• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penelitian

2. Subjek II (Mbah P)

Mbah P adalah sesorang yang terdaftar sebagai Abdi Dalem

prajurit sejak tahun 1972. Menurut mbah jenis abdi ada 3 jenis Abdi

Dalem yang khusus akrena tidak termasuk dalam Abdi Dalem kaprajan dan Abdi Dalem punakawan.

“Prajurit itu adalah abdi dalem khusus, khusus prajurit itu pukawan juga tidak , keparajan juga tidak, tapi itu ada, ada, abdi dalem prajurit itu adanya. Makanya tadi bisa dibilang abdi dalem itu bisa dibagi dua, tapi bisa dibagi tiga. Kalo dua menjadi keprajan dan punakawan kalo yang prajurit itu tidak termasuk tidak termasuk kaprajan juga tidak termasuk punakawan itu” (13-17)

Menurut mbah P tugas umum seorang Abdi Dalem semua golongan adalah sebagai abdi budaya.Dan secara khusus setiap golongan mempunyai tugas yang berbeda-beda.Peran sebgai abdi budaya ini bagi Mbah P dengan tugasnya sebgai pengawal ketikan menjadi Prajurit di acara grebeg-grebge keraton dipandang sebagai usaha untuk melestarikan budaya Jawa.

“Tugas tiga abdi dalem itu tadi sebagai abdi budaya.Sebagai abdi budaya.Secara umum juga mendapatkan tugas atau diberi tugas saat-saat tertentu untuk melaksakan kewajibannya.Itu secara umum. Jadi abdi dalem, abdi dalem itu tadi itu mempunyai ada yang namanya tugas piket. Ada yang namanya ya tugas-tugas piket, namanya pisowanan, tatapi berbeda-beda sesuai dengan kelompoknya masing-masing.”(37-43)

“Kemudian abdi dalem punakawan secara umum abdi budaya dan yang secara khusus diwajibkan untuk piket atau sowan pada hari-hari tertentu sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan itu sowan sesuai jadwal yang sudah ditentukan, menurut kondisi gologan masing-masing.”(94-105)

“Kalo yang upacara-upacara gerebeg itu tadi bagian dari melestarikan budaya.Upacara gerebeg itu kan bagian dari pelestarian budaya”.(207-210)

Motivasi awal mbah P untuk menjadi Abdi Dalem Prajurit karena sejak muda ingin melestari budaya jawa dengan cara masuk menjadi badi dalem prajurit dengan kesadaran sendiri dan tanpa paksaan dari orang lain.

“Ya dulu awalnya karena sewaktu saya waktu muda melihat prajurit keraton melakukan pengawalan ,makanya saya pengen ikut. Tidak ada yang menyuruh, kesedaran sendiri, orang tua juga tidak, tahu-tahu saya sudah jadi prajurit keraton.... Karena niatnya ingin melestarikan budaya.”(287-299)

Mbah P beranggapan bahwa mengabdi di keraton itu sebenarnya mengabdi pada budaya.Tugas yang harus diemban sebgai abdi budaya adalah Abdi Dalem harus melestarikan budaya. Budaya menurut mbah P tidak sekedar perihal kesenian, namun lebih luas lagi yaitu menyangkut hal bicara, berperilaku, menjaga aset-aset budaya, menjaga martabat dan kehormatan diri sendiri, masyarakat dan Sri Sultan

“Saya mengabdi di keraton itu juga berarti mengabdi budaya artinya kami harus melestarikan budaya” (157-160)

“Budaya, itu tidak sekedar melestarikan kesenian, tetapi perilaku kami sebagai abdi dalem harus bisa menunjukan bahwa saya harus menjaga martabat menjaga kehormatan khususnya dirinya sendiri maupun masyarakatnya maupun sri sultan.” (162-169)

“Abdi dalem itu sebagai abdi budaya itu sudah luas luas sekali, kalo dijabarkan bisa luas sekali tidak hanya seni, tapi juga harus bisa melestarikan budaya, dalam bidang apa saja. Dalam bidang wicara bicara, tindakan perilaku, termasuk melestarikan aset-aset yang ada.” (173179)

Bagi mbah P, tugas utama Abdi Dalem prajurit adalah mengikuti grebeg yang setiap tahunnya diadakan tiga kali.Tugas dari

Abdi Dalem Prajurit ini biasanya mengawal keluarnya grebeg dari Keraton Yogyakarta.

“Tugas utamanya mengikuti upacara grebeg.Mengikuti upacara grebeg. Grebeg di keraton itu ada 3 kali, satu tahun 3 kali garabeg shyawal, garebeg besar, gerebeg maulud, garebeg syawal untuk merayakan hari raya idul fitri, garebeg besar merayakan hari raya idul Adha, grebeg Mulud merayakan Maulud Nabi.”( 52-60)

Selain tugas-tugas utama dan tugas khusus yang harus dilakukan oleh para Abdi Dalem ada kewajiban moral yang harus diikuti.Kewajiban moral ini adalah mengikuti sungkem kepada Sri Sultan sebagai raja kerajaan Yogyakarta. Menurut Mbah kewajiban moral ini hanya ditujukan kepada Abdi Dalem yang mempunyai pangkat Wedana ke atas.

“Ada kewajiban moral abdi dalem keparajan dengan pangkat wedana ke atas, wedana ke atas ada kewajiban untuk sungkem dalam bahasa jawanya sungkem atau ngabekti kepada raja, sri sultan pada saat hari raya idul fitri. Itu kewajiban moral, mengapa kami sampaikan kewajiban moral, karena jika tidak mampu, tidak masalah tidak menghadap juga tidak apa-apa.”

(78-89)

Bagi Mbah P, tugas dan kewajiban moral ini bagi harus dilaksanakan bagi yang mampu, namun tidak boleh meninggalkan tugas-tugas Abdi Dalem yang lain.

“Kalo mau sudah mau jadi abdi dalem ya mestinya melakukan tapi tidak njur tugas-tugas yang lain ditinggalkan” (90-93) Bagi Mbah P menjadi dalem merupakan bentuk pengabdian kalangan kawula atau rakyat untuk berbakti dan mengabdi kepada Keraton Yogyakarta. Hal ini menurut mbah P terjadi karena Sri Sultan dipadang sebagai raja yang berkuasa dan patut di hormati karena Sri Sultan Sudah mengayomi seluruh rakyat Yogyakarta yang dimaksud rakya disini tidak sekedar orang asli Yogyakarta namun juga semua orang dari luar yang berada di Yogyakarta termasuk para turis.

“Kami merasa sebagai abdi dalem itu kami rasakan sebagai bentuk pengabdian sebgai bentuk pengabdian dari kawula, dari rakyat kepada kerajaan, kepada raja.” (144-150)

“Keraton adalah tempat bagi Sri Sultan dan keluarga. Keraton Yogyakarata sendiri adalah kerajaan, terdapat raja dan kerabatnya. Dan raja itu harus dihormati.Terus timbul pertanyaan kenapa dihormati. Raja yogyakarta patut dihormati karena mempunayai kuasa. Kuasaan itu betuknya pengayoman.Pengayoman terhadap rakyat itu.Rakyat itu yang dimaksud adalah semua orang yang berada di Yogyakarta. Misal orang dari luar jogja itu juga diayomi termasuk orang asing turis dan orang dari kota daerah lain.”(268-283)

Mbah P mengutarakan bahwa hak atau manfaat yang diterima oleh para Abdi Dalem terutam Abdi Dalem prajurit dan Abdi Dalem

punakan adalah kekucah, yaitu uang pemberian Sri Sultan sebagai wujud kemurahan Sri Sultan kepada Abdi Dalem. Meskipun berupa uang namun manfaat ini tidak bisa disebut sebagai karena di dalem keraton tidak ada regulasi yang digunakan untuk menentukan besaran jumlah uang yang diterima oleh Abdi Dalem.

“Hak, hak, abdi dalem punakawan dan abdi dalem prajurit itu mendapatkan pemberian dari sri sultan berupa uang, di situ tidak disebutkan gaji tapi sekedar pemberian kalo itu disebutkan gaji mestinya ada aturan, aturan tertentu, itu juga ada aturan ee aturan yang ada di dalam keraton, otonomi to katanya di keraton tidak berlaku istilah gaji tetapi bahasa jawa namanya kekucah, kekucah itu adalah pemberian yang bersifat kemurahan dari sri sultan” (111-124).

Menurut mbah P meskipun kekucah yang didapat nominalnya jauh dari UMR Yogyakarta namun bagi beliau hal terlalu penting, karena bagi beliau yang penting adalah mendapatkan ketentraman lahir batin. Baginya ketentraman lahir batin itu muncul karena orang tidak memilki ambisi mengenai materi dan dengan sepenuh hati mengabdi.

“Kalo yang abdi dalem prajurit tidak diberi. Nominalnya jauuuuuhhh sekali dengan UMR makanya makanya tidak disebut gaji, makanya disebut pemberian dari keraton” (226-228)

“Abdi dalem itu mendapatkan ketentraman lahir batin karena tidak ambisi dengan materi, adanya hanya sepenuh hati untuk mengabdi.” (151-154)

Mbah P menyatakan bahwa ia merasa sangat gembira atas kekucah yang didapatkannya dari keraton. Bagi dirinya pemberian dari keraton merupakan berkah. Namun kekucah tersebut tidak dibelanjakan melainkan disimpan.Bahkan kekucah tersebut kadang diminta oleh rakyat karena menurut mbah P, rakyat percaya bahwa kekucah tersebut merupakan berkah yang dapat mendatangkan kesejahteraan.

“Perasaanya sangat gembira, merasa pemberian dari keraton itu meskipun bukan dari negara, pemberian dari keraton itu membawa berkah, baik materi atau sering makanan”(223-238)

“Bahkan yang namanya uang dari keraton tersebut bagi saya, kami gunakan. Tidak kami gunakan untuk belanja, jadi kami gunakan untuk apa, tidak untuk belanja, bahkan pemberian dari keraton itu yang kami terima sering diminta oleh rakyat.”

(242-248)

“Kalo mereka meminta kami berikan, tapi kalo mreka tidak meminta tidak-tidak kami berikan. Ini ini kalo diminta kami berikan tanpa ganti tanpa imbalan”.(251-256)

“Karena bagi mereka, apa yang yang diberikan oleh keraton itu, membawa berkah.Segala sesuatu yang dari keraton itu diraskan sebagai berkah. Dengan kata lain berkah membawa kesejahteraan.” (259-264)

Mbah P dalam menjalani tugas dan kewajibannya di keraton merasa jika lebih banyak merasa perasaan bahagia daripada duka nya. Perasaan senang yang didapatkan karena ia diberi kesempatan untuk mengabdi kepada keraton, diberi kesempatan untuk melestarikan budaya. Bahkan duka yang dirasakan mbah P pun terkait dengan perasaan tidak nyaman ketika tidak dapat atau tidak mampu melaksanakan kewajiaban nya dalam rangka mengabdi kepada keraton,

“Ya banyak remennya, banyak sukanya.sukanya karena telah mengabdi pada keraton. Kepada raja.Pengabdian dari kawula kepada rajanya.Rasasa tentram karena memenuhi kewajiban dari kawula itu kepada raja. Jadi remen tentram, tentram yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain.” (303-311)

”Dukanya ketika tidak bisa menjalankan tugas. Misalnya dulu pas masih di pemda Bantul, pas pas ada tugas dikeraton di

pemda juga ada acara yang penting, kedua harus dijalani pas pada waktu yang sama, dukanya yang dikeraton ya digantikan. (312-319)

Dokumen terkait