• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan

1. Dinamika Pemaknaan Manfaat

Pada subjek I yaitu Mbah L Abdi Dalem dipandang sebagai abdi budaya. Tugas utama bagi Abdi Dalem kaprajan adalah melakukan kewajian sowan ngabekti di keraton setiap 2 minggu sekali. Ketika di keraton tugas Abdi Dalem kaprajan adalah belajar mengenai pengertian-pengertian keraton dan budaya Jawa. Selain itu menurut mbah L tugas lain bagi Abdi Dalem kaprajan adalah mengikuti acara grebegan pada setiap tahunnya dan itu sifatnya wajib diikuti oleh para Abdi Dalem.

Bagi mbah L Keraton Yogyakarta dipandang sebagai pihak yang mempunyai budaya Jawa yang luhur. Menurut Abdi Dalem

pihak keraton juga memandang Abdi Dalem sebagai abdi budaya yang belajar budaya Jawa yang luhur. Abdi Dalem merasa telah disediakan tempat di keraton untuk belajar mengenai pengertian-pengertian, nilai-nilai tentang budaya Jawa. Oleh karena itu bagi mbah L seorang Abdi Dalem harus tunduk dan patuh terhadap semua aturan dan perintah yang diberikan oleh keraton sebgai wujud penghormatan kepada pihak keraton sebagai pihak yang memiliki budaya Jawa.

Pada subjek I yaitu Mbah L Abdi Dalem dimaknai sebagai abdi budaya. Abdi budaya yang dimaksud oleh mbah L adalah belajar mengenai budaya Jawa terlebih bagaimana orangdapat berperilaku sesuai aturan perilaku orang Jawa. Meskipun Abdi Dalem kaprajan tidak mendapatkan manfaat berupa materi namun menurut mbah L ia mendapatkan ketentraman hati. Dengan berperilaku sebagai orang Jawa yang tahu dan dapat menerapkan

tata krama, unggah-ungguh dan suba sita maka didapatkan perasaan tentram. Aktivitas di keraton bagi Mbah L yaitu dianggap sebagai proses pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan tentang menjadi orang jawa yang sejati. Dengan berperilaku sebagai orang Jawa sejati maka muncul perasaan tentram.Perasaan tentram inilah yang merupakan manfaat yang diterima oleh mbah L sebagai Abdi Dalem kaprajan. Perasaan tentram ini selain dikarenakan subjek I telah berperilaku sesuai dengan nilai-nilai

budaya Jawa juga disebabkan karena selama ia menjadi Abdi Dalem kaparajan ia memiliki banyak teman dan saudara dari sesama Abdi Dalem dan juga rasa bangga karena telah menjadi

Abdi Dalem.

Ketentraman yang didapatkan oleh mbah L tersebut muncul karena ia telah menemukan nilai-nilai yang dianggap penting dan khusus bagi dirinya. Menurut pendapat Frankl (dalam Bastaman, 1996), makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Bila makna hidup ini ditemukan dan dipenuhi maka seseorang akan merasakan hidup berarti dan berharga dan akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan (happiness).

Perasan tentram yang muncul dari belajar dan berperilaku menjadi orang jawa pada diri mbah L tersebut menunjukkan bahwa perasaan tentram tersebut terjadi karena ia merasa tenang mengikuti sistem budaya yang ada di Yogyakarta. Dengan kata lain mbah L mengakui adanya kelompok superior yaitu keraton dan kelompok interior yaitu Abdi Dalem. Mbah L sebagai representasi dari Abdi Dalem yang mengakui adanya ketidaksetaraan posisi antara kelompok interior (Abdi Dalem) dengan kelompok superior (keraton yogyakarta) dengan mempelajari budaya Jawa yang dimiliki oleh keraton yogyakarta. Menurut teori justifikasi sistem (Josh, 2009) menunjukkan adanya penjelasan terhadap sistem

yang tidak setara yang sudah ada menyangkut hubungan antar kelompok. Kelompok yang berstatus rendah dapat menerima posisi interior sebagai sesuatu yang sah dan menjadi skema kognisi. Pengakuan tersebut tidak hanya diterima secara pasif, namun dinilai sebagai status quo yang dinilai sudah stabil. Perbedaan status merupakan sesuatu yang alami, tidak dapat dihindari dan hasil dari proses yang diakui sehingga segala upaya untuk menentang ketidaksamaan dapat merusak tatanan yang ada.

b. Subjek II (Mbah P)

Mbah P adalah sesorang Abdi Dalem prajurit menurut subjek Abdi Dalem prajurit merupakan Abdi Dalem yang khusus karena tidak termasuk dalam Abdi Dalem kaprajan dan Abdi Dalem punakawan .Bagi mbah P tugas umum seorang Abdi Dalem semua golongan adalah sebagai abdi budaya. Dan secara khusus setiap golongan mempunyai tugas yang berbeda-beda. Sedangkan tugas khusus bagi Abdi Dalem prajurit adalah mengawal acara-acara keraton seperti gerebeg. Motivasi awal mbah P untuk menjadi Abdi Dalem Prajurit karena sejak muda ingin melestarikan budaya jawa dengan cara masuk menjadi badi dalem prajurit dengan kesadaran sendiri dan tanpa paksaan dari orang lain.

Mbah P memaknai mengabdi di keraton itu sebenarnya mengabdi pada budaya.Tugas yang harus diemban sebagai abdi budaya adalah Abdi Dalem harus melestarikan budaya. Budaya menurut mbah P tidak sekedar perihal kesenian, namun lebih luas

lagi yaitu menyangkut hal bicara, berperilaku, menjaga aset-aset budaya, menjaga martabat dan kehormatan diri sendiri, masyarakat dan Sri Sultan.

Bagi Mbah P menjadi dalem merupakan bentuk pengabdian kalangan kawula atau rakyat untuk berbakti dan mengabdi kepada Keraton Yogyakarta. Hal ini menurut mbah P terjadi karena Sri Sultan dipadang sebagai raja yang berkuasa dan patut di hormati karena Sri Sultan Sudah mengayomi seluruh rakyat Yogyakarta yang dimaksud rakya disini tidak sekedar orang asli Yogyakarta namun juga semua orang dari luar yang berada di Yogyakarta termasuk para turis.

Manfaat yang diterima oleh Mbah P yaitu kekucah, berupa uang pemberian Sri Sultan sebagai wujud kemurahan Sri Sultan kepada Abdi Dalem. Mbah P memaknai kekucah tersebut sebagai pemberian yang tidak bisa disebut gaji. Mbah P memaknai kekucah tersebut dengan perasaan gembira.Bagi dirinya pemberian dari keraton merupakan berkah.Namun kekucah tersebut tidak dibelanjakan melainkan disimpan.Bahkan kekucah tersebut kadang diminta oleh rakyat karena menurut mbah P, rakyat percaya bahwa kekucah tersebut merupakan berkah yang dapat mendatangkan kesejahteraan.Menurut mbah P meskipun kekucah yang didapat nominalnya jauh dari UMR Yogyakarta namun bagi beliau hal terlalu penting, karena bagi beliau yang penting adalah

mendapatkan ketentraman lahir batin. Ketentraman lahir batin itu muncul karena orang tidak memiliki ambisi mengenai materi dan dengan sepenuh hati mengabdi pada budaya.

Ketentraman yang didapatkan oleh mbah P tersebut muncul karena ia telah menemukan nilai-nilai yang dianggap penting dan khusus bagi dirinya, menurut pendapat Frankl (dalam Bastaman, 1996), makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Bila makna hidup ini ditemukan dan dipenuhi maka seseorang akan merasakan hidup berarti dan berharga dan akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan (happiness).

Perasaan tentram yang muncul dari mengabdi pada diri mbah L karena sebagai kelompok interior (kawula/ rakyat) mau mengikuti dan mengabdi pada kelompok superior (raja). Dengan kata lain mbah P mengakui adanya kelompok superior yaitu keraton dan kelompok interior yaitu Abdi Dalem. Mbah P sebagai representasi dari Abdi Dalem yang mengakui adanya ketidaksetaraan posisi antara kelompok interior (Abdi Dalem) dengan kelompok superior (keraton Yogyakarta). Menurut teori justifikasi sistem (Josh, 2009) menunjukkan adanya penjelasan terhadap sistem yang tidak setara yang sudah ada menyangkut hubungan antar kelompok. Kelompok yang berstatus rendah dapat menerima posisi interior sebagai sesuatu yang sah dan menjadi

skema kognisi.Pengakuan tersebut tidak hanya diterima secara pasif, namun dinilai sebagai status quo yang dinilai sudah stabil. Perbedaan status merupakan sesuatu yang alami, tidak dapat dihindari dan hasil dari proses yang diakui sehingga segala upaya untuk menentang ketidaksamaan dapat merusak tatanan yang ada.

c. Subjek III (Mbah S)

Pada Subjek III yaitu mbah S berpendapat bahwa menjadi

Abdi Dalem punakawan mempunyai arti sebagai abdi budaya. Bagi mbah S jika dibandingkan dengan kelompok-kelompok Abdi Dalem yang lain di keraton, Abdi Dalem punakwan adalah yang paling rendah tingkatannya. Bagi mbah S menjadi abdi budaya sudah menjadi motivasinya ketika masuk menjadi Abdi Dalem, karena sejak awal ia ingin memelihara budaya Jawa supaya tidak hilang tergilas zaman. Yang dimaksud sebagai budaya oleh mbah S adalah tradisi adat-istiadat, etika unggah-ungguh.

Mbah S berpendapat bahwa keraton tidak dapat berdiri sendiri tanpa hadirnya Abdi Dalem karena bagi mbah S keraton dan

Abdi Dalem adalah satu kesatuan. Mbah S juga menyatakan bahwa Sultan sebagai raja patut dihormati dan diikuti perintahnya karena dianggap sebagai leluhur dan pemimpin rakyat Yogyakarta.

Manfaat uang diterima oleh mbah S sebagai Abdi Dalem

yaitu uang pemberian dari Sultan, gelar kepangkatan, dan pengetahuan mengenai keraton Yogkarta dan budaya Jawa. Bagi

mbah S manfaat tersebut dimaknai sebagai sebagai sesuatu yang membahagiakan dan menentramkan karena apa yang didapatkan tersebut dianggap sebagai berkah kesejahteraan yang patut disyukuri. Bagi mbah S uang hasil pemberian tersebut dapat digunakan untuk pemasukan tambahan yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Ketentraman yang didapatkan oleh mbah S muncul karena ia telah menemukan nilai-nilai yang dianggap penting dan khusus bagi dirinya.dengan cara memaknai aktivitasnya dikeraton sebagai sebuah pelestarian budaya. Menurut pendapat Frankl (dalam Bastaman, 1996), makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Bila makna hidup ini ditemukan dan dipenuhi maka seseorang akan merasakan hidup berarti dan berharga dan akhirnya akan menimbulkan kebahagiaan (happiness).

2. Dinamika Pemaknaan Abdi Dalem terhadap Manfaat yang

Dokumen terkait