 659.013,2
- Sambungan Rumah (SR) m³/hr 420.966,8 466.652,6 511.268,7 557.105,6 604.326,3 652.488,3
- Hidran Umum (HU) m³/hr 4.606,4
4.666,5 5.112,7 5.571,1 6.043,3 6.524,9
2 Non Domestik m³/hr 44.578,8 47.131,9 51.638,1 56.267,7 61.037,0 65.901,3
3 Total domestik + non domestik m³/hr 470.151,9 518.451,1 568.019,5 618.944,3 671.406,6 724.914,5
G. Kehilangan Air
1 Proses Produksi % 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
2 Kehilangan air dalam pipa % 29,45 29,00 28,00 27,00 26,00 25,00
H. Produksi, distribusi
1 Total Air Distribusi m³/hr 666.409,5
730.212,8 788.916,0 847.868,9 907.306,2 966.552,7
2 Kebutuhan Air Bersih m³/hr 701.483,7
768.645,0 830.437,9 892.493,6 955.059,1 1.017.423,8
3 Kebutuhan hari maksimum m³/hr 1,15
1,15 1,15 1,15 1,15 1,15
4 Kebutuhan Jam Puncak m³/hr 1,75 1,75 1,75 1,75 1,75 1,75
5 Komsumsi hari maksimum m³/hr 766.370,9
839.744,7 907.253,4 975.049,2 1.043.402,1 1.111.535,5
6 Konsumsi Jam Puncak m³/jam 55.881,2
61.231,4 66.153,9 71.097,3 76.081,4 81.049,5
7 Jam Operasi Jam 24
24 24 24 24 24
8 Kapasitas Produksi Rata-rata m³/hr 766.370,9
839.744,7 907.253,4 975.049,2 1.043.402,1 1.111.535,5
11.285,3 12.076,4 12.865,0
Sumber : hasil analisa
Strategi Sanitasi Kota Surabaya 2010 B 1 -
4.1.4.2.Analisa Kebutuhan Program dan Sistem Prasarana.
Ditinjau dari segi keberadaan sistem untuk kota Surabaya dimana sampai saat ini sudah ada sistem perpipaan maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan sampai tahun 2.014 adalah kekurangan yang harus dipenuhi. Dalam hal ini adalah menurut aspek kuantitas pelayanan, baik kapasitas pelayanan sistem maupun komponen sistem.
A. Tinjauan Kuantitas Pelayanan Sistem
Dari analisa tingkat kebutuhan diatas maka hingga tahun 2014 diperlukan sumber dengan kapasitas sekitar 4.000 liter/detik. Sedangkan sumber ini dapat diperoleh dari mata air ataupun air permukaan. Sampai tahun 2009 sebagai air baku lebih baik digunakan sumber dari air permukaan, sedangkan untuk pengembangan selanjutnya dapat digunakan alternatif dari mata air Umbulan.
B. Tinjauan Kualitas Pelayanan Sistem
Mengingat air baku yang akan dipergunakan untuk air bersih selama tahun 2004 sampai 2009 adalah air yang berasal dari air permukaan, maka untuk penjagaan kualitas maka menggunakan pengolahan lengkap serta setiap bulan diperiksa airnya dilaboratorium untuk menjaga kualiatas air yang akan didistribusikan.
4.1.4.3. Rencana dan Strategi Pengembangan Sistem.
Untuk menentukan rencana dan strategi pengembangan sistem penyediaan air bersih perlu diketahui kebutuhan dimasa mendatang sehingga dapat ditentukan prioritasnya.
A. Prioritas 1
Penyediaan sarana dan prasarana untuk penyediaan air bersih yang meliputi sarana pengambilan air baku bangunan penampung air bersih serta jaringan transmisi yang diperlukan. Prioritas ini dilaksanakan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011.
B. Prioritas 2
Perlengkapan sarana yang diperlukan seperti jaringan-jaringan distribusi serta pemasangan unit-unit pelayanan untuk prioritas pertama pelayanan yaitu daerah yang belum mendapatkan pelayanan. Prioritas ini dilaksanakan pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
4.2. STRATEGI ASPEK NON TEKNIS
4.2.1. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan
Peningkatan kapasitas kelembagaan daerah dalam mendukung Strategi Sanitasi Kota Surabaya Tahun 2010 sangat dibutuhkan sehingga program investasi ini dapat dilaksanakan secara optimal, efektif dan efesien serta terjamin keterlanjutannya. Di dalam pelaksanaan/implementasi SSK melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan di bidang sanitasi sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.
Semangat desentralisasi penyelenggaraan pemerintah daerah, sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah beserta aturan-aturan pelaksanaannya membutuhkan upaya-upaya terkoordinasi agar tujuan pelaksanaan kebijakan otonomi di daerah tercapai. Selanjutnya pedoman/acuan pengembangan kapasitas sebagaimana dirumuskan dalam Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas (KNP2K) dalam rangka mendukung desentralisasi, yang dikeluarkan bersama oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS tanggal 06 Nopember 2002,
B 1 -
merujuk pada kebutuhan untuk menyempurnakan peraturan dan perundangan dengan melakukan reformasi kelembagaan, memperbaiki tata kerja dan mekanisme koordinasi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) - ketrampilan dan kualifikasi, perubahan pada sistem nilai dan sikap, dan keseluruhan kebutuhan ekonomi daerah bagi pendekatan baru untuk pelaksanaan good
governance, sistem administrasi dan mekanisme partisipasi dalam pembangunan agar dapat
memenuhi tuntutan untuk lebih baik dalam melaksanakan demokrasi.
Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) adalah:
Pengembangan kapasitas bersifat multi dimensional (mencakup beberapa kerangka waktu: jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek);
Pengembangan kapasitas menyangkut multiple stakeholders;
Pengembangan kapasitas harus bersifat demand driven, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar tetapi datang dari stakehoder-nya sendiri;
Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional.