• Tidak ada hasil yang ditemukan

8. Erna Nasution (warga Mandailing)

4.3. Gambaran Keserasian Sosial Masyarakat Majemuk di Bandar Selamat 1. Potret Kerukunan dalam Masyarakat

4.3.4. Amalgasi Sebagai Upaya Pembauran Budaya

Perkawinan campur merupakan salah satu langkah progres dalam mengkonstruksi kehidupan yang harmonis, karena timbul rasa saling memiliki dan

etnik. Di Bandar Selamat terjadinya perkawinan campur, salah satunya karena faktor pembauran etnik pada suatu tempat yang memiliki berbagai macam etnik. Sehingga, menimbulkan kecocokan antara satu sama lain. Dan, karena perasaan yang timbul dalam jiwa seseorang yang merasa bahwa dirinya sudah cukup matang dalam mengarungi hidup berkeluarga. Mereka merasa bahwa jodoh tak memilih latar belakang apapun. Untuk permasalahan adat perkawinan pun dimusyawarahkan secara kekeluargaan, apakah melaksanakan dengan adat A atau adat B.

Perkawinan campuran antara perempuan dengan laki-laki yang berbeda etnik sudah sering terjadi berdasarkan temuan lapangan dan penjelasan dari informan penelitian,hal ini diungkapkan ibu Erna sebagai berikut:

“kalau yah udah suka sama lawan jenis, apalagi kalau dilihat cantik atau ganteng pasti jarang nanya dia etnik apa, kalaupun pasangannya dari etnik lain gak masalah yang penting suka sama suka...”

Hal senada juga diungkapkan ibu Wanti sebagai berikut:

“perkawinan antar etnik itu biasa disini, suami saya aja orang Batak, kan yang penting suka sama suka. Buktinya kami gak pernah ada masalah justru kami bisa saling mengenal perbedaan satu sama lain..”

Berdasarkan data yang dikumpulkan penulis di lapangan, dalam masyarakat Bandar Selamat perkawinan campur antar etnik yang berbeda tersebut dapat diklasifikasikan kedalam empat bentuk, yakni sebagai berikut:

1. Perkawinan campur antara Etnik Jawa dengan Etnis Mandailing

Perkawinan antara Etnis Mandailing dengan Etnis Jawa di Bandar Selamat sudah terjadi dalam waktu yang lama, orang Jawa yang menikah dengan orang

Mandailing terdiri dari berbagai latar belakang seperti suka sama suka,religius,santun,lembut, dan lain-lain. 

2. Perkawinan campur antara etnik Minang dengan Mandailing

Etnik Minang yang menikah dengan Etnik Mandailing di Bandar Selamat banyak juga terjadi. Perkawinan campur antar etnik ini melalui kesamaan daerah asal perantauan yang hampir berdekatan.

3. Perkawinan campur antara etnik Mandailing dengan Melayu

Umumnya etnik Mandailing adalah pendatang di kota Medan dan etnik Melayu sebagai penduduk asli yang telah lama terjalin hubungan sosial yang akrab dan merasa sebagai bagian dari keluarga.

4. Perkawinan campuran lainnya antara etnik-etnik yang ada

Perkawinan campuran seperti ini tidak begitu terlihat di permukaan karena etnik yang ada sangat minoritas dan orang-orangnya telah beradapatasi dengan budaya yang beragam.

4.4. Faktor-Faktor Keserasian Sosial Masyarakat Majemuk di Bandar Selamat 4.4.1. Forum-forum masyarakat sebagai komponen Modal Sosial

Modal sosial merupakan hasil dari hubungan sosial yang mampu menjembatani adanya kerja sama di dalam dan di antara kelompok-kelompok individu. Modal sosial sebagai jembatan kerjasama tersebut mengacu pada aspek utama organisasi, seperti kepercayaan (trust) dan jejaring sosial (networks), dalam bentuk tindakan efisien yang terkoordinasi. Menilai Modal sosial dari sisi lain bahwa

tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan historis. Mekanisme kultural tersebut mampu membentuk nilai-nilai bersama dalam menghadapi masalah bersama dalam komunitas. Namun demikian, sebagai modal utama terbentuknya modal sosial tersebut adalah kejujuran antar individu yang terus menerus sehingga menimbulkan ikatan kepentingan dalam komunitas. Selanjutnya akan membentuk ikatan kelompok sosial berdasarkan norma-norma yang disepakati sebagai konsekuensi dari ikatan tersebut.

Penjelasan di atas, memberi gambaran mengenai pentingnya suatu modal sosial dalam lingkungan masyarakat. Seperti halnya di Bandar Selamat, adanya suatu konstruksi modal sosial (social capital) yang mereka jadikan sebagai suatu desain spesifik untuk melahirkan suatu konstruksi resolusi dari berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat multikultural misalnya, kepercayaan (trust). Dalam masyarakat Bandar Selamat tumbuh berkembang selama bertahun-tahun rasa percaya antar masyarakat yang dibangun dengan saling jujur antara satu sama lain. Kejujuran juga merupakan modal sosial yang paling esensial dan diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga tercipta rasa saling percaya antara satu sama lain. Ketika suatu rasa percaya kepada orang lain hilang di antara masyarakat, maka hal tersebut bukan hanya menimbulkan pikiran negatif terhadap orang lain melainkan, hal ini akan menimbulkan gejolak yang merambah ke konflik sosial dan setiap individu mudah diombang-ambingkan oleh isu-isu yang dapat merusak integrasi suatu komunitas yang beragam. Modal sosial yang dijadikan instrumen perekat pada masyarakat yang heterogen, bukan hanya pada rasa percaya antara sesama saja tetapi juga melalui kegiatan seperti gotong royong yang terjalin dengan dengan baik di kelurahan ini.

Pada masyarakat Bandar Selamat sendiri, praktek kerja sama atau yang dikenal dengan gotong royong masih kental pada masyarakat ini, misalnya dalam kegiatan kerja bakti yang dilakukan di kantor lurah Bandar Selamat yang melibatkan semua unsur etnik dan agama. Bahkan hasil wawancara yang peneliti temukan di lapangan, ada salah satu norma yang terbangun dalam masyarakat, ketika ada himbauan untuk kerja bakti lalu kemudian ada salah satu dari masyarakat yang tidak ikut maka akan dikenakan sanksi Rp.1000, seperti yang dikatakan pak Datuk Zul sebagai berikut:

“Ada norma yang kami jadikan pegangan dalam hal gotong royong. Ketika orang tidak ikut kerja bakti misalnya di kantor lurah atau ditempat lainnya, mereka akan kena denda sebesar Rp 1.000 tapi rasa yang sangat ditekankan di situ, misalnya saya tidak ikut kerja bakti di denda Rp 1.000 itu tak seberapa jumlahnya, saya bisa mendapatkan lebih dari itu, tetapi bagaimana dengan perasaan. Jadi, denda itu sebenarnya hanya peringanan atau teguran saja, tetapi rasa itu yang agak berat karena nama-nama yang tidak ikut tersebut akan dibacakan di forum, kami punya forum sendiri setiap hari sabtu minggu pertama. Kami mengadakan forum adat, dan akan dibacakan siapa-siapa yang tidak hadir dalam acara kerja bakti tersebut.”

Kerja bakti antar etnik bukan hanya dilaksanakan di kantor lurah Bandar Selamat saja tetapi juga pada waktu pembangunan masjid semua etnik datang membantu hingga berdirinya masjid Al-Hikmah, sebagaimana telah di jelaskan dalam wawancara Pak Sayuti pada wawancara sebelumnya. Jadi, kebiasaan masyarakat untuk saling membantu sangat tertanam kuat dalam masing-masing individu.

Mengenai jaringan sosial yang juga merupakan modal sosial yang cukup produktif untuk membangun integrasi dalam masyarakt multietnik, seperti tampak

di beberapa lingkungan, Tadarusa Ibu-ibu, PKK, dan Yasinan. Kegiatan tersebut juga melibatkan seluruh etnik kecuali Tadarusan dan Yasinan hanya dilaksanakan oleh etnik-etnik yang beragama Islam saja. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menciptakan komunikasi yang cukup baik di antara masyarakat ketika berkumpul di forum-forum tersebut sebagaimana dijelaskan oleh pak Rijal sebagai berikut:

“Ukhuwah antar etnik di sini sering terjadi dan itu kami pelihara selama bertahun-tahun melalui forum-forum yang ada, sehingga sudah melekat dalam diri kami ukhuwah tersebut.”

4.4.2. Masjid sebagai wadah Dalam Pendidikan Multikultural Kepada

Dokumen terkait