• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Skema 4 Alur Tema Utama Subjek III

Gambar 3 : Skema Alur Tema Utama Subjek III

Kelompok Superior

- Keraton Yogyakarta dipandang leluhur dan pemimpin yang

patut diikuti.

Kelompok Interior

- Abdi dalem dipandang sebagai representasi dari kawula atau

rakyat

Balas Jasa yang Diterima

- Mbah L merasa tentram karena mengabdi ikut melestarikan

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap tiga jenis Abdi Dalem

keraton Yogyakarta mengungkap bahwa meskipun terdapat banyak manfaat yang didapatkan namun ada manfaat yang utama yang didapatkan oleh Abdi Dalem yaitu ketentraman. Dan ketentraman dimaknai sebagai penerimaan Abdi Dalem terhadap keberadaan sistem budaya Jawa yang dimiliki oleh pihak Keraton Yogyakarta.Ketentraman terjadi karena pihak

Abdi Dalem sebagai kelompok interior mengakui dan mengikuti pihak superior yaitu keraton Yogyakarta. Adanya hubungan pengakuan tersebut maka Abdi Dalem tentram karena telah mengikuti dan menerima aturan keraton yaitu sistem budaya Jawa. Peran umum Abdi Dalem sebagai abdi budaya menunjukkan bahwa mereka mengakui dan berusaha masuk kedalam budayaatau cara hidup kelompok superior yaitu keraton Yogyakarta yaitu budaya Jawa. Keinginan untuk belajar dan memelihara sistem budaya Jawa oleh pihak Abdi Dalem menunjukkan bahwa mereka berusaha mempertahankan status quo yaitu kondisi nyaman yang sudah ada di masyarakat Yogyakarta selama berabad-abad.Perbedaan status merupakan sesuatu yang alami, tidak dapat dihindari dan hasil dari proses yang diakui sehingga segala upaya untuk menentang ketidaksamaan dapat

merusak tatanan yang ada. Penghindaran terhadap rusaknya tatanan inilah yang menyebabkan para Abdi Dalem merasa tentram karena dapat menghidari kemungkinan konflik di antara kelompok-kelompok yang ada di dalem wilayah Yogyakarta.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini terbatas pada subjek yang menjadi Abdi Dalem

berusia 30-80 tahun yang tergolong sudah tua, sehingga hasil yang tersajikan terbatas terbatas pada respon subjek yang sudah matang secara psikologis. Penelitian ini mungkin belum merepresentasikan gambaran pemaknaan Abdi Dalem terhadap manfaat yang didapatkan dari keraton terutama pada Abdi Dalem yang masih pada usia produktif dimana kondisi psikologis dan finansial Abdi Dalem yang berusia muda dapat berbeda hasil pemaknaanya.

Kurangnya penguasaan bahasa Jawa pada peneliti juga merupakan salah satu kelemahan penelitian ini sehingga pada saat pengambilan data, peneliti kurang dapat menyesuaikan diri ketika berkomunikasi dengan para subjek yang sering mengunakan bahasa jawa krama. Hal ini menyebabkan hasil data wawancara yang didapatkan kurang optimal.

Penelitian tentang Abdi Dalem ini juga kurang mendalam dalam mengungkap dinamika pemaknaan pada subjek II dan subjek III, hal ini dikarenakan tidak ada rapport pada subjek II dan subjek III sebelum pengambilan data karena peneliti memiliki keterbatasan waktu sehingga

hasil data wawancara pada kedua subjek tersebut tidak sebanyak dan seintensif pada subjek I.

C. Saran

1. Bagi Kaum Akademisi

Dari hasil penelitian tentang Abdi Dalem ini peneliti melihat ada banyak hal yang bisa digali dari kebudayan Indonesia, segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia yang mengendap menjadi budaya lokal adalah khazanah ilmu pengetahuan terpendam yang dapat dijadikan bahan utnuk memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan terutama pada ilmu-ilmu humaniora.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian tentang Abdi Dalem ini masih terbatas pada gambaran pemaknaan yang berusia 50-70 tahun, sehingga belum mampumemberikan gambaran dinamika pemaknaan pada subjek yang lebih muda. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini disarankan menambah jumlah dan variasi usia subjek penelitian agar dapat mendekati gambaran sesungguhnya dari fenomena Pemaknaan

88

DAFTAR PUSTAKA

Babpenas, (2010). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia 2010, Kementrian Perencanaan Nasional, Badan Perencanaan Nasional (BAPENAS), Jakarta.

Bastaman, H. D. (1996) Meraih Hidup Bermakna: Kisah Pribadi Dengan Pengalaman Tragis. Jakarta: Paramadina.

Bps, (2009), Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2009. Badan Pusat Statistik RI, Jakarta.

Creswell, J.W. (1998). Qualitative inquiry and research design choosing among five traditions. California: Sage Publications, Inc.Moutakas, 1994

Frankl Victor E. (1965). Man’s Search For Meaning an Introduction to Logotherapy. London: Hodder and Stougton.

Josh, Gary T, (2009). Social and Psychological Bases of Ideology and System Justification: NewYork : Oxford Press

Joyokusumo, (2003). Menjadi Abdi Dalem Keprajuritan adalah Kebanggan KABARE JOGJA. ed edisi XIV 2003, hal 18

Joyokusumo, (2003). Sosok Moderat di Lingkungan Keraton Yogykarta. KABARE JOGJA, ed.XIV, 15- Juli-15 Agustus, hal 15.

Kamus besar bahasa Indonesia. (1998). Jakarta. Depdikbud, Balai Pustaka. Kementrian Tenaga Kerja. (2005), Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17

tahun 2005 tentang Komponen dan Pentahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Kementrian Tenaga Kerja RI, Jakarta. _______, (2012), Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012

tentang Perubahan Penghitungan Kehidupan Hidup Layak. Kementrian Tenaga Kerja RI, Jakarta.

Koeswara, E (1992), Logoterapi Psikoterapi Victor Frankl. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Media Indonesia, (2012). Biaya hidup Layak di Yogyakarta Rp 1juataan, dipungut dari http://www.mediaindonesia.com/read/ 2012/ 10/ 05/353468/289/101/ Biaya-Hidup-Layak-di-Yogyakarta-Rp1-jutaan, 16 Januari 2013, 20.00 WIB.

Prabowo, (2011), Menelisik Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, dipungut dari http://news.okezone.com/read/2011/07/ 07/345/476968/ menelisik-abdi -dalem-keraton-ngayogyokarto, 16 Juni 2012, 19.00 WIB

Ridwan, Moh (2013). Tolak penangguhan UMP Buruh Kembali Gelar Demo, dipungut dari http://www.shnews.co/detile-13386-tolak-penangguhan-ump-buruh-kembali-gelar-demo.html, 14 Januari 2013, 20.00 WIB.

Schutlz, Duane (1991). Psikologi Pertumbuhan, Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius.

Setiawati, M.S., Djohan, R.T. & Ellywati, R (2000). Keterkaitan Antara Kemampuan Menjalin Hubungan InterPersonal Dengan Penghayatan Hidup Secara Bermakna. FENOMENA Jurnal Psikologi, Vol. V No. 06, hal, 27-34.

Setyawan, Priyo (2012). UMK Yogyakarta dipastikan dibawah KHL, dipungut dari http://ekbis.sindonews.com/read/2012/10/ 16/34/680357/umk-yogyakarta-dipastikan-di-bawah-khl3,16 Januari, 10.00 WIB

Sudaryanto, Agus (2008). Hak dan Kewajiban Abdi Dalem dalam Pemerintahan Kraton Yogyakarta.MIMBAR HUKUM, Vol. 20 No. 1. Februari 2008, Hal 164-178.

90

LAMPIRAN I

Tabel 1 :Tema Subyek I

Tema-Tema Utama Nomer Verbatim 1. Pikiran, perasaan dan perilaku abdi dalem

dalam mengidentifikasikan peran abdi dalem sebagai abdi budaya (kelompok Interior) a. Peran dari abdi dalem sebagai abdi budaya

yaitu dengan belajar budaya jawa.

b. Abdi dalem berperan sebagai abdi budaya. budaya yang dimaksud adalah budaya jawa yaitu tata krama, unggah ungguh, suba sita. c. Orang harus belajar mengenai budaya Jawa

untuk menjadi abdi dalem.

d. Bagi abdi dalem mengabdi berbeda dengan bekerja

e. Abdi dalem benar-benar belajar budaya tidak menyembah bangunan.

2. Pikiran, perasaan dan perilaku abdi dalem dalam mengidentifikasikan peran Keraton Yogyakarta sebagai pemilik budaya jawa (kelompok superior)

a. Penerimaan peran Keraton sebagai yang memiliki budaya.

b. Ketaatan abdi dalem dalem dalem

menjalankan budaya di area keraton karena telah belajar mengenai aturan dan budaya Jawa.

c. Penerimaan bahwa tidak bisa menentang Keraton.

d. Pihak keraton menyediakan tempat untuk belajar budaya

e. Bagi abdi dalem keraton juga memandang abdi dalem berperan sebgai abdi budaya bukan abdinya raja,

3. Pikiran, perasaan dan perilaku terkait hak dan balas jasa yang diterima abdi dalem.

a. Perasaan tentram muncul karena telah ikut mengetahui tentang budaya Jawa

b. Perasaan tentram muncul karena telah perilaku sesuai dengan hasil belajar budaya. c. Perasaan tentram muncul karena telah ikut

mengetahui tentang budaya Jawa yang dimiliki oleh keraton.

d. Perasaan tentram muncul karena telah ikut mengetahui tentang budaya Jawa dan punya banyak teman. Hal ini akan meningkatkan usia harapan hidup.

1-10 13-15 82-91 346-348 370-377 44-50, 163-188 , 192-198 199-216 226-239 350-359, 401-408 390-397 30-35 35-40, 137- 150 52-58 66-76

pembelajaran tersebut akan menjadi

pembimbing untuk menjadi orang jawa yang sejati.

g. Hak kepangkatan didapatkan oleh abdi dalem harus belajar budaya jawa.

h. Hak atau balas jasa yang diterima dari Abdi dalem yaitu mengajukan kenaikan pangkat. i. Balas yang didapatkan dari keraton tidak

berupa materi sehingga abdi dalem memenuhi kebutuhannya sendiri ketika berkumpul.

j. Pikiran yang muncul karena balas jasa yang didapatkan oleh abdi dalem punakawan k. Abdi dalem tidak mengharapkan balas jasa

yang berupa materi, yang didapatkan adalah pengetahuan budaya dari keraton.

l. Imbalan yang didapatkan adalah perasaan senang, mempunyai kebanggan tersendiri dan punya banyak teman.

m. Penerimaan terhadap apa yang sudah didapatkan dari keraton yaitu dalem mendapatkan ketentraman,kebanggan dan pengetahuan yang didapatkan dari keraton. n. Keyakinan apa yang didapatkan dari

keratoni membawa kemudahan rejeki, sehingga keyakinan itu membuat hati, pikiran tentram, dan tidak ngoyo-woro

o. Abdi dalem enggan untuk menonjolkan hasil belajar dan gelar yang didapatkan dari keraton. 92-105 114-123 271-276, 453-466, 518-525 276-287,359-363, 475-480 299-307, 308-318, 333-339, 468-473 323-332, 534-538 442-453 481-495, 526-533 154-158, 502-507

LAMPIRAN II

Tabel 2 :Analisis Subyek I

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

saya ingin mengetahui simbah sebagai abdi dalem niku memandang profesi abdi dalem niku prinpun.

Jadi gini abdi dalem kwi abdine budaya, abdi budaya niku nyembah kro ratu niku mboten, nyembah

karo budaya keraton

ngayogyakarta. Budaya iku budaya tata krama, budaya unggah ungguh, budaya suba sita, dadine nek nang kraton niko mboten nyembah ratu mboten, ratu tetep disembah disembah dalam batas kewajaran, tapi kita itu nyembahe karo budaya, yaiku budaya suba sita, unggah ungguh, tata krama, ngoten. Dadi

kita menganggap mereka

menggangap membimbing kami dalam arti saben dinten kula saged untuk kita melakukan tata krama unggah ungguh dadi oopo iki dadi wong jowo iku wong jowo iku ojo nganti ono sing keliwat kro unggah ungguh tata krama, nek ngono kwi dudu wong jowo, jadi kita menganggap dengan kabudayan ini membimbing kula membimbing dalam arti yang pertama menika sing jelas kalo kita orang jawa kalo kita punya ratu , kita nyembah ratune iku bukan karena kita mengunggulkan ratunya ga, tapi karena budayanya itu trus lajeng kula saya sendiri di keraton itu dengan kita jadi abdi dalem itu hatinya lebih tentram, lebih tentram, dalam arti dalam kesehariannya itu kita dalam berperilaku itu ada unggah ungguh tata krama selain itu kita bisa sopan santun karo wong. Kira kira begitu mas.

Nganu pak, pertanyaan

Abdi dalem sebagai abdi budaya. Belajar budaya Jawa.

Belajar cara berperilaku sesuai budaya Jawa, yaitu tata krama, unggah ungguh suba sita

Mempelajari budaya Jawa dapat membimbing menjadi orang Jawa yang sejati.

Dengan belajar budaya jawa akan merasa hati tentram.

Keseharian berperilaku sesuai dengan unggah ungguh dan tata krama memberikan ketenraman.

Peran dari abdi dalem sebagai abdi budaya yaitu dengan belajar budaya jawa.

Abdi dalem berperan sebagai abdi budaya. budaya yang dimaksud adalah budaya jawa yaitu tata krama, unggah ungguh, suba sita.

Setelah belajar budaya Jawa maka hasil

pembelajaran tersebut akan menjadi pembimbing untuk menjadi orang jawa yang sejati.

Perasaan tentram muncul karena telah ikut

mengetahui tentang budaya Jawa

Perasaan tentram muncul karena telah perilaku sesuai dengan hasil belajar budaya.

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

Gini mas, saya pengen mengabdi pada keraton ngayogyakarta yang punya budaya tadi punya budaya unggah ungguh , jadi kembali pada orang jawa tadi punya unggah ungguh punya tata krama punya ataruan nggih, sepertinya raja itu jadi koordinator bagi aturan aturan itu sendiri. jadi motivasine nipun biar kita itu melu guyub, selain tentrem tadi kita punya unggah ungguh tata krama jadi ktia

mengabdi pada keraton

ngayogyakarta maka kita

menyembah itu menyembah pada budayanya,.

dadose nek kula saged menyimpulkan keraton niku memegang peranan sebagai pewaris budaya nggih mbah nggih?

Ya tepat sekali itu, pewaris budaya, jadi ratu ngayogyakarta itu punya budaya yang tinggi, budaya tadi yang saya katakan budaya yang bagaimana unggah ungguh setiap

insan manusia masyarakat

yogyakarta ini punya unggah ungguh, punya tata krama, punya banyak teman mula di jogyakarta itu kan sekarang kan tingkat UHH, usia harapan hidup itu lebih tinggi daripada di luar, karena dia punya ketentraman , kita punya punya, ojo brangasan itu lo , ono wong liyo ngoming kopasus nembak kwikan hal yang lain , tapi masyarakat kan tetep kita diajaarkan untuk duwe aturan. Kira kira begitu.

Nganu, tetep belajar tentang budaya jawa mbah?

Ha iya, nek ora ojo nganti dados dadi abdi dalem, ya biar belajar tata krama, ungah ungguh, suba sita, belajar bahasa jawa, belajar nulis jawa nggih,belajar menapa sejarah keraton ngayogyakarta dadi artine

Keraton Yogyakarta sebagai pihak yang mempunyai budaya Jawa.

Merasa tentram jika ikut menguasai budaya jawa yang dimiliki oleh Keraton

Ketentraman akibat dari punya budaya Jawa yaitu budaya tata krama dan punya banyak teman meningkatkan usia harapan hidup

Menjadi abdi dalem harus belajar budaya Jawa

Penerimaan peran Keraton sebagai yang memiliki budaya.

Perasaan tentram muncul karena telah ikut

mengetahui tentang budaya Jawa yang dimiliki oleh keraton.

Perasaan tentram muncul karena telah ikut

mengetahui tentang budaya Jawa dan punya banyak teman. Hal ini akan

meningkatkan usia harapan hidup.

Orang harus belajar mengenai budaya Jawa untuk menjadi abdi dalem.

91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133

XI menjadi pahlawan itu itu wonten sejarahe, kedah mempelajari lan setiap kenaikan tingkat badhe mungah tingkat kalenggahan saking jajar mangkeh minggah sak hinggil ipun menika dados bekel napa menika menawi ujian, permaten niku namine niku ten mrika, dadi kula kula kala mbek nika, kula mlebet sepisan saking nganu, mboten ndodos KRT, KMT mboten nggih, ning lajeng ingah-ingahipun saking jajar minggah bekel, bekel minggah lurah, lurah dadi kliwon, kliwon dadi kriya, kriya dadi bupati nika wonten tingkatanipun kang

kedah kita tindakaken.

Pemberian nama dari keraton niku disetiap kepangkatannya prosesnya gimana mbah?

Jadi kita badhe ngajengaken mangkeh pun diparingi asma saking keraton badehe melebet dados abdi dalem keraton sapun menyiapkan nama untuk yang jadi abdi dalem

sampun disiapkan

Sampun disiapkan namanya jadi, wong melebet pun diparingi asma oleh keraton nggih dai mangkeh naminipun setiap badhe minggah pangkat pun lulus pun tanpi pun saged onten perubahan menapa asma nggih nganu mangkeh umpami diperingi maleh,diowahi melih tergantung mrika, ning kita punya hak untuk mengajukan kenaikan tingkatan.

Kalo, sebelum simbah sebelum jadi abdi dalem, padangan simbah melihat profesi abdi dalem seperti apa mbah?

Kula kepengen, kok ketoke kok sing do dadi abdi dalem kok ayem-ayem. Saya melihat seperti itu kok le urip kok kepenak , saya melihat saya liat sperti itu, kaya ngapa nak aku dadi abdi dalem, pun sampun

Kenaikan pangkat harus belajar budaya Jawa

Berhak untuk mengajukan kenaikan pangkat.

Dulu ingin atau berangan-angan menjadi abdi dalem karena melihat hidup mereka enak.

Hak kepangkatan

didapatkan oleh abdi dalem harus belajar budaya jawa.

Hak atau balas jasa yang diterima dari Abdi dalem yaitu mengajukan kenaikan pangkat.

Motivasi menjadi abdi dalem yaitu karena melihat abdi dalem hidup enak tentram.

137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179

Bentene pripun mbah?

Nek biyen sing atine kebak ngeten ora tentrem, yo kita ada perubahan, nggih amargi saking ajaran budaya, pun saiki nek wis ngoten, saiki wis dadi abdi dalem kok podho karo sing ora dadi abdi dalem, namanya ga ada perubahan itu, wani mlebu kono aturan nang kono kudu gelem ikuti, peraturan budaya itu, aturan ten mrika niku menawi menapa, ana aturan budayam budayane tata krama, unggah ungguh, suba sita, nggih kados pundi lembah manah ya itu namanya setiap abdi dalem ada perubahanya itu.

Dadose perilaku-prilaku sing yang mecul sehari-hari jadi berbeda mbah setelah abdi dalem mbah?

Iya, tapi yo rak lak di tonjol-tonjolke, aku abdi dalem, ngih mboten, yo kita sing biasa-biasa mawon, tapi kita berubah sikap kita sendiri.

Bagaimana simbah sebagai abdi dalem menempatkan diri dalam tatanan keraton ngajogyakarta, tatanan birokrasi?

Nah kita harus tunduk pada aturan keraton, nek keraton kwi ngatur nek kowe saben dina kudu sowan, yo sowan, kowe kowe saumpaminipun menika menika ada grebeg mulud, ada grebeg shyawal, ada grebeg besar itu kita harus ikuti tata cara kreaton kita ikuti iyo to, sampun ngaten kita ikuti keraton, nek wis maju yo kita dawuhe kraton ya kita tindakake, ya kita kembali lagi yang saya katakan ora nyembah nama menika bangunan-bangunan mboten niku bangunan budaya yang diikuti bangunan budayanya, ya nilainya, nilai nilai budayanya, nah kita itu nek wis nang kono aturan tata krama unggah ungguh,

Merasa berbeda setelah menjadi abdi dalem, dulu tidak tentram karena belum mengenal atau memiliki budaya Jawa, sekarang setelah jadi abdi dalem yang memiliki budaya jawa hatinya menjadi tentram

Meskipun sudah punya budaya tapi tidak ditonjol-tonjolkan

Harus tunduk pada aturan dan perintah keraton karena keraton yang mempunyai nilai budaya jawanya.

Merasa tentram karena perilaku sehari-hari yang berubah setelah belajar dan ikut memiliki budaya Jawa.

Perilaku Abdi dalem setelah memiliki budaya tidak menonjol-nonjokan peran yang didapatkannya.

Penerimaan peran Keraton sebagai pihak yang

183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225

kwi mau, nggih menika yo kudu taat tunduk aturan keraton dus pundi ora kena mbadan nek di gawe sowan, o kowe sesuk dina syawal kudu melu nderek sowan syawal, mulud sampun onten dawuhe

puyambak-piyambak mboten

pareng mbadan.

Berarti harus ikute apa yang dikatakan diperintahkan oleh keraton mbah?

Iya kan kita itu harus menyadari, nek tugasku ngono yo aku tak lakoni koyongono kuwi, nek mboten purun nggih mboten sah dadi abdi dalem, njur kita kedah taat karo aturan nek nang kraton nek nang keraton panuwun ngih, nek kita nang kraton nek jenengan nganggo sepatu nggango sepatu melbu mboten menapa-menap, kula kudu kena dicopot, melbet mboten ngagem srandal, yen njenengan selaku turis yang sing bade madosi sinten ngoten mboten sah nyopot srandal, kula harus dicopot, nek nang kraton itu mboten entuk anu nganggo teken, ga boleh, kalo ga isa, kalo bukan abdi dalem ga masalah gitu lo, ora kena ngaggo teken ora kena nganggo payung, nek ngendikan yo sak lumrahe, ora cekakakan, ora rangkul rangkulan nang kraton biasa aja mas, menawi pitakon menika badhe ngadep sowan yo ojo bareng bareng njur bablas, yo mboten, urut kacang nah menika aturan.

Nah itu dadose ketika masuk area keraton?

Iya kita sudah diberikan pengertian, nek arep sowan sowan ngabekti ojokok le mlaku deplaplangan, ojo geguyon nggih, pokoke urut kacang

Bagaimanakah simbah melihat hubungan antara abdi dalem dengan kraton ngayogyakarta?

Menyadari tugas dan kewajiban yang telah diperintahkah oleh keraton

Taat dan melaksanakan budaya di area keraton karena telah diberikan pengertian tentang budaya Jawa, berbeda dengan orang lain yang belum tahu aturan aatau budaya Jawa.

Penerimaan dan kesadaran harus mengikuti keraton sebagai pihak yang memiliki budaya.

Ketaatan abdi dalem dalem dalem menjalankan budaya di area keraton karena telah belajar mengenai aturan dan budaya Jawa.

229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271

keraton kita menurut dan taat, njur kita mboten saged menentang menapa kang dados kersane keraton dateng kita selaku abdi dalem, samenika abdi dalem menika kedah sowan dina shawal kita sowan, mulud,mulud grebeg shawal pun sesuk ngagemme nek sowan bekti

jadi ngini kayo mau selaku abdi dalem harus manut turut dan taat pada aturan keraton ora sak karepe dewe, pun kwe nek nang kraton agemanne iki ngagem niko ning

nek nang kraton kudu

nggagemanipun ageman nganu menika biasan niku dadi nek kudu nggagem sorjan nggih sorjan, kita sudah manut aturan keraton saminipun nganu ngrebeg shawal menika kita agemanipun pethak-pethak menika mboten kados biasanipun pun onten aturanipun lan ingkang ngaggem menika ingkang pangkatipun riya minggah kalo wedana niku dereng mboten meniku pehtak, nek ageman pethak niku ageman apela, ageman pethak niku apela.

Nganu mbah kula badhe nyuwun pirsa, abdi dalem niku pun onten sejak jaman napa mbah?

La menika wiwit HB ingkang kaping HB kaping wolu sampun onten abdi dalem, sampun onten

Nek hubungan niku, niku berlangsung pripun mbah, maksudipun timbal balik dari

keraton, dari kreton

mendapatkan apa dari abdi dalem mendapatkan apa?

Dados ngeten, mula maksud

pertanyaanipun menapa

panjenengan? bayar po pripun?

Pripun?

Bayar menapa pripun?

Apa saja yang didapatkan

Tunduk pada aturan keraton dan tidak bisa menentang apa yang diperintakah oleh keraton.

Penerimaan bahwa tidak bisa menentang Keraton.

275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317

mulakno nek menawi mbetahaken menapa menapa keperluan abdi

dalem nggih urunan yang

punakawan digaji nggih, dibayar saking keraton nek kula ditakoni bayare pniten mboten tau nampa bayar nggih mboten ngertos dus mangkih takon mawon kalih punakawan niku dadi bayare piro niku kuwi pangkate nekniki piro bayare pangkate niku kula mboten ngertos nek kula piyambak selaku abdi dalem kaprajan mboten nampi bayar ingkang pikantuk abdi dalem

Dokumen terkait