• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALUR TAHAPAN PNPM MANDIRI PERDESAAN

Dalam dokumen ANALISIS KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM P (Halaman 75-96)

Desain & RAB, Verifikasi

Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan ORIENTASI DAN PENGAMATAN LAPANG Musrenbang Kab Forum SKPD Form; survey dusun criteria kesejahteraan pemetaan RTM diagram kelembagaan kalender musin peta sosial 1. Visi Desa 2. Peta Sosial Desa

3. Usulan Desa (BLM, ADD, PJM, Lainnya) 4. PJM (RPT Des, RPJMDes) 5. Renstra Desa -Rangking Usulan -Renstra Kecamatan -Penetapan Pendanaan, -utusan kecamatan

PNPM MPd pada tahap sebelumnya; 3). Inventarisasi data kependudukan, pembangunan desa yang ada di desa calon penerima PNPM MPd.

Kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi PNPM MPd, baik secara formal maupun informal kepada masyarakat di masing-masing desa calon lokasi. Tahap ini dimanfaatkan oleh seluruh pelaku PNPM MPd di semua tingkatan, mulai dari desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi sebagai upaya untuk mendorong partisipasi dan pengawasan dari berbagai pihak, sehingga semua pelaku PNPM MPd memiliki pemahaman atau persepsi yang sama dalam menjalankan program. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan pada setiap saat atau kesempatan oleh pelaku-pelaku PNPM MPd baik melalui pertemuan formal maupun informal. Pertemuan formal biasa mengambil moment pada acara-acara di pemerintahan sedangkan pertemuan informal dilakukan pada acara rutin yang berlangsung di desa, seperti kegiatan yasinan, arisan maupun acara adat.

Untuk Kecamatan Pemayung kegiatan perencanaan dilaksanakan melalui MAD sosialisasi di Aula Kecamatan Pemayung dengan mengundang utusan dari masing-masing desa; MUSDES Sosialisasi dilakukan di setiap desa yang waktunya diatur oleh pihak kecamatan; Pelatihan pelaku PNPM MPd dan KPMD yang dilakukan di aula kecamatan; Penggalian gagasan atau lebih dikenal dengan istilah MMDD; MKP; penulisan usulan desa dalam bentuk proposal kegiatan; verifikasi usulan yang dilakukan oleh tim dari kecamatan terdiri dari dinas pendidikan, kesehatan, Kimpraswil dengan jumlah minimal lima orang; MAD prioritas usulan yang diwakili oleh enam orang dari masing-masing desa (selanjutnya disebut dengan tim enam) yaitu Kades, Ibu Kades, Ketua BPD dan tiga orang perwakilan dari tokoh masyarakat (tiga orang diantaranya diharuskan perempuan); Desain dan RAB; MAD penetapan usulan; MUSDES informasi hasil MAD; MUSDES Pertanggungjawaban dan MUSDES serah terima.

MAD sosialisasi merupakan forum pertemuan antar desa untuk melakukan sosialisasi tentang tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur maupun hal- hal yang berkaitan dengan PNPM MPd serta untuk menentukan kesepakatan- kesepakatan antar desa dalam melaksanakan PNPM MPd. Nara sumber dalam pertemuan tersebut adalah Camat Pemayung (Adnan, S.Si), PJOK kecamatan (Parlaungan Lubis, SH), FK (Ependi, ST), BKAD (Habibullah) dan Setrawan Kecamatan (Darmawi). MAD sosialisasi ini dilaksanakan pada tanggal 24 Nopember 2008 di aula kecamatan yang diikuti utusan dari 17 desa dan satu

kelurahan dengan agenda menetapkan desa-desa yang dapat mengikuti proses PNPM MPd.

MUSDES sosialisasi merupakan forum pertemuan masyarakat desa sebagai ajang sosialisasi atau penyebarluasan informasi PNPM MPd tingkat desa. Untuk tingkat Kecamatan Pemayung MUSDES sosialisasi dilaksanakan tanggal 27 Nopember s.d 03 Desember 2009. Sedangkan untuk Desa Teluk sebagai fokus penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 September 2008.

Pelatihan pelaku PNPM MPd tingkat desa, seperti KPMD, TPU, TP3, kader teknik dan TPK yang telah terpilih dalam musyawarah desa sosialisasi. Peserta pelatihan ini selanjutnya akan memandu serangkaian tahapan kegiatan PNPM MPd yang diawali dengan proses penggalian gagasan di tingkat RT, dusun dan kelompok masyarakat. Untuk persiapan dan menambah kapasitasnya, maka pelaku tingkat desa mendapat pelatihan terlebih dahulu. Pelatihan TPU dilaksanakan tanggal 27 s.d 28 Januari 2009 sedangkan pelatihan TP3 dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2009 berjumlah 12 orang. TP3 dibentuk untuk melakukan pengelolaan kegiatan yang telah didanai oleh PNPM MPd pada tahun sebelumnya. Untuk tahun 2009 ini pelatihan KPMD tidak dilaksanakan karena ada kendala teknis. Pada tahun-tahun sebelumnya selalu dilaksanakan dengan peserta dua utusan dari masing-masing desa (satu orang laki-laki dan satu orang perempuan).

Untuk proses penggalian gagasan diawali dengan mengadakan pertemuan di tingkat RT dan dusun untuk membuat peta sosial kemiskinan bersama-sama dengan warga setempat. Metode atau teknik yang digunakan dalam pembuatan peta sosial dalam pertemuan dusun adalah penentuan klasifikasi kesejahteraan, penyusunan peta sosial dan menggali masa depan desa (MMDD). Kegiatan ini dilakukan dengan mengundang utusan-utusan dari masing-masing RT pada MMDD di tingkat dusun dan utusan dari masing-masing dusun pada MMDD di tingkat desa. Hasil yang diharapkan dari pertemuan- pertemuan penggalian gagasan tersebut adalah : 1). Masyarakat memahami keperluan dan kebutuhannya; 2). Menganalisis permasalahan dan penyebab kemiskinan di tengah masyarakat desa; 3). Menemukan gagasan-gagasan kegiatan maupun visi ke depan dari masyarakat desa untuk mengatasi permasalahan dan penyebab kemiskinan tersebut.

Kegiatan MKP dihadiri oleh kaum perempuan dan dilakukan dalam rangka membahas gagasan-gagasan dari kelompok-kelompok perempuan dan

menetapkan usulan kegiatan PNPM MPd yang merupakan aspirasi khusus dari perempuan. MKP ini dilaksanakan pada 15 Januari s.d 20 Februari 2009. Untuk Desa Teluk dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2009. Usulan hasil musyawarah tersebut selanjutnya dibawa dalam forum MUSRENBANGDES dan menjadi usulan yang mutlak dan tidak dapat diganggu gugat untuk dibawa dalam MUSRENBANG di tingkat Kecamatan, artinya desa hanya menetapkan usulan untuk di sahkan sebagai bagian dari usulan desa. Hasil yang diharapkan melalui pertemuan itu adalah gagasan-gagasan kegiatan dan visi kedepan dari kelompok perempuan di desa dalam mengatasi penyebab kemiskinan, ditetapkannya usulan kegiatan simpan pinjam kelompok perempuan, ditetapkannya usulan yang merupakan aspirasi perempuan selain kegiatan simpan pinjam, seperti peningkatan kapasitas perempuan dalam bentuk pelatihan keterampilan dan terpilihnya calon-calon wakil perempuan (utusan tim enam) yang akan hadir dan berkompetisi di MAD prioritas usulan.

Penulisan usulan desa merupakan kegiatan menguraikan secara tertulis gagasan kegiatan masyarakat yang sudah disetujui sebagai usulan desa yang akan diajukan pada musyawarah antar desa. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Januari s.d 01 Februari 2009. sebelum melakukan penulisan, TPU dari masing-masing desa akan mendapatkan pelatihan atau penjelasan terlebih dahulu dari fasilitator kecamatan, baik fasilitator pemberdayaan maupun fasilitator teknik. Kegiatan pelatihan TPU ini berlangsung pada tanggal 27 dan 28 Januari 2009. Hasil yang diharapkan dari proses penulisan usulan adalah dokumen proposal usulan kegiatan desa yang terlebih dahulu telah disetujui dalam musyawarah desa perencanaan dan musyawarah khusus perempuan, termasuk data isian formulir pendukungnya.

Verifikasi usulan merupakan tahap kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa dan menilai kelayakan usulan kegiatan dari masing-masing desa yang akan didanai PNPM MPd. Verifikasi usulan dilakukan oleh TV yang dibentuk tanggal 28 Januari 2009 berdasarkan SK dari Camat Pemayung di tingkat kecamatan dengan beranggotakan 6 orang yang memiliki keahlian sesuai usulan kegiatan, yaitu Udayana (ahli konstruksi), Nawaliah (ahli kesehatan), Ruslan dan Sutarjo (ahli Simpan Pinjam), A. Rahman dan Martamba (ahli pendidikan). Sebelum menjalankan tugasnya TV memperoleh pelatihan OJT (on job training) terlebih dahulu dari fasilitator kecamatan (FK), fasilitator teknik dan KM Kabupaten. TV menilai setiap usulan kegiatan untuk melihat kesesuaian

usulan dengan kriteria penilaian usulan kegiatan yang meliputi : lebih bermanfaat bagi masyarakat miskin, mendesak untuk dilaksanakan, bisa dikerjakan oleh masyarakat, tingkat keberhasilan dan keberlanjutan cukup tinggi dan didukung oleh sumber daya yang ada di masyarakat atau desa.

MAD prioritas usulan adalah forum untuk membuat perankingan usulan dari masing utusan-utusan tiap desa. Masing-masing utusan dengan berbagai strategi berupaya untuk mendapatkan point tertinggi agar bisa lolos dalam kompetisi ini. .Pimpinan rapat dalam forum ini adalah Ketua BKAD (Habibullah) dan sebagai Notulen adalah Sekretaris BKAD (Mubarok). Sedangkan sebagai Narasumber adalah Bapak Adnan, S.Si (Camat), Ependi, ST (FK), Oktaria (FT), Parlaungan Lubis (PJOK) dan Darmawi. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2009 dengan menghasilkan perangkingan sebagai berikut : (1). Desa Pulau Raman (Pembangunan Jalan Rabat Beton); (2). Desa Ture (Pembangunan Gedung TK); (3) Desa Teluk (Pembangunan Jalan Rabat Beton); dan (4) Desa Kubu Kandang (Pembangunan Gedung Posyandu).

MAD penetapan usulan merupakan forum untuk mengambil keputusan terhadap usulan yang akan didanai PNPM MPd. Keputusan pendanaan harus mengacu pada tingkat usul yang telah dibuat pada saat musyawarah antar desa prioritas usulan. Jika pada saat musyawarah antar desa prioritas usulan, seluruh usulan atau proposal telah selesai dibuat berikut detail desai gambar dan RABnya, maka keputusan penetapan usulan yang akan didanai oleh PNPM MPd bisa langsung diselenggarakan setelah agenda musyawarah antar desa penetapan usulan diselesaikan. Namun jika belum selesai desain RABnya, maka musyawarah antar desa penetapan usulan dilakukan pada waktu yang berbeda.

Musyawarah desa informasi hasil merupakan forum sosialisasi atau penyebarluasan hasil penetapan alokasi dana PNPM MPd yang diputuskan dalam MAD penetapan usulan. Forum ini dilaksanakan baik desa yang mendapatkan dana maupun tidak. Forum ini sekaligus memberikan informasi kepada desa yang memenangkan dan tidak memenangkan kompetisi secara sehat yang telah dilaksanakan dalam musyawarah sebelumnya.

Jenis Kegiatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan

Jenis kegiatan yang dibiayai melalui dana BLM, diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria : 1). Lebih bermanfaat bagi masyarakat miskin; 2). Mendesak untuk dilaksanakan; 3). Bisa dikerjakan oleh masyarakat; 4).

Didukung oleh sumberdaya yang ada di masyarakat; dan 5). Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan. Jenis kegiatan yang dimaksudkan tersebut meliputi : 1). Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana dasar (infrastruktur pedesaan) yang dapat memberikan manfaat social ekonomi bagi masyarakat dan 2). Kegiatan simpan pinjam khusus bagi kelompok perempuan (SPP).

Pelaksanaan dan Pelestarian Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Program yang matang dan terencana serta tetap megacu pada prinsip dan asas PNPM MPd sebagai kegiatan persiapan untuk menjamin kualitas proses pelaksanaan program. Persiapan ditujukan kepada penyiapan aspek sumber daya manusia. Seperti : masyarakat, TPK dan seluruh pelaku PNPM MPd lainnya. Masyarakat dipersiapkan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan di desa mereka. TPK dipersiapkan untuk melaksanakan kegiatan yang telah diputuskan bersama.

Kegiatan persiapan berupa rapat koordinasi awal di kecamatan yang merupakan MAD sosialisasi dan rapat persiapan pelaksanaan di desa melalui MUSDES sosialisasi sampai dengan tahap pengesahan surat perjanjian pemberian bantuan (seperti telah dibahas bagian sebelumnya)

Tahap pelaksanaan kegiatan PNPM MPd terdiri dari : pencairan dana, pengadaan tenaga kerja, pengadaan bahan dan alat, dan rapat evaluasi TPK. Tahapan kegiatan ini telah diatur oleh PNPM MPd dan dibatasi oleh waktu. Peraturan tersebut mengikat kegiatan yang dilaksanakan. Peraturan cenderung membatasi kreatifitas keluarga miskin. Misalnya : pencairan dana yang ditentukan bulan tertentu dan dengan waktu yang sangat dekat kurang memberikan keleluasaan keluarga miskin untuk terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang dilaksanakan secara tergesa-gesa tersebut mengakibatkan keluarga miskin tidak puas karena tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Tetapi hasil keputusan tersebut menguntungkan PNPM MPd dan kalangan elit desa, sehingga pencapaian target hanya bersifal politis.

Musyawarah desa pertanggungjawaban dilaksanakan untuk mewujudkan transparansi dalam proses pelaksanaan PNPM MPd, TPK wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara bertahap kepada masyarakat. Musyawarah pertanggungjawaban minimal dilakukan dua kali yaitu setelah memanfaatkan dana PNPM MPd tahap pertama dan tahap kedua.

Sertifikasi adalah penerimaan hasil pekerjaan berdasarkan spesifikasi teknis oleh FT untuk mendorong kualitas pekerjaan atau kegiatan. Kegiatan dilakukan sertifikasi dengan harapan fokus TPK dialihkan dari mengejar target fisik ke target kualitas. Namun demikian, seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya, pencapaian target hanya bersifat politis dan belum menyentuh kebutuhan keluarga miskin.

Pelaku PNPM MPd melakukan revisi kegiatan, jika pada tahap pelaksanaan program kegiatan terjadi kesalahan di lapangan atau terjadi bencana alam. Revisi dilakukan dengan tidak menambah jumlah anggaran dana yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan yang telah diputuskan melalui musyawarah desa. Revisi tersebut dibuat oleh TPK dan disetujui oleh PJOK, ketua TPK dan FK serta secara terbuka ada pemberitahuan kepada masyarakat. Revisi bertujuan untuk mencapai efektivitas program dalam mencapai target yang telah ditentukan. Revisi juga diperlukan untuk meminimalisir hambatan- hambatan yang menggagalkan tujuan yang akan dicapai.

Kegiatan yang dimaksud adalah penyelesaian tiap jenis kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bagian pertanggungjawaban TPK di desa. Kegiatan ini meliputi : pembuatan laporan penyelesaian pelaksanaan kegiatan, pembuatan realisasi kegiatan dan biaya, musyawarah desa serah terima, pembuatan dokumen penyelesaian, pelaksanaan kegiatan, pembuatan dokumen penyelesaian, pembuatan berita acara status pelaksanaan kegiatan (pada kondisi khusus).

Kegiatan PNPM MPd diatur dan dipelihara untuk memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan. Kegiatan tersebut dilaksanakan agar bermanfaat pada semua pihak sehingga kegiatan memberikan dampak perubahan positif dan berkelanjutan bagi partisipan penerima program. Hasil kegiatan PNPM MPd yang berupa pembangunan infrastruktur dan SPP merupakan asset bagi masyarakat desa yang harus dipelihara, dikembangkan dan dilestarikan. Untuk menjaga agar pelestarian kegiatan bisa berjalan pemerintah sebagai penanggung jawab program memberikan sanksi yang telah ditentukan, bahwa jika hasil kegiatan tidak dikelola dengan baik seperti tidak terpelihara bahkan tidak bermanfaat bagi masyarakat atau pengembalian macet bagi dana SPP maka desa atau kecamatan tersebut tidak akan mendapat lagi dana PNPM MPd untuk tahun berikutnya.

Pelestarian kegiatan merupakan tahapan pasca pelaksanaan yang dikelola dan merupakan tanggung jawab masyarakat. Untuk mendukung pelestarian kegiatan diperlukan hal-hal sebagai berikut : 1). Peningkatan kemampuan teknis dan manajerial yang harus mampu dimiliki oleh kelompok- kelompok masyarakat, TPK, serta pelaku-pelaku lain PNPM MPd di desa dan kecamatan, 2) Penyediaan sistem dan mekanisme monitoring, evaluasi, perencanaan pengendalian secara partisipatif yang memungkinkan anggota masyarakat dapat mengetahui serta ikut mengontrol kegiatan-kegiatan yang direncanakan, sedang berjalan, maupun yang sudah diselesaikan; 3) Penguatan lembaga-lembaga masyarakat di kecamatan dan desa, termasuk lembaga pengelola prasarana dan sarana.

Sistem pemeliharaan PNPM MPd diarahkan kepada adanya perawatan dan pengembangan berbagai sarana dan prasarana yang ada, sehingga dapat secara terus menerus dimanfaatkan oleh masyarakat secara efektif dan efisien.

FK dibantu FKab wajib memberikan pelatihan kepada tim pemeliharaan atau yang ditunjuk pada waktu pelaksanaan program hampir selesai. Dalam pelatihan tersebut, masyarakat diberi penjelasan mengenai kepentingan pemeliharaan, organisasi pengelola dan pemeliharaan, dan teknik-teknik yang digunakan seperti teknik membuat inventarisasi masalah dan teknik memperbaikinya. Disamping itu akan dilakukan praktek lapangan agar materi pelatihan dapat dipahami.

PERAN FASILITATOR DALAM IMPLEMENTASI PNPM MPd

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Kenyataannya seringkali proses ini tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak luar atau adanya intervensi dari fasilitator yang bekerja secara profesional. Dalam aktivitas pada PNPM MPd di lapangan fasilitator ini berperan sebagai pendamping sosial bagi partisipan penerima program. Peran seorang fasilitator di lapngan ini dapat peneliti uraikan menjadi tiga bagian, yaitu peran teknik, fasilitasi, dan pendidik.

Peran Teknik

Peran teknik dilakukan oleh fasilitator untuk menjamin bahwa PNPM MPd mengakibatkan partisipan atau masyarakat penerima program mendapat prasarana yang bermutu baik sebagai hasil karya sendiri, dan masyarakat menjadi semakin mampu dalam proses pengelolaan pembangunan secara mandiri. Pada acara musyawarah desa pertama, masyarakat akan memilih kader‐kader desa, di antaranya satu orang kader teknik. Kader teknik merupakan asistennya Fasilitator Teknik di desa, sehingga harus banyak menambah ilmu teknik sipil dan manajemen konstruksi. Produk utama dari peran teknik seorang fasilitator adalah gambar desain serta perhitungan kebutuhan bahan, tenaga, peralatan, dan biaya. Kebutuhan untuk program pemberdayaan masyarakat tidak sama dengan kebutuhan di pekerjaan yang diborongkan kepada kontraktor atau perusahaan swasta. Gambar desain yang dibutuhkan adalah gambar yang dapat dipegang oleh masyarakat sebagai dasar konstruksi dan gambar yang merupakan dasar perhitungan volume pekerjaan di desa lokasi kegiatan.

Masyarakat di Desa Teluk mengungkapkan bahwa kualitas dan volume bangunan yang dibuat oleh PPK maupun PNPM MPd jauh lebih baik ketimbang proyek yang dikerjakan oleh rekanan Dinas PU. Mereka mencontohkan ada bangunan madrasah dengan nilai hampir 400 juta yang dikerjakan oleh rekanan Dinas PU dengan sumber dana dari APBD kabupaten, volumenya lebih kecil, yaitu hanya mampu membangun tiga ruang kelas dengan kualitas rendah yang mengecewakan jika dibandingkan dengan bangunan yang dikerjakan oleh

masyarakat melalui PNPM MPd dengan biaya yang jauh lebih murah yaitu hanya sekitar 200 juta rupiah, tetapi berhasil membangun empat ruang kelas dengan kualitas yang jauh baik. Alhasil bangunan madrasah yang dikerjakan oleh rekanan Dinas PU tersebut sampai kini belum diserahterimakan dan ditolak oleh warga karena beberapa bagian dari bangunan tersebut ternyata sudah banyak yang retak sebagaimana juga terlihat dari dekat ketika peneliti melakukan observasi di lapangan.

Gambar 8. Bangunan Infrastruktur Madrasah yang dikerjakan oleh rekanan Dinas PU di Desa Teluk

Berbeda dengan gambar di atas, bangunan madrasah yang dibangun oleh PNPM MPd yang berada persis di sampingnya terlihat kokoh, rapi dan lebih berkualitas. Saat ini bangunan madrasah tersebut terus digunakan untuk aktivitas pendidikan agama (sekolah sore) bagi anak-anak warga Desa Teluk. Diyakini bahwa faktor fasilitator dalam melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan madrasah dan selalu menjaga agar kualitas bangunan betul-betul maksimal menjadi sangat menentukan. Beberapa mantan pelaku PPK yang terlibat dalam pembangunan madrasah tersebut menuturkan bahwa fasilitator sangat rajin memberikan motivasi dan mengajak semua komponen masyarakat untuk terlibat dalam setiap tahapan pembangunan. Masyarakat, terutama pelaku ditingkat desa (TPK) bersama-sama komponen masyarakat lain ikut mempersiapkan, mengerjakan dan memantau hingga pembangunan madrasah tersebut kelar.

di Desa Teluk

Selain bangunan madrasah seperti terlihat pada gambar di atas, tahun 2004 juga dibangun rehab MTs di desa tersebut dengan kualitas yang juga sangat memuaskan warga. Seorang tokoh agama di Desa Teluk yaitu Ustadz Zawawi yang juga pernah menjadi anggota tim enam PPK tahun 2003 menyatakan bahwa untuk pembangunan sarana fisik, beliau mengakui bahwa kualitas maupun manfaat dari bangunan yang dikerjakan oleh PPK sangat dirasakan oleh masyarakat. Berikut adalah penuturan beliau:

“Bangunan madrasah ini sudah hampir roboh sementara anak-anak harus terus bersekolah, jadi setelah ada pembangunan gedung baru oleh PPK kita merasa bersyukur sekali dan aktifitas sekolah kembali lancar. Apalagi bangunannya cukup kokoh dan permanen jika dibandingkan sebelumnya”. Bagaimana dengan bangunan fisik yang dikerjakan oleh PNPM MPd? Tahun 2008 di Desa Teluk telah dibangun jalan desa (perkerasan jalan) yang melintasi areal perkebunan kelapa sawit dan durian milik warga. Jalan tersebut saat ini dimanfaatkan oleh warga untuk mempermudah akses mengeluarkan hasil panen kebun mereka. Berbeda dengan pembangunan madrasah, pembangunan jalan ini selain dikerjakan oleh sebagian warga Desa Teluk, juga melibatkan tenaga kerja dari luar Desa Teluk. Menurut pengurus TPK Desa Teluk, hal ini dilakukan karena ada beberapa pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan untuk menjamin kualitas bangunan diperlukan tenaga dari luar desa. Pendapat ini agak berbeda dengan penuturan beberapa RTM yang sempat peneliti temui. Mereka menyatakan, sebenarnya semua komponen pekerjaan itu bisa dilakukan oleh warga desa sehingga mereka yang tergolong RTM bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari pekerjaan tersebut. Mereka juga kurang paham maksud atau tujuan dari pengurus TPK, mengapa harus merekrut tenaga kerja dari luar desa. Beberapa warga yang lain menuturkan, terlepas siapa yang mengerjakan yang penting bangunan tersebut memberikan manfaat

yang besar bagi warga terutama bagi mereka yang memiliki kebun yang dilintasi jalan tersebut. Harus diakui memang, proyek fisik yang dikerjakan oleh PPK maupun PNPM MPd melalui pendampingan yang intensif oleh fasilitator memberikan dampak positif bagi warga setempat.

Pendapat tentang hal serupa juga muncul dari Bapak Habibullah. Beliau adalah mantan pelaku PPK dan sekarang menjadi ketua BKAD Kecamatan Pemayung. Menurutnya, peran fasilitator dari aspek fisik diakui cukup berhasil. Hal ini bisa ditunjukkan oleh begitu banyak pembangunan sarana fisik yang telah dibangun di wilayah Kecamatan Pemayung, seperti pembangunan jalan rabat beton, perkerasan jalan desa, pembangunan gedung TK, madrasah dan irigasi. Kesemua bangunan tersebut sangat terjamin kualitasnya karena melibatkan masyarakat secara langsung dalam pengerjaan bangunan pada setiap tahapan. Berikut adalah penuturan dari beliau:

“Harus kita akui bahwa proses pembangunan fisik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi memang melibatkan masyarakat desa. Pengawasan yang cukup rapi dari seluruh komponen masyarakat desa mampu meningkatkan efisiensi dan lebih manjamin kualitas bangunan, terutama jika dibandingkan dengan proyek yang dibangun oleh rekanan seperti proyek APBN maupun APBD yang lain. Ketika peneliti berjalan ke desa-desa lokasi kegiatan PNPM MPd yang lain memang terlihat, bahwa peran teknik dari fasilitator yang ber-output bangunan fisik ini sangat menonjol ketimbang peran-peran lain. Hal ini bisa dimaklumi karena memang aktivitas program umumnya adalah pembangunan

Dalam dokumen ANALISIS KOMUNIKASI PARTISIPATIF DALAM P (Halaman 75-96)