• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data

B. Analis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dengan menghitung nilai rata-rata yang berguna untuk menggambarkan hasil belajar IPA peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran IPA peserta didik kelas III SDN 35 Cupak

Kabupaten Solok. Analisis data hasil belajar IPA peserta didik dapat dilakukan dengan menentukan nilai rata-rata pretest dan posttest.

1. Menentukan nilai rata-rata prestest dan posttest

Untuk Menentukan nilai rata-rata pretest dan posttest di gunakan rumus sebagai berikut:

=

Keterangan : = Nilai rata-rata

= jumlah seluruh skor = jumlah peserta didik80

Tabel 4.3. Nilai rata-rata pretest Peserta Didik Kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok

No Nama Nilai 1. Diki 60 2. Syahwa 60 3. Maiza 53 4. Yuri 73 5. Sofia 66 6. Aca 53 7. Reval 60 8. Goval 46 9. Wima 73 10. Delfi 66 11. Witasia 53 12. Refi 53 13. Fuja 86 14. Dani 80 15. Fauzan 80 16. Rezi 73 1035 64.69 11.82 80

= = = 64.69

Tabel 4.4. Nilai rata-rata posttest Peserta Didik Kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok

No. Nama Skor posttest

1. Diki 80 2. Syahwa 87 3. Maiza 80 4. Yuri 80 5. Sofia 80 6. Aca 87 7. Reval 66 8. Goval 66 9. Wima 93 10. Delfi 87 11. Witasia 80 12. Refi 87 13. Fuja 100 14. Dani 100 15. Fauzan 80 16. Rezi 93 1346 84.13 9.84 = = = 84.13

Dari hasil perhitungan rata-rata pretest dengan posttest di atas dapat dilihat perbedaan hasil belajar yang sangat jauh. Untuk mengetahui selisih atau perbedaan nilai rata-rata pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Selisih Nilai rata-rata Pretest dan Posttest Peserta Didik III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok

Selisih Nilai Tertinggi

Nilai terendah

Pretest 64.69 19.44 86 46

Posttest 84.13 100 66

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata antara Pretest dan Posttest dengan selisih nilai 19.44. Dengan demikian dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA peserta didik kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok setelah menerapkan model pembelajaran Make A Match.

2. Menghitung efektifitas treatment

Menghitung efektifitas treatment dari penelitian dengan menggunakan rumus yaitu sebagai berikut:

t0 = 81

Tabel 4.6. Skor Hasil Belajar Peserta didik setelah Pretest dan Posttest Peserta Didik Kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok

Subjek Nilai Pretest

Nilai Posttest

Gain/beda (d) (posttest dan pretest)

Gain/beda ( ) (posttest dan pretest) 1 60 80 20 400 2 60 87 27 729 3 53 80 27 729 4 73 80 7 49 5 66 80 14 196 6 53 87 34 1156 7 60 66 6 36 8 46 66 20 400 9 73 93 20 400 81 Ibid, h. 311

10 66 87 21 441 11 53 80 27 729 12 53 87 34 1156 13 86 100 14 196 14 80 100 20 400 15 80 80 0 0 16 73 93 20 400 1035 1346 311 7417 N = 16 64.69 Md =

Untuk menganalisis, hasil pra-eksperimen yaitu dengan menggunakan pretest dan posttest one group design dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

t0 = = 8.13

Df = N-1, 15dengan Df sebesar 15 diperoleh harga kritik t pada tabel sebagai berikut :Pada taraf signifikasi 5 % : = 1,74 Dengan demikian (yaitu sebesar 8.13) adalah jauh lebih besar dari pada pada taraf signifikasi 5 %. Dengan demikian maka Hipotesis Nihil di tolak. Berarti antara Variabel 1 (variable X) dan Variabel II (variable Y) terdapat pebedaan mean signifikan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran VI.

Jadi dapat dipahami bahwa antara skor hasil tes sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) dilaksanakan pada tes, terdapat peningkatan yang signifikasi. Ini mengandung makna, bahwa pelaksanaan

pembelajaran menggunakan Model pembelajaran Make A Match telah berhasil membantu proses belajar peserta didik SDN 35 Cupak Kabupaten Solok dalam meningkatkan kemampuan memahami materi pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia serta cara memelihara dan melestarikan lingkungan Nilai IPA mereka sangat signifikasi meningkat atau lebih baik jika dibandingkan sebelum mengikuti program tes.

C. Pembahasan

Setiap pendidik Sekolah Dasar mempunyai tugas yang kompleks. Pendidik dituntut harus mampu menciptakan suasana interaksi yang baik agar peserta didik termotivasi dan suasana interaksi yang baik. Salah satunya memahami dengan baik materi IPA yang akan diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik belajar IPA untuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Memahami cara mengajar IPA yang efektif, menggunakan cara-cara IPA, serta memahami dan menerapkan cara memanfaatkan suatu model.

Dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sangat diperlukan suatu model untuk membantu proses belajar. Setiap pendidik Sekolah Dasar mempunyai tugas yang kompleks. Salah satunya memahami dengan baik materi IPA yang akan diajarkan, memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik belajar IPA untuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Memahami cara mengajar IPA yang efektif, menggunakan cara-cara pembelajaran IPA, serta menerapkan cara memanfaatkan suatu model dalam

pembelajaran IPA di SD sangat diperlukan suatu model untuk membantu proses belajar.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama penelitian, tampak bahwa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan pada kelas III SDN 35 Cupak Kabupaten Solok, sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran Make A Match lebih bersemangat dan tertarik untuk belajar dari pada sebelumnya. Hal ini dikarenakan teknik pembelajaran yang digunakan berbeda dengan biasanya, dalam pembelajaran peserta didik bekerja dalam kelompok kecil, dengan teknik pelaksanaan sebagai berikut:

10) Pendidik menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi tinjauan (review), satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

11) Setiap peserta didik mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban.

12) Tiap peserta didik memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

13) Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.

14) Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.

15) Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama.

16) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

17) Peserta didik juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 peserta didik lainnya yang memegang kartu yang cocok.

18) pendidik bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.82

Berdasarkan teknik pelaksaan tersebut, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, tidak kaku, sehingga peserta didik tidak jenuh dalam melakukan proses pembelajaran.

Model pembelajaran Make A Match merupakan model pembelajaran yang menyuruh peserta didik untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.83

Model pembelajaran Make A Match baik digunakan manakala peserta didik menginginkan kreativitas berfikir peserta didik, sebab melalui pembelajaran seperti ini peserta didik diharapkan mampu untuk mencocokkan pertanyaan dengan jawaban yang ada di dalam kartu.84

Pada saat pendidik memberikan Posttest peserta didik lebih termotivasi, semangat, tertarik untuk belajar dan nilainya lebih meningkat dari pada ketika pendidik memberikan pretest. Hal ini disebabkan pada awal pembelajaran peserta didik diberi soal pretest supaya pendidik dapat melihat sampai dimana kemampuan peserta didik. Selain itu pada saat pembelajaran

82

Ameliasari Tauresia Kesuma, Op.Cit, h. 16 83

Taufina Taufik, Op. Cit, h. 148 84

pendidik menerapkan model pembelajaran Make A Match, bebeda dengan sebelumnya.

Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama terdapat beberapa peserta didik yang masih kebingungan dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan peserta didik tersebut belum mengetahui apa saja yang harus dilakukan ketika telah dilkaukan pembagian kelompok dan dibagikan kartu pertanyaan dan jawaban. Penerapan model pembelajaran Make A Match ini merupakan pengalaman baru bagi peserta didik karena sebelumnya dalam pembelajaran pendidik tidak pernah menerapkan model pembelajaran Make A Match.

Ketika dikatakan menggunakan model pembelajaran Make A Match sebagai model dalam pembelajaran, peserta didik bingung dan ingin tahu tentang model tersebut. Tetapi setelah diberikan pelajaran dan simulasi tentang cara pelaksanaan model pembelajaran Make A Macth maka peserta didik dapat memahaminya. Pada pertemuan kedua dan selanjutnya peserta didik merasa senang dan gembaira dalam belajar karena adanya model pembelajaran Make A Match secara berkelompok.

Penerapan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match pada materi pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia serta cara memelihara dan melestarikan lingkungan membuktikan bahwa pada hakikatnya peserta didik mampu meningkatkan kreativitas belajar peserta didik, peserta didik bisa terlibatkan langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu, mampu menciptakan

suasana belajar aktif dan menyenangkan, terbentuknya kerjasama antarsama peserta didik, dan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik mencapai ktuntasan belajar secara klasikal.

Untuk menentukan meningkat atau tidaknya hasil belajar peserta didik tentu tidak bisa hanya dilihat dari proses pembelajaran, tentu dibutuhkan tindak lanjut dari proses belajar tersebut. Adapun tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengadakan tes akhir pada peserta didik tentang materi yang telah dipelajari.

Tes ini dilakukan untuk membuktikan apakah dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan itu diberikan posttest pada akhir pertemuan pembelajaran. Fungsi tes secara umum adalah sebagai alat ukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah tercapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.85

Berdasarkan pengolahan data posttest yang dilakukan bahwa Persentase ketuntasan yang dicapai pada posttest adalah 87.5 %. Hal ini terbukti ketuntasan secara klasikal disekolah tersebut sudah tercapai. Dilihat dari persentase ketuntasan hasil peserta didik mengalami kemajuan dari hasil pretest. Pada pretest ketuntasan 18.75% atau 3 orang dari 16 orang peserta didik yang mengikuti pretest.

85

Jadi dapat dipahami bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match ini dapat menambah kemampuan berfikir, kreatifitas dan keberanian peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan minat peserta didik dalam belajar. Jika peserta didik sudah berminat untuk belajar maka akan berdampak positif terhadap hasil belajar peserta didik untuk lebih baik. Terbukti dari persentase ketuntasan yang dicapai pada posttest adalah 87.5 %.

Dokumen terkait