• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONITORING DAN

Dalam dokumen BAB II ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI KOTA (Halaman 159-164)

1 -

6.1. GAMBARAN UMUM STRUKTUR

MONITORING DAN EVALUASI SANITASI Pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev)

diperlukan untuk mengukur dan

memperbaharui kondisi dasar sanitasi, dan memantau dampak, hasil dan keluaran dari kegiatan sektor sanitasi untuk memastikan

bahwa tujuan dan sasaran sanitasi, rencana pengembangan dan target sanitasi serta kepatuhan pada standar pelayanan minimum yang ada sudah dilaksanakan dengan efektif.

Kegiatan monev yang berkaitan dengan kinerja pelaksanaan pembangunan merupakan tugas rutin pemerintahan pada saat ini. Kegiatan ini dipengaruhi oleh bergesernya dan menguatnya beban otonomi kepada daerah. Dengan demikian diharapkan selain kemampuan daerah dalam merencanakan program pembangunan, maka kemampuan dalam melakukan pengawasan juga diharapkan bisa dilaksanakan dengan cukup memadai. Kegiatan monev terhadap kinerja pembangunan daerah didasarkan kepada beberapa peraturan perundang-undangan di antaranya;

a. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintahan.

c. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

d. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Dari beberapa ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang terpenting adalah bagaimana Pokja Sanitasi Kota Surabaya dapat mewujudkan strategi monev terhadap kinerja pembangunan sanitasi sebagaimana direncanakan dalam SSK baik dari sisi aspek

masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome) yang dilaksanakan oleh SKPD

BAB 6

MONITORING DAN

EVALUASI SANITASI

B 1 -

drainase serta air minum/bersih).

Sebagai contoh berikut diilustrasikan keterkaitan masukan-keluaran-hasil, sebagaimana Tabel 6.1. berikut ini :

Tabel 6.1. Keterkaitan Aspek Masukan (Input),

Keluaran (Output) dan Hasil (Outcome) dalam Strategi Sanitasi Kota Surabaya

Hasil (outcome) Terwujudnya peningkatan akses masyarakat terhadap layanan jamban komunal sebesar …..% pada Tahun 2011

Keluaran (output) Terbangunnya 5 unit jamban komunal dengan kapasitas masing-masing untuk 15 KK di lima Kecamatan A, B, C, D dan E pada Tahun Anggaran 2011

Masukan (input) Realisasi anggaran pembangunan 5 unit jamban komunal sebesar Rp………. Pada Tahun Anggaran 2011

Mempertimbangkan bahwa Kota Surabaya telah mengikuti peraturan dan perundangan yang berlaku dalam melaksanakan prosedur monev pembangunan, maka monev sektor sanitasi akan mengikuti prosedur yang ada dengan beberapa penambahan dan penajaman yang diperlukan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam monev sanitasi adalah terlaksananya penguatan kegiatan monev sanitasi berbasis kinerja oleh Pokja Sanitasi Kota Surabaya. Sementara itu manfaat yang akan diperoleh dengan monev ini adalah meningkatnya kapasitas dan kualitas monev sanitasi berbasis kinerja dalam rangka penyusunan dan umpan balik perencanaan sanitasi yang lebih memadai di masa mendatang. Jadi secara keseharian implementasi pembangunan sanitasi yang akan difasilitasi oleh Pokja Sanitasi ini adalah paralel dengan kegiatan monev kegiatan pembangunan yang selama ini telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Surabaya setempat.

6.2. STRUKTUR KELEMBAGAAN UNTUK MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

Hasil penyusunan SSK yang secara rinci berupa program dan kegiatan diharapkan dapat diimplementasikan melalui proses penganggaran dengan indikator bahwa program dan kegiatan yang ada di SSK termuat dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD bidang sanitasi (misalnya Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan, Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan dan lainnya) termasuk pembahasan melalui Panitia Anggaran (Eksekutif dan Legislatif). Pada prinsipnya kegiatan monev sanitasi diharapkan bisa bersinergi dengan kegiatan perencanaan dan penganggaran tersebut, dengan demikian maka kegiatan monev ini tidak ada yang asing

B 1 -

bagi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) keseharian SKPD teknis terkait sebagai pendukung kinerja Pokja Sanitasi.

Struktur organisasi Pokja Sanitasi sebaiknya dirancang dengan adanya keberadaan bidang (sub-tim) pengawasan atau pemantauan atau monev. Bagi sebagian besar Pokja Sanitasi pada PPSP 2010 ini terdapat pembidangan untuk kegiatan pemantauan dimaksud. Secara prosedural, kegiatan monev oleh Pokja Sanitasi akan dibantu sepenuhnya oleh “bidang pemantauan dan evaluasi” yang ada pada hampir setiap SKPD. Ilustrasi berikut ini akan membantu keberadaan dan hubungan masing-masing bagian monev, baik dalam Pokja Sanitasi maupun SKPD terkait.

Gambar 6.1. Hubungan Masing-masing Bagian dalam Monitoring dan Evaluasi Dalam Kelompok Kerja dan SKPD

Pada bagian kiri adalah organisasi Pokja yang merupakan institusi yang bersifat ad-hoc dengan struktur lazimnya Kepala SKPD selaku Tim Pengarah, sedangkan dalam Tim Pelakasana/Teknis ada pembidangan monev. Sementara itu institusi/SKPD permanen juga hampir seluruhnya mempunyai bidang/bagian/seksi monev. Hubungan kordinasi terjalin antara bagian monev Pokja dan bagian monev SKPD, dengan demikian maka kegiatan monev sanitasi merupakan kegiatan yang didukung oleh masing-masing tupoksi sehingga diharapkan akan tetrjadi sinkronisasi kegiatan monev.

B 1 - 6.3.1. Pengertian

Sebagaimana terminologi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang monitoring strategi sanitasi dan beberapa referensi lainnya dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan :

 Monitoring (pemantauan) adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk diambil tindakan sedini mungkin.

 Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana standard.

6.3.2. Skematika Masukan – Keluaran – Hasil

Demikian pula terhadap hubungan keterkaitan antara masukan – keluaran - hasil dengan masing-masing definisinya sebagaimana contoh matriks berikut :

B 1 -

Prasyarat monitoring dan evaluasi sebenarnya adalah adanya suatu perencanaan Strategi Sanitasi Kota Surabaya yang terukur khususnya hasil (tujuan dan sasaran) dengan mengacu kepada azas SMART (Specific – Measurable – Achievable – Realistic -

Timely).

6.4. PENDOKUMENTASIAN DAN PELAPORAN

Pendokumentasian materi atau sumber monev sekaligus dikaitkan dengan pelaku monev dan durasi pelaporan digambarkan sebagai berikut :

NO ASPEK DESKRIPSI KETERANGAN

1 Pendokumentasian a. Pendokumentasian sumber data pemantauan dan evaluasi

dikoordinasikan oleh Pokja Sanitasi

b. Data yang didokumentasikan

terdiri atas hard-copy dan soft-copy terdiri atas laporan realisasi fisik dan keuangan (RFK) pelaksanaan kegiatan/proyek pembangunan sanitasi dari setiap SKPD yang menangani bidang sanitasi

Distribusi informasi dari bagian perencanaan dan pengendaian setiap SKPD kepada Pokja Sanitasi

2 Monitoring

2.1. Obyek Monitoring a. Dilakukan terhadap

perkembangan realisasi fisik dan keuangan subsektor sanitasi

b. Sumber data berupa LAKIP-SKPD

atau realisasi DPPA atau Laporan RFK SKPD bidang Sanitasi

Diperlukan dukungan penuh dari setiap SKPD terkait sanitasi dalam transparansi data

2.2. Pelaku Monitoring Pokja Sanitasi yang membidangi

Monitoring dibantu oleh bagian monev SKPD terkait

BAPPEKO sebagai kordinator pemantauan

2.3. Durasi Laporan Dilakukan setiap triwulan Disampaikan kepada

Kepala SKPD terkait sanitasi

3 Evaluasi

3.1. Obyek Evaluasi a. Indikator input, output, dan

outcome

b. Sumber data berupa LAKIP-SKPD atau realisasi DPPA atau Laporan RFK SKPD bidang Sanitasi

Diperlukan dukungan penuh dari setiap SKPD terkait sanitasi dalam transparansi data

3.2. Pelaku Evaluasi Pokja Sanitasi yang membidangi

Monitoring dibantu oleh bagian monev SKPD terkait

BAPPEKO sebagai kordinator pemantauan

3.2. Laporan Evaluasi Dilakukan setiap semester

(6 bulanan)

Disampaikan kepada Walikota

B 1 - 7.1. KESIMPULAN

Pembangunan Nasional harus dilaksanakan secara lebih merata di seluruh wilayah Indonesia, kondisi ini dapat diciptakan bersama seluruh tingkat pemerintahan dari pusat sampai dengan pemerintahan daerah dengan cara yang lebih terpadu, efisien dan

efektif serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas, terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pendayagunaan sumber daya yang lebih optimal diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan pemerataan pembangunan di berbagai daerah, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan.

Dalam penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kota Surabaya Tahun 2010 ini dapat diambil beberapa rekomendasi yang berkaitan dengan perencanaan program penyehatan lingkungan Kota Surabaya yang nantinya diharapkan dapat mendukung untuk mencapai target MDG’s tahun 2014.

7.2. REKOMENDASI

7.2.1. Rekomendasi Berkaitan dengan Sektor Air Limbah

Pengelolaan prasarana yang berkaitan dengan sanitasi di Kota Surabaya menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Kondisi saat ini untuk prasarana dan sarana sanitasi di Kota Surabaya masih sangat terbatas, hal ini dapat dilihat dari keberadaan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) yang hanya terdapat pada bangunan-bangunan tertentu (Rumah Sakit, Hotel dan Industri). Sedangkan untuk Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) telah tersedia tapi belum dapat difungsikan secara maksimal. Diharapkan dengan adanya kegiatan penyusunan dokumen SSK dapat mencapai target dan sasaran yang didasarkan pada pencapaian pelayanan yang

BAB 7

Dalam dokumen BAB II ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI KOTA (Halaman 159-164)

Dokumen terkait